Chapter 1 : Perawan Tua

118K 2.6K 110
                                    

" Jodoh ditangan Tuhan, sedangkan kau hanya perlu mengusahakannya untuk mendapatkan jodohmu,,, "

***

Apa yang menjadi kekhawatiran terbesar bagi seorang perempuan di dunia ini, momok yang selalu membuat resah dan gelisah serta rasa takut yang berlebihan. Apalagi jika bukan diusia yang sudah mampu untuk berumah tangga, ketika usianya sudah dikatakan matang dan siap membangun mahligai pernikahan namun tak kunjung naik ke pelaminan.

Disaat teman seangkatan, seumuran atau bahkan di bawah umurnya, mereka semua sudah membangun rumah tangga dan mempunyai anak, tidak hanya mempunyai satu tapi lebih.

Perawan Tua! Itulah yang disematkan bagi perempuan yang belum menikah diusia yang sudah matang. Dan ketika itu terjadi pada kalian siap-siplah kuping kalian akan panas, hati kalian sesak menahan emosi karena gunjingan orang lain mengenai kalian. Kalian harus siap menerima perkataan yang menyakitkan hati. Di katain tak lakulah, di katain ini itu yang membuat kalian ingin merobek mulut para penggosip itu. Dan itulah yang sedang terjadi dengan diriku sekarang ini.

"Apalagi yang kau pikirkan aini, usiamu tak lagi muda bahkan dimata orang kau tak lebih dari seorang perawan tua, telingaku sakit mendengar gunjingan tetangga tentang anakku yang saat ini belum menikah sama sekali."

Itulah yang Ibu katakan kepadaku beberapa hari yang lalu.

"Sudah saatnya kau menikah Aini, apalagi yang kau tunggu, usiamu tak lagi muda dan kau harus segera menikah."

Berulang kali ibu mengulang kalimat tersebut. Di setiap kesempatan ibu selalu mengatakannya, tak lelah mengingatkanku hingga aku sudah hapal perkataan ibu tersebut di luar kepala.
Dan aku hanya bisa menghela Napas, memikirkan perkataan ibuku tersebut, memikirkan bagaimana caranya jodoh yang dipersiapkan Tuhan untukku datang secepatnya, melamarku dihadapan orang tuaku, menikahiku, menjadikanku pelabuhan terakhirnya tempat bersandar dikala ia lelah dan letih, tempat peraduan semua perasaannya.

Ya! memang benar saat ini usiaku hampir mencapai kepala tiga, dua puluh delapan tahun dan belum menikah, usia yang menurut perempuan kota dan juga berkarir belum bisa dikatakan "perempuan tua", tapi itu bagi mereka yang hidup diperkotaan dengan gaya pemikiran modern dan cenderung feminis bahwa pria bukanlah segala-galanya, bahwa dirinya mampu hidup sendiri dengan jabatan dan karir yang dijalaninya.

Tapi, aku bukanlah perempuan-perempuan itu, aku hidup jauh beratus kilometer dari ibu kota, tinggal disebuah desa dengan lingkungan yang sangat menjungjung tinggi adat istiadat serta norma-norma agama.

Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan, berdoa kepada Tuhan agar disegerakan jodohku selalu aku lakukan setiap malam, setiap selesai shalat aku tak lupa melakukannya. Memohon maaf kepada kedua orang tuaku pun aku sudah lakukan. Aku berusaha untuk memperbaiki semua hal yang bisa menghalangi datangnya jodoh, termasuk memperbaiki diri ini supaya lebih baik lagi.

Aku bukanlah manusia sempurna, adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat orang-orang seusiaku atau di bawah umurku, mereka sudah menggendong bayi dan bahkan teman-teman seangkatanku sudah ada yang mempunyai anak dua bahkan lebih, dan aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemputku, membawaku ke istana pelaminan, memberiku kebahagian dan anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Namun sayang seribu sayang pangeran yang ku nanti tak kunjung datang menjemputku. Semuanya masih sebatas angan dan harapan.

Dan Setiap kali aku bersua dengan teman lama didunia nyata ataupun maya pertanyaan yang tak ingin aku dengar dan tak ingin aku jawab adalah "Sudah menikah belum?" sudah beribu-ribu pertanyaan yang sama dan berulang-ulang tanpa bosan, mereka lontaran kepadaku. Dan dengan berat hati aku selalu menjawabnya dengan senyuman semanis mungkin tapi terasa pahit di hatiku, dengan sangat terpaksa aku mengatakan "Belum!"

Adakah Aku di Hatimu [Tersedia E - Book di Google Play]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang