16. Netra Cokelat & Degup Jantung

Börja om från början
                                    

Ah, sial. Aku terlau lama memilih pakaian sampai tidak sadar bahwa seharusnya aku sudah ada di sana. Bagaimana bisa aku tidak memerhatikan waktu? Raina! Kau akan terlihat seperti mahasiswa yang tak acuh lagi dengan kewajibanmu. Sejak awal semester aku sudah dikenal oleh teman-teman kelasku sebagai mahasiswa yang selalu menjalani kuliah dengan setengah hati, tak jarang beberapa teman kelompok yang kudapatkan mengeluh karena aku sering kali tidak melakukan kontribusi apapun di dalam tugas kelompok. Dan yang lebih pentingnya lagi, kau akan terlihat memalukan di hadapan Rama, Raina bodoh!

Aku langsung melempar sepasang pakaian yang sudah kupilih ke atas kasur, lantas jalan terburu-buru ke kamar mandi saat grup kelompok di aplikasi Whatssapp sudah semakin berisik.

Butuh waktu dua puluh menit untuk aku membersihkan diri di kamar mandi, artinya aku sudah terlambat selama itu. Merasa mulai takut, aku kembali mengecek grup obrolan.

Rama Hakmani:
"Maaf karena sudah membuat yang lain menunggu."

"Aku ada keperluan mendadak tadi."

"Aku ke sana, ya, sekarang."

Raka Cahyadi:
"Cepat, Ram. Materinya ada di laptopmu."

"Yang lain sudah di mana?"

"@Raina Genna Eldirah , kau di mana?"

Bukannya menjawab pesan Raka, aku malah buru-buru mengeringkan badan dan masih sempat berdiri menghadap cermin. Butuh dua puluh menit lagi untuk mencatok rambut, lima menit memilih parfum, barulah aku siap mengenakan pakaianku.

Aku meraih kunci motorku dan sudah menuruni tangga rumah saat jam sudah menunjukkan pukul 11.00 pagi. Aku sudah terlambat satu jam, sudah keterlaluan jika aku tidak sampai terburu-buru menuju ke sana. Kabar baiknya, penampilanku sudah cukup memuaskan bagiku jika hanya untuk bertemu Rama—eh maksudku untuk mengerjakan tugas kelompok.

Dan kabar buruknya, aku harus menahan malu di depan Rama karena harus terlambat satu jam lebih. Akan nampak sekali baginya betapa aku adalah contoh yang buruk untuk ukuran mahasiswa manajemen.

Eh, sebentar. Kenapa semuanya jadi serba kukait-kaitkan dengan Rama, sih? Memangnya kenapa jika aku terlambat? Di sana bukan hanya ada dia saja, masih ada lima orang teman lagi.

Tapi kenapa sejak awal fokusku hanya tentang 'bagaimana agar bisa terlihat sebaik mungkin di depan Rama nanti' ?

• • •

Motorku kuparkirkan secara asal di parkiran kafe berhubung aku memang tidak pernah tau caranya memarkirkan motor secara paralel dan tegak lurus. Aku melangkah ragu memasuki kafe yang tidak jauh dari kampusku itu, memalukan karena sudah menjadi anggota kelompok yang datang paling akhir. Ini sedikit menyulitkan karena aku belum terlalu akrab dengan mereka. Maksudku, Raka dan Rama mungkin bisa memaklumi kemalasanku karena kita sudah sedikit akrab sejak aku bergabung di grup To The Moon, tapi bagaimana dengan tiga teman perempuan dan satu lagi lelaki yang duduk di samping Raka itu? Mustahil jika mereka bisa memaklumi keterlambatanku. Aku bahkan bisa membayangkan betapa di dalam hati mereka pasti sudah mencaciku habis-habisan.

"Akhirnya datang juga," celetuk Raka dengan masih menatap layar laptop.

Aku tersenyum kikuk, menggaruk belakang kepalaku yang sama sekali tidak gatal sebelum berkata dengan santainya, "Kalian sudah lama, ya, menunggu?"

FWB: Friends With BittersweetDär berättelser lever. Upptäck nu