8. impromptu reunion

1.2K 72 7
                                    


30/09/23
Cherly tengah menunggu Alina yang baru saja mendarat dari penerbangannya, gadis itu berencana akan kembali ke tanah kelahiran ibunya. Dua minggu yang lalu dia pergi ke California untuk melihat universitas yang sudah dipilih oleh ibunya. Dan sekarang Alina kembali untuk berpamitan pada dirinya dan mereka akan menghabiskan waktu bersama selama satu minggu.

"Cherlyyyyy," gadis itu berteriak gadis itu dari kejauhan, sambil berlari menuju sahabatnya seperti anak kecil.

Cherly meringis melihat kelakuan Alina yang tidak tahu malu, ia tersenyum paksa pada beberapa orang yang melihat ke arahnya. Merasa tidak enak hati karena temannya yang berteriak dari kejauhan dengan merentangkan tangan.

"Astaga, Alina kayak bocah tau nggak sih," Cherly menepuk pelan pundak sahabatnya itu saat mereka sedang berpelukan.

"Kan memang bocah, baru mau 17 tahun lah ini. Jadi harap maklum aja," katanya dengan suara manja.

"Sudah lepas, ayo kita pergi dari sini dari tadi orang-orang lihatin kita terus. Buat nggak nyaman aja," Cherly melepas pelukannya dengan Alina dan menarik tangan gadis itu untuk segera pergi dari bandara.

Mereka tidak perlu rapat-rapat untuk membawa barang-barang seperti orang pada umumnya yang baru dari luar negeri. Karena Alina tidak mau repot-repot membawa baju atau barang-barang yang lainnya. Iya hanya membawa dompet berisi beberapa kartu dengan tas kecil yang ia isi dan ponsel. Masih ada begitu banyak barang dan baju yang ia tinggalkan di rumah lamanya. Jadi Alina datang ke Indonesia seperti bukan dari luar negeri, melainkan seperti baru datang dari luar kota untuk berlibur sebentar.

Kedua gadis itu masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam milik Cherly. Tadi sebelum berangkat ke bandara gadis itu mampir ke rumah Vincent untuk memberikan kue yang sudah ibunya buat untuk Risa. Dan ketika akan pergi ke bandara ia tidak sengaja melihat mobil sport yang sangat menarik perhatiannya. Akhirnya dengan tidak tahu malu Cherly meminta izin untuk meminjam mobil itu. Keakrabannya dengan Vincent membuat gadis itu lebih ceria karena memiliki teman yang menurutnya baik. Ya, setelah berbagai macam hal mereka melewati akhirnya sekarang Cherly dan Vincent resmi menjadi teman baik.

"Wah, mobil baru nih, keren banget lagi." Puji Alina, gadis itu menatap takjub pada mobil yang akan mereka kendarai.

"Lu kerja apa kok bisa punya mobil sebagus ini?" Tanya Alina penuh selidik.

"Nggak perlu kerja untuk bisa bawa mobil ini, cuma butuh teman sebaik Vincent aja kita bisa bawa mobil apa aja yang kita mau yang dia punya." Jawab Cherly dengan santainya, membuat Alina melongo mendengar jawaban sang sahabat.

"Astaga, nggak tahu malu banget, sih, masa pengen bergaya keren dapat pinjam. Kerja dong," cibir Alina.

"Cih, buat apa capek-capek kerja kalau nanti gue lanjut kuliah dan menjadi penerus utama di perusahaan keluarga." Balas Cherly, yang terus fokus pada jalan.

"Iya juga, ya," gumam Alina sambil menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal.

Tujuan mereka saat ini adalah pergi ke mall, tidak afdol bagi Alina jika tidak belanja saat baru mendarat di Indonesia. Dia akan berburu banyak baju dan juga sepatu untuk stoknya selama satu minggu berada di Indonesia. Alasan tidak membawa baju ke Indonesia karena ia masih memiliki baju di negara itu hanyalah kebohongan belaka. Karena ia ingin membeli banyak baju baru ketika sampai di negara masa kecilnya itu. Apalagi dia sekarang membawa black card milik sang ayah, jadi iya bisa berbelanja sebanyak yang dia mau dan sesuka hati.

"Coba lihat ini bagus nggak sih buat gue? Lucu gitu, jadi gue makin kelihatan cantik." Kata Alina dengan semangat, ia sudah mengambil banyak baju. Namun masih belum ingin menyelesaikan sesi belanjanya, sedangkan Cherly hanya menjadi penonton. Dia tidak berminat untuk menghamburkan uang hanya karena baju baru yang pasti tidak terlalu bermanfaat untuk dirinya. Mengingat ada begitu banyak baju baru yang sudah ibunya beli beberapa minggu lalu. Jadi Cherly tidak perlu repot-repot untuk berbelanja lagi.

Forgive me, please!Where stories live. Discover now