Wanita yang tengah memeluk keranjang buah itu mundur geragapan, begitu sosok Jungkook yang besar bak petinju yang bisa meremukkan tulang dalam satu pukulan menyeruak masuk. Disusul Jimin yang tak kalah mengintimidasi, pandangan yang menukik dari monolid tertarik ke atas, begitu dingin dan runcing.

Tidak ada lagi sosok pengacara penuh wibawa yang ramah pada orang lebih tua, hanya tersisa seorang pria membawa setumpuk penyesalan sampai menghisap seluruh asa yang dia punya. Jimin duduk tidak sabar di sofa kuning pucat yang empuk dan nyaman, meminta wanita tua itu ikut duduk di seberang meja.

"Tenanglah, Imo (bibi) kami ke sini hanya untuk berkunjung. Jungwon belum pulang?" tanya Jungkook, mewakili Jimin yang bergeming.

"Se-sebentar lagi dia pulang, kalian temannya Jungwon?" tanya Minkyung, memeluk keranjang lebih erat.

"Kau kenal Sunghoon, temannya Jungwon?" ucap Jimin, tak acuh pada sosok gemetaran di seberang meja.

"Iya, dia teman anakku. Terakhir dia mampir ke sini sekitar beberapa tahun lalu saat Chuseok, belum pernah kemari lagi semenjak hari itu."

"Dia membawa istriku dan sampai sekarang mereka belum bisa ditemukan." Suara Jimin yang serak dan teramat rendah membekukan ruangan seketika, dia baru hendak beranjak tapi pintu rumah terbuka dan sosok pria pincang yang dia tunggu muncul di sana.

"Hei, Sersan Jung, lama sekali aku menunggumu." Jungkook berujar tenang, menatap Jungwon yang terkesiap diambang pintu.

"Siapa kalian?" Jungwon berjalan cepat ke sisi Ibunya, mengambil ancang-ancang dari kedua tamu asing di seberang meja.

"Tenanglah—"

"Aku Park Jimin, di mana Sunghoon?" Jimin menyela lebih dulu. "Kuanggap semuanya selesai, jika kau mudah diajak bekerja sama."

"Aku tidak tahu—apa maksudmu?"

"Katakan dimana temanmu itu, Jungwon?" ulang Jimin, melangkah mendekati Jungwon.

Jungwon bergegas memasang badan di depan sang Ibu, mendorongnya ke sisi kanan saat Jimin meraih pakaiannya lalu menghempaskan dia di sofa.

"Katakan di mana dia, Anjing!" Teriakkan Jimin menggema di ruangan bersama kelebat tangan yang terayun di udara, lalu berhenti tepat depan wajah Jungwon sedetik sebelum tinjuan Jimin mematahkan hidung pria itu.

"Sudah lama sekali aku tidak bertemu Sunghoon," kata Jungwoon, tanpa gentar. "Meskipun kau membunuhku sekarang, aku tetap tidak bisa mengatakan apa pun tentang dia."

"Jimin—" Jungkook menahan lengan Jimin yang kembali terangkat, menarik pelan temannya itu menjauh dari Jungwon.

"Ibu, tolong istirahat di kamar." Jungwon melihat lurus pada Ibunya yang gemetaran. "Mereka berdua temanku, tidak apa-apa."

Minkyung mengangguk samar meski enggan, dia berjalan ke kamarnya meski tidak benar-benar menutup pintu.

"Ini—" Jungkook menyerahkan selembar foto Sera pada Jungwon. "Namanya Cho Sera, istri dari temanku ini. Sunghoon bertugas sebagai pengawal pribadi Sera, tapi sejak 17 hari lalu keduanya dinyatakan hilang."

Jungwon tidak menyembunyikan keterkejuran, mengamati wanita dalam foto sebelum berkata.

"Sunghoon tidak pernah mengatakan apa-apa tentang pekerjaannya, aku hanya tahu dia masih aktif di angkatan darat Ibu Kota." Jungwon mulai bicara. "Hubungan kami tidak seakrab yang kau bayangkan, kau bisa mengecek ponselku jika perlu." Dia menyerahkan ponsel pada Jimin, tapi pria itu bergeming.

"Aku butuh informasi apa pun tentang Sunghoon, kecuali yang sudah sama-sama kita tahu dari kemiliteran," kata Jungkook.

"Sejauh yang kutahu, Sunghoon tidak punya teman dekat, dia bahkan sangat penyendiri selama di kesatuan. Aku mengenalnya lebih karena pernah berada satu basecamp dengannya, tapi asal kau tahu Sunghoon tidak dekat dengan siapa pun.

The CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang