HDS | 75

4.3K 110 27
                                        

Kini matahari tampak meninggalkan langit dan digantikan oleh sinar bulan yang cukup terang. Masih di hari ini suasana kesedihan itu masih terlihat begitu jelas, Alana yang sesekali kembali menangis saat mengingat jika putra Alvaro telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Begitupun dengan nenek dan juga kakek Alvaro, pasangan suami istri yang sudah berumur itu nampak sekali raut kesedihan di wajahnya. Ada juga beberapa sepupu-sepupu Alvaro yang masih kecil datang bersama kedua orang tua mereka.

Suasana malam ini di rumah keluarga Arga terlihat begitu ramai, ada orang-orang yang sedang membacakan tahlil untuk Alvaro malam ini sampai beberapa hari ke depan.

Aurora, sosok wanita itu tampak tak terlihat di antara keramaian orang di ruang tamu yang besar itu. Sedangkan Ara gadis itu duduk diam di samping sang mama dengan wajah tertunduk ke bawah.

Rasanya Ara sungguh tidak percaya jika sang kakak pergi meninggalkannya begitu saja, mungkin masa kakaknya sudah habis sampai disini. Dibilang ikhlas sungguh itu sulit bagi Ara, bagaimana mungkin ia mengikhlaskan kepergian sosok kakak yang begitu ia sayang.

Acara tahlilan malam itu selesai pada pukul 8 malam, tetangga-tetangga rumah Arga sudah berpamitan pulang sejak beberapa menit yang lalu. Meninggalkan keluarga dan para sahabat yang masih setia berada di tengah-tengah kediaman Arga.

Terdapat Rafael, Lingga, Calvin, Friska Naomi dan beberapa saudara-saudara Alvaro yang lainnya, Rafael sosok cowok yang menjadi sahabat dekat Alvaro menatap sebuah foto yang tergantung di atas, menampilkan sebuah foto kebersamaan satu keluarga di mana terdapat Alana, Arga, Alvaro dan juga Ara, sungguh itu adalah farmasi keluarga yang lengkap.

Di ruangan itu tambak hening tanpa pembicaraan apapun, sesekali hanya terdengar suara batuk dari kakek Alvaro yang bernama Fadhil, waktu terus berputar begitu dengan cepat ada beberapa yang mengobrol satu sama lain sampai pukul 9 malam.

Pukul 9 lebih Rafael dan yang lain perpamitan kepada Arga dan Alana untuk pulang. "Om, Tante kita mau pamit pulang dulu." Lingga berdiri dari duduknya dan menghampiri Arga dan juga Alana yang masih setia duduk disekitar mereka.

Lingga berjalan menghampiri kedua orang tua sahabatnya itu yang diikuti oleh beberapa temannya, "kalian nginep disini aja. Besok aja baru pulang." Jawab Alana dengan cepat saat Lingga berada tepat di hadapannya.

"Nggak usah tante kita mau pulang aja lagian rumah kita kan nggak terlalu jauh." Alana menghela nafasnya pelan kemudian menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum ke Lingga.

"Kalian kalau mau pulang hati-hati ya di jalan, dan jangan lupa terus berdoa meminta perlindungan kepada Allah dimanapun kalian berada. Cukup tante aja yang kehilangan seorang anak." Jawaban Alana begitu mengiris hati orang-orang yang mendengarnya.

Sosok pria yang menemani Alana selama hampir 20 tahun itu mengelus pundak sang istri dengan sangat lembut, "Yaudah kalian naik motornya pelan-pelan aja ya. Nanti kalau udah sampai kabarin om atau tante aja." Sambung Alana kembali sambil memberikan senyum terbaiknya kepada sahabat-sahabat anaknya.

Friska dan Naomi, dua gadis itu sebetulnya ingin sekali menengok sang sahabat terlebih dahulu, tapi niat mereka berdua diurungkan karena mengingat sekarang Aurora yang sudah memiliki seorang bayi yang kemungkinan besar bayi itu sudah tertidur di jam jam sekarang.

"Tante kita pulang dulu ya, titip salam buat Aurora. Tadinya mau pamit dulu, tapi takut ganggu bayinya." Kata Friska sambil menyalami tangan Alana bergantian dengan Naomi.

Setelah semuanya berpamitan mereka semua pulang, Friska dengan Rafael Calvin dengan Naomi dan Lingga menaiki motornya sendiri. Mereka berkendara secara bersama-sama sampai akhirnya mereka bertemu sebuah belokan, di sebuah belokan itu ketiganya berpencar ke arah rumah masing-masing.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hujan Disaat SenjaWhere stories live. Discover now