part 12

30.5K 1.5K 31
                                    

Ali memandang nanar kedua gundukan tanah liat di hadapannya, rasanya masih tak percaya Prilly telah tiada membawa pergi hatinya. Ali sengaja membuat makam Gia dan Prilly bersebelahan, kedua wanita itu pernah membekas di hati Ali hingga saat ini.

Ali mengelus nisan Prilly, ia memejamkan matanya mencoba ikhlas menerima semua yang telah terjadi, takdir hanya tuhan yang menentukan. Mungkin saja dibalik semua ini Ali bisa bercermin lagi agar menjadi sosok lelaki yang lebih baik lagi.

Nama Prilly sudah terukir indah didalam hati Ali, Ali mencoba ikhlas menerima kenyataan.

Dari kejauhan sepasang mata hazel yang sama seperti Prilly menatap tajam ke arah Ali, tersimpan kilatan kebenjian disana.

"Prilly bisa saja memaafkanmu, tapi tidak untukku, kamu lelaki tidak tahu diri yang membuat harapannya hancur. Selamat datang pada kebencian dan dendam ku tuan Aliando Putra Biranto!" Desisnya masih terus memandang Ali dari kejauhan.

"Li, mau sampai kapan lo disini? Bentar lagi hujan apa lo mau sakit? Disana Prilly pasti bakal sedih lihat lo kayak gini." Zian sahabat Ali dengan setiap tetap menemaninya.

Ali mengangguk pelan, dengan berat hati ia berjalan meninggalkan makam.

Sedangkan sepasang mata hazel tadi masih menatap tajam kepergian Ali, setelah merasa tidak ada lagi yang akan datang ia berjalan mendekati makam Prilly.

"Gue datang, maaf selama ini gue gak bisa ada di samping lo disaat lo benar-benar butuh gue, Prill, kenapa semua ini harus menimpa lo? Walau gue tahu ide gue ini lo bakal nolak karna lo cinta sama laki-laki itu, tapi maaf gue tetap lakuin itu Prill. gue sebagai ade lo gak bakal rela lo banyak tersakiti, kita lahir di hari yang sama dan tanggal yang sama lo adalah kakak gue, jadi maaf kalau disana lo kecewa sama gue, ini hidup gue dan gue akan tetap ngelakuin yang gue inginkan" gadis itu masih tetap berdiri diam sambil menatap ke arah makam Prilly.

"Semoga lo bisa bahagia disana Prill, gue sayang sama lo." Setelah berucap demikian, gadis itu berlalu pergi nampak ia sangat tergesa-gesa.

***

Klekkk ....

Untuk Pertama kalinya Ali memasuki kamar Prilly, aroma mawar khas dari kamar ini mengingatkan Ali pada Prilly.

Susah baginya melupakan apa yang terjadi di rumah besar ini, disini tempat Prilly menangis mengadu menahan perih di hati akibat ulahnya.

Ali memandang sekelilingnya, terpasang rapi foto-foto sewaktu mereka menikah dulu.

tanpa di rasa air mata Ali menetes sendirinya, berat rasanya ia melupakan semuanya.

jika saat itu Ali tahu kalau itu adalah hari terakhirnya bersama Prilly, mungkin Ali Tidak akan membuang waktu dan ia akan mengatakan bahwa ia sangat mencintai wanita itu.

"Maaf Prill, aku terlalu cengeng, inilah aku, aku adalah lelaki lemah, Kalau boleh jujur aku tidak akan bisa hidup tanpa kamu, tanpa sadar cinta itu mengalir dengan sendirinya, tapi kenapa kamu harus pergi di saat aku ingin menyesali semuanya? Dan mengulang kembali rumah tangga kita yang sempat berantakan. Kalau boleh menyalahkan, aku tidak akan menyalahkan takdir tapi aku akan menyalahkan diriku yang terlalu bodoh," Ali mengelus bingkai foto Prilly.

Rasanya dia sudah seperti orang yang kehilangan harapan hidup, jiwanya telah hancur dan tidak bisa kembali lagi utuh.

"Makasih Prill, kamu sudah membukakan mata hati ini tentang arti sebenarnya dari cinta," Ali mendekap bingkai foto Prilly itu dengan sedikit senyum terukir di wajahnya.

****

Maaf sedikit dulu ini untuk pembukaan babak selanjutnya aja hahahahah semoga masih ada yang nunggu ya, vote commentmya yang bawel jangan lupa :)

Salam hangat,

MENDERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang