Pertemuan Pertama

653 44 0
                                    

Seorang anak berlari memasuki gedung dengan topi kerucut berukuran ruas 5 jari Bersama dengan nametage yang terbuat dari kardus persegi tertutup kertas karton berwarna biru, tertulis nama Renjun Abiyan Hutama. Bibirnya terus mencuat keatas pertanda siempu tengah kesal, dengan kemeja putih yang sedikit berantakan dan celana hitam Panjang kotor di bagian lututnya, dapat dipastikan raut wajah yang kesal itu adalah salah satu penyebab dia baru saja tersungkur jatuh sampai mencium tanah karena ulah senior yang kini tengah menjadi panitia ospek di kampusnya.
“Woy… Buruan masuk, 5 detik gak sampe. Pushup 50” Gertakan itu selalu Renjun dengar dari mulut panitia bermulut angkuh
Tanpa pikir Panjang Renjun segera berlari cepat, karena ancaman itu ditunjukan padanya
Bangsat’ Umpatnya dalam hati.

Renjun segera duduk disamping teman-temannya yang baru dia kenal 3 hari yang lalu. Namanya Jeno dan Haechan mereka di jurusan yang sama dengan Renjun itulah alasan mereka jadi dekat sampai saat ini, kini Jeno memperhatikan baju sedikit kotornya Renjun.
“nyungseb dimana lu?” Tanyanya sedikit mendelik
“Panitia sialan tuh, gua disuruh itungin kelopak bunga matahari di belakang Aula Biologi”  Jawab Renjun kesal.

Haechan yang tengah memperhatikan salah satu panitia yang tengah berbincang di depan peserta ospek, melirik kearah Renjun yang berada disamping kirinya kala seorang panita berdiri dibelakang Renjun.
“Iya Kak?” Suara Jeno menyapa kecil ke panitia yang masih berdiri dibelakang Renjun berusaha mengintrupsi Renjun untuk tidak berbicara lagi.
Renjun menolehkan kepalanya, dia membuang wajahnya cepat kedepan ‘Bangsat nih orang’ Umpatnya dalam hati.
“Jangan berisik” suara berat yang dihasilkan dari panita itu.
Setelahnya dia pergi begitu saja.

Haechan Renjun dan Jeno Kembali focus memperhatikan ketua panitia yang tengah berbicara menyampaikan jadwal besok untuk penutupan ospek mereka.


Acara pembimbingan mahasiswa baru atau yang akrab disapa ospek kini telah berjalan 4 hari, sejauh ini acara berjalan dengan lancer dan hampir sesuai dengan roundown acara. Setelah peserta ospek keluar dari tempat perhelataan di jam 4 sore, panitia harus berkumpul di aula untuk evalusai dan pembahasan lainnya. Kini si ketua pelaksana Taeyong Satya jurusan Komunikasi tingkat ke 3 di kampus tengah berbincang di depan para panitia yang ikut serta dalam mensukseskan acara ini.

“Malam ini udah boleh share nama-nama kelompok sama penanggung jawab, kalian pastiin juga anggota kekumpul semua. Buat pembantu Pj lu pastiin mereka sarapan dulu dan pastiin untuk barang-barang yang dibutuhkan nanti di punjak acara” Ujar Taeyong
“Bro, ini kenapa gue pegang anggota cowok semua yah?” Jhony mengangkat tangannya bertanya.
“Gue lempar lu sat,” Semua orang tertawa puasa mendengar hardikan Taeyong.
“Gua udah atur buat PJ cowok dan para pembantunya anggotanya cowo, PJ cewek para pembantunya anggotanya cewe juga. Udah jangan ada yang minta rolling posisi lagi”
“Semuanya faham yah?” Ujar Taeyong kemudian.
“Faham!!!” Sautan dari para panitia itu
Taeyong menutup evaluasi hari ini, dan semua panitian yang terkumpul mulai berhamburan.keluar untuk pulang.

‘’’’

Hari terakhir ospek Renjun masih di rumah padahal waktu sudah menunjukan pukul 06.35
“Mama, gimana udah belum?” Teriak Renjun dari area TV rumahnya, dengan hanya menggunakan celana Panjang hitam tanpa atasan Renjun duduk diruang TV asik menonton serial kartun favoritnya.
“Kamu gak berangkat Jun?” Tanya Baba nya yang kini tengah memasang arloji di tangan kirinya. Babanya terheran lihat anak semata wayangnya yang belum siap pergi ospek padahal sudah menunjukan waktu masuk.
“Seragam aku masih basah Ba, itu Mama lagi keringin” Jawabnya santai dengan mata yang focus ke layar TV
“Emang gak ada seragam yang lain?” Tanya Baba Kembali
“Ada tapi kecil, ntar susah nafas yang ada” Alasan Renjun, padahal seragamnya masih ada Cuma dasarnya Renjun gak mau meninggalkan serial kartun favoritnya.
“Nanti kamu di hukum kalua telat loh” Baba
“Hari ini bebas hukuman Ba, lagipula aku udah sering di hukum karena telat ko” Jawabnya. Baba yang mendengar itu pun hanya dapat mengelus dadanya dan geleng-geleng kepala.

We Never End - JAEREN Where stories live. Discover now