"Kalau misalnya para penggemar membuat ship sing zayyan, apa kamu risih?" Ucapnya santai dengan sedikit berbisik hingga tak dengar oleh leo dan gyumin yang sedang asik mengobrol.

Tak ada unsur yang serius dari perkataan sing. Namun zayyan merasa ia bergidik. Kenapa sing harus meminta pendapatnya untuk hal seperti itu?

"Entahlah?" Jawabnya.

"Kalau misalnya kamu punya dua ship yang dibuat penggemar? Antara leo zayyan dan sing zayyan. Kamu akan lebih suka yang mana?"

Zayyan terkekeh. "Aku tidak akan menganggap itu serius. Kalian berdua adalah teman yang sudah kuanggap saudara" Ia menggeleng-geleng dengan pertanyaan sing yang payah.

"Kamu gak mabuk tapi ngelindur seperti itu" Gumam zayyan dengan candaan.

Sing mengusak tengkuknya. Berpikir rasional. "Maksudku, mungkin itu akan terjadi di masa depan. Aku hanya ingin memastikan. Jadi, karena jawabanmu seperi itu, kuharap kamu benar-benar tidak terpengaruh dan tetap berteman denganku, maupun leo"

Mata mereka bertemu. Padahal mereka sudah sering saling tatap. Tapi kali ini terasa berbeda.

"Tentu saja" Ucap zayyan. Yang kemudian ia sadar bahwa perkataan itu tidak murni. Kenapa ia merasa tidak jujur?

Tidak, mungkin karena yang berkata seperti itu adalah sing. Terkadang hal-hal kecil yang dilakukan dan dikatakan sing itu sedikit di luar nalar yang membuat siapa saja bisa geleng-geleng kepala. Tapi dimata zayyan, sing memiliki karakter tersendiri, yang bisa dikatakan unik.

Zayyan menggeleng. Sebentar lagi mereka akan debut. Sebelum itu, ia seharusnya tak memiliki banyak hal yang mengganggu pikirannya.

"Bagaimana kalau kita live saja?" Usul gyumin dan disambut setuju oleh ketiga squad rantau itu.

.


.



.






Tanggal 24 bulan April.

Musim semi membuat udara sore itu terasa manis.

Magnolia yang mekar menampakkan kelopak merah muda yang meliuk-liuk indah. Bunga krisan yang menghiasi toko-toko bunga di pinggir jalan. Dan dedaunan dengan warna senja di sepenghujung jalan yang tak kalah indah.

Sore hari di musim semi.

"Aku akan keluar membeli bir untuk pesta nanti malam. Ada yang ingin kalian titip?" Tanya sing pada saat memakai jaket.

Leo menggeleng.

"Aku ikut" Ucap zayyan baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Mandi adalah hal utama yang harus ia lakukan setelah latihan yang menguras keringat.

"Ada yang perlu kubeli"

Zayyan memakai bajunya dan mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Rambutnya tak setebal sing hingga tak perlu waktu lama untuk mengeringkannya. Sing sabar menunggu zayyan berpakaian sambil memainkan ponselnya.

.

.

.

"Gak terasa ya besok sudah debut saja"

Sing menarik napas. Mengatakannya membuat perasaan lega dan berdebar menjadi satu.

Zayyan tersenyum. Sing benar. Semuanya berlalu begitu cepat.

Hiruk pikuk para manusia di sepanjang jalan mengisi keheningan diantara mereka. Bunyi lonceng yang berasal dari pintu kafe yang ditutup maupun dibuka memiliki kesan tersendiri di hati para pecinta kopi. Suara anak-anak yang tertawa gembira dengan permen kapas berbentuk kelinci di tangan mereka.

"jayan-ah"|| XodiacWhere stories live. Discover now