TL 03

667 50 1
                                    

WARNING!!!
Alur cerita berasal dari imajinasi sendiri!
Bantu follow akun author!
Jangan lupa vote dan komen!

Happy Reading

Di rumah ....

Chantika meringis kesakitan saat Mahen menarik lengannya menuju lantai atas. "Kak, sakit."

"Kakak mau membawa Chantika kemana?"

Pria itu tetap diam. Ia masih menarik Chantika sampai ke kamar. Ia dorong wanitanya sampai jatuh ke ranjang. Iya, wanita yang sebulan lalu Mahen nikahkan sah dimata agama.

Mahen mengekang Chantika yang akan bangkit dari posisi berbaring. "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan tanganku, Kak. Kamu menyakitinya."

"Apa sama sakitnya dengan yang aku rasakan, hm?"

"Kak ...."

"Kenapa harus ikut campur, Chan?"

"Nana adalah sahabatku. Aku hanya ...."

"Jadi, sebulan ini kamu anggap aku apa?" tanya Mahen berusaha menahan emosi.

"Bagaimana kalau kamu ada di posisiku? Apa kamu terima kalau aku menyuruhmu untuk bersama orang lain?" tanya Mahen lagi saat Chantika diam menatapnya.

Mahen tertawa hambar. "Aku terlalu bodoh. Kamu akan tetap menerimanya dengan lapang dada, karena dari awal kamu tidak pernah memikirkan perasaanku."

Chantika menangis mendengar dan melihat air mata Mahen yang mengalir. Pertama kali ia mendapatkan Mahen menangis. Pria itu bahkan mengeluarkan semua isi hatinya.

"Aku ... bukan prioritasmu."

Chantika menggeleng. Ia mengusap pipi basah itu, namun Mahen langsung memalingkan wajah. Si paling tua melepaskan cengkeramannya pada Chantika sembari turun dari ranjang.

"Kak, jangan pergi sebelum masalah kita selesai," ucap Chantika menahan tangan Mahen. "Masalah kita tidak akan selesai sampai 5 bulan kemudian."

Chantika membiarkan dirinya berdiri dihadapan Mahen. Ia peluk tubuh itu sambil meletakkan dagu di bahu kokoh Mahen.

"Maaf, aku janji hanya 5 bulan."

"Jangan salahkan aku kalau kami terjebak dalam permainan kalian," balas Mahen menatap kosong ke depan, lalu meremas halus pinggang Chantika.

ᕯ ⁑ ᕯ ᕯ ⁑ ᕯ ᕯ ⁑ ᕯ

Di rumah sakit ....

Giana terbangun dari tidur. Mata boba itu langsung menuju pada pria yang tertidur di sofa. Ia mencari sosok Chantika yang berjanji akan menemani dirinya.

"Kenapa Chantika membiarkan pria itu disini? Gia ... takut."

Ia meremas selimut tebal yang menutupi diri sendiri. Tanpa sadar Jenan bangun dan berjalan menuju Giana.

"Gia, apa ada yang sakit?"

"Kenapa kamu yang ada disini? Dimana Chantika? Apa kamu mengusirnya? Kenapa ...."

"Gia ... tenanglah. Aku tidak mengusir Chantika. Dia pulang disuruh Kak Mahen."

"Mas Mahen? Kenapa? Mas Mahen juga kemana? Apa sejak tadi belum balik?"

"Mereka pulang."

"Pulang?"

"Ke rumah kita."

"Apa maksud kamu? Bicara yang benar! Gia tidak mengerti bahasa kamu!"

"Semenjak kita menikah. Kita sepakat untuk tinggal bersama, Gia."

"Jadi, apa kami tinggal bersama kalian?"

Their Love (On Going)Where stories live. Discover now