PENOLAKAN

53 17 96
                                    


Adnan dengan raut wajah menahan amarah kini berjalan ke arah Resepsionis rumah sakit. Shafiyyah yang mencoba mengejarnya namun langkahnya kalah jauh dari Adnan.

Wajah dingin Adnan menjadi pusat perhatian pengunjung dan suster Di sana.

" Apa kau mau berhenti dari pekerjaanmu, kenapa di persulit!" Seorang wanita yang di tatap tajam oleh Adnan kini keheranan dengan ucapan lelaki tampan di depannya.

" Maaf pak maksudnya?" Wanita itu mencoba tenang walau kini wajahnya telah penuh dengan keringat dingin.

" kamar 601 Atas nama Nur Shofia, harus di pindahkan karena masalah biaya?" Suara adnan penuh penekanan membuat Wanita itu berulah.

" Ada pasien lain yang akan menepati ruangan itu." Ucap Wanita itu dengan name tag Widya sari seorang Resepsionis rumah sakit ternama.

" Karena itu, kalian tega memindahkan seorang yang lebih dulu di ruangan." Kalimat terpanjang Adnan dengan penuh amarah kini membuat Widya sedikit mundur.

" Istigfar mas Adnan, jangan biarkan Setan menguasai dirimu dengan amarah." Ucap Shafiyyah pelan namun terdengar di telinga Adnan.

Membuat Adnan memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya pelan.

" Adnan." Panggilan Hafizh membuat Adnan menoleh di dapati kedua orang tuanya bersama pamannya tengah berjalan menghampirinya.

" Bicarakan secara baik-baik nak. " Ucap Arumi yang kini mengelus punggung anaknya.

" Adnan ikut paman." Lelaki paruh baya berjalan menjauh dari resepsionis. Dia adalah pak Rico Rismawan pemilik rumah sakit swasta ini. Kehadirannya membuat Widya menundukkan wajahnya, ternyata dia sedang berhadapan dengan ponakan dari pemilik Rumah sakit tempatnya bekerja ini.

" Shafiyyah kembali lah keruangan ibumu, semua akan baik-baik saja." Kini Adnan mengikuti langkah pamannya.

" Bunda dan ayah akan menemaninya." Ucap Arumi yang merangkul bahu Shafiyyah. Mereka berjalan ke ruangan Shofia.

Sebegitu besarnya kah cinta Adnan terhadap perempuan ini, padahal Arumi tidak menemukan hal Spesial apapun dari Shafiyyah.

" Nak maaf jika pertanyaan ibu menyinggung, ayahmu di mana nak?" Arumi to the point ketika sudah sampai di ruangan Shofia. Di lihatnya Khalisa yang juga berada di sana membuat gadis remaja yang tengah duduk di pinggir ranjang ikut berdiri menyalami ibu dan ayahnya.

Sedangkan Hafizh kini menatap Shofia yang terbaring di Rumah sakit dengan peralatan medis yang menempel di tubuhnya.

" Ayah saya sudah meninggal bu." Shafiyyah kini menatap Arumi dan mencoba tersenyum di balik cadarnya.

" Inalillahi wa innailaihi rojiun." Hafizh kini menatap Shafiyyah dan Arumi yang berbincang.

" Kamu telah berapa lama kenal dengan Adnan?" Arumi kini menatap Shafiyyah yang masih terdiam.

Shafiyyah bingung bagaimana menjelaskannya pada Arumi, karena perkenalannya dengan Adnan seperti mengalir saja hingga sekarang. Di awali dengan Adnan yang berusaha menggombali dirinya , rasanya tidak baik jika menjelaskan seperti itu.

" Bunda mau jenguk, atau mau sensus penduduk. " Hafizh kini menatap datar ke arah Arumi, seketika Arumi tertunduk saat Suaminya menegurnya. Jelas Hafizh kurang enak jika Istrinya terlalu menanyai Shafiyyah seperti ini.

" Bunda ayo ke sana, katanya tadi mau jenguk ibu Shafiyyah juga." Arumi mengikuti langkah Khalisa yang berjalan ke arah brankar dorong Shofia.

Di ikuti oleh Hafizh dan Shafiyyah yang juga berada di sana.

JODOH MENUJU SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang