Jimin menaikkan alis, menyadari jantungnya berdebar padahal sosok Sera tidak ada. Oh, apa gadis itu punya ilmu sihir? Sehingga mampu mengendalikan dirinya dari jarak jauh, membuat dia tersenyum di sepanjang Kirana menjelaskan, tentang kasus baru yang akan segera mereka tangani.

🍁🍁🍁

Sera memandangi kalender di meja kerjanya, tanggal 20 April, harusnya dia sudah datang bulan setidaknya kemarin, tapi sampai hari ini belum ada tanda-tanda menstruasinya akan keluar.

Apa aku hamil-pikir Sera, tapi kemudian, baru telat dua hari berarti kemungkinannya kecil.

Sera menyisihkan dugaan itu dari pikirannya, dia lebih tertarik pada tanda love di kalender yang dia buat sejak awal bulan, sejak dia tahu tanggal kelahiran suaminya. Hari ini Jimin ulang tahun yang ke tiga puluh. Sera ingin datang ke kantor Jimin dan mengajak makan siang bersama, tadi pagi dia belum sempat memberikan ucapan secara layak karena mereka berdua kesiangan.

Ajaib. Jimin yang hidupnya teratur tanpa pernah bangun siang, mendadak tidur kelewat pulas dan baru terjaga saat matahari sudah tinggi. Sejak kasusnya selesai, Jimin tidur lebih banyak dari yang biasa dia lakukan meski Jimin tetap saja sibuk.

Jimin sibuk mengurus perusahaan ayahnya, dia juga sedang menyiapkan kasus berikutnya. Kadang Sera heran, kapan sih Jimin lelah bekerja, kapan suaminya malas berangkat kerja lalu memilih rebahan seharian di rumah.

Sambil merapikan rambut depan laptop yang layarnya dimatikan, Sera berpikir mengajak Jimin makan malam bersama Ibunya dan keluarga Jimin akhir pekan nanti. Semenjak menikah dua bulan lalu, Sera belum pernah sekali pun datang ke rumah Jimin, dia bahkan belum pernah mengunjungi Ibunya meski sering merepotkan sang Ibu dengn video call tentang cara memasak.

Hitung-hitung sekalian merayakan ulang tahun Jimin, pikir Sera.

Dia siap keluar dari ruangan saat ponselnya berdering, Han Soohee menelepon. Sera sudah bisa menebak yang akan dibahas Soohee, mendadak dia gugup tapi langsung lumer setelah Soohee menyapanya dengan hangat dan akrab di seberang sambungan telepon.

"Hai, Sayang, apa Ibu mengganggumu?" sapa Soohee di seberang.

"Tidak Bu, aku baru saja akan berangkat ke kantornya Jimin. Kami mau makan siang sama-sama," kata Sera.

"Ah, benar, Jimin ulang tahun tapi dia tidak suka perayaan. Semenjak dewasa Jimin tidak suka dirayakan, tapi bawakan saja kue dark cokelat blue berry dari toko Serendipity. Dia pasti suka dan lupa kalau tidak mau merayakan ulang tahunnya," tukas Soohee sambil tertawa pelan.

"Baiklah, aku akan mengikuti saran Ibu." Sera ikut tertawa senang.

Sera dan Soohee asik bertukar kabar tentang keseharian mereka, sebelum mereka sampai pada obrolan inti, alasan utama Soohee menelepon menantunya siang ini.

"Bagaimana, sudah dicoba cara yang Ibu beritahu tempo hari?"

Benarkan-batin Sera, selagi dia mengangguk samar padahal Ibu mertuanya tidak bisa lihat.

"Sudah, tapi Jimin tidak percaya, Bu. Katanya cara yang Ibu ajarkan tidak masuk akal, karena tidak ada uji ilmiahnya. Jimin meragukanku, dia bilang, Ibu tidak mungkin mempercayai cara kuno seperti itu."

Cara Sera bicara terdengar merajuk, mengadu pada sang Ibu mertua sampai Ibu mertuanya terbahak-bahak.

"Ya ampun, anak itu. Cara itu sudah dipakai sejak jaman nenek moyang kita dan selalu berhasil. Tidak usah dengarkan Jimin, pakai saja cara itu dan kau akan terkejut karena pasti berhasil dengan cepat."

The CovenantWhere stories live. Discover now