4. Jumantara

67 6 4
                                    

"Seiji? Itu nama yang bagus, Masaomi-kun."

"Bukankah begitu, Shina?"

Masaomi tersenyum lembut. Pipinya menempel pada helaian merah lembut. Tangannya mengeratkan pelukan pada tubuh kecil putra barunya yang kini terlelap di pangkuannya.

Mata merah Masaomi menatap sosok wanita berambut biru muda yang duduk di seberangnya. Mata biru muda yang diwarisi oleh kedua kembar Kuroko balas menatap dengan sorot lembut dan perhatian. Kuroko Shina, ibu dari Tetsuya dan Sahara.

"Lalu, apakah kau sudah berbicara dengan Sei-kun mengenai ini?" tanya Shina sembari mengambil cangkir teh di meja. Mata birunya mengamati betapa lembut Masaomi mendekap Seiji di pelukannya. "Walaupun aku yakin Sei-kun akan senang memiliki saudara," lanjutnya sebelum menyesap tehnya anggun.

Masaomi mengangguk. "Ya. Malah Seijurou yang memintaku untuk membawa Seiji masuk. Kurasa ia merasakan hubungan terlebih dahulu mengingat bahwa mereka pada dasarnya orang yang sama."

Merasakan tubuh di pangkuannya menggeliat tidak nyaman, Masaomi menggoyang-goyangkan Seiji seraya berbisik lembut. Kerutan terbentuk di wajah tampan itu, menandakan bahwa tidurnya terganggu.

"Tidurlah kembali, Sei. Tidak apa-apa. Ayah di sini," bisik Masaomi lembut sembari mengelus helaian merah sewarna miliknya.

Perlahan, ekspresi Seiji kembali tenang. Ia bahkan semakin meringkuk ke arah Masaomi yang hanya bisa tertawa pelan melihatnya. Sebuah kecupan lama mendarat di pucuk kepala berhelaian merah.

"Dia benar-benar mirip dengan Seijurou. Yah, walaupun putraku itu tidak mau mengakui bahwa ia begitu menggemaskan ketika tidur."

Shina tertawa. Mata birunya berbinar dengan kilatan penuh kasih sayang. "Aku bisa melihatnya." Beralih menatap putra baru Akashi yang tertidur, sebuah senyuman hangat tersungging di wajah ibu Kuroko. "Selamat datang ke keluarga kami, Seiji-kun."

***

Pertama kali yang ia lihat setelah tidur begitu lama adalah langit-langit berwarna putih. Kehangatan selimut membuatnya begitu enggan untuk bangun. Suara deburan ombak yang mengisi keheningan tenang menjadi melodi tersendiri. Namun, Seijurou tahu bahwa ini adalah saat baginya untuk bangun.

Mendudukkan diri di pinggir tempat tidur, ia menatap ke arah gorden jendela yang terbuka. Angin pantai menerbangkan kain putih hingga menampakkan sekilas lautan yang membentang sejauh mata memandang. Sebuah senyum kecil terbit di bibir Seijurou.

"Kau sudah bangun?"

Tersentak, ia menoleh. Sosok dirinya yang lain berdiri di ambang pintu. Senyuman kecil menyapa ketika sosok itu melangkah mendekat ke arah Seijurou yang masih duduk di sisi tempat tidur. Di balut kaus santai berwarna putih dengan celana pendek biru tua, dirinya yang lain tampak segar. Sepasang mata merah menatapya dengan lembut.

"Bagaimana tidurmu?"

Sebuah senyum kecil terbit di bibir Seijurou. "Tidak pernah sebaik ini," jawabnya.

"Syukurlah, Seiji."

Seijurou membeku.

Seiji? Apakah dirinya yang lain baru saja memanggilnya Seiji?

Sebuah ingatan ketika Masaomi mencium keningnya lama terlintas di benak Seijurou. Kecupan pertama yang ia terima dari ayahnya di dunia ini. Kasih sayang pertama yang ia terima tanpa syarat walaupun ia bukan dari realitas ini sendiri. Kepercayaan dan kesukaan di mata Masaomi yang meruntuhkan semua topeng yang ia kenakan, seiring dengan pelukan yang sangat ia dambakan.

"Selamat datang di keluarga kami, Seiji."

Sebuah tawa pelan yang penuh emosi terbit di bibir Seijurou. Ah, apakah sekarang namanya adalah Seiji. Itu ... nama yang bagus.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Two Sides of Love and SadnessWhere stories live. Discover now