5. Endure - when I was a teenager-

7 3 0
                                    

Remembering my past struggles was very painful, but it makes me proud to have survived until now...

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Untung nya perundungan itu tak melibatkan kekerasan, karena bila perundungan itu juga menggunakan kekerasan Hinata tak akan kuat.

Walaupun waktu itu Paman tidak terlalu sering bermain tangan.

Tapi tetap saja, terkadang pamannya bermain tangan ketika ia mabuk.

Hinata itu hanyalah sebuah samsak.

Hingga di umur Hinata yang ke 15, pamannya menyadari sesuatu yang aneh.

Mungkin karena mental Hinata yang tak terguncang dan ia selalu saja terobatkan setiap terluka.

Dan juga Hinata yang seperti nya sangat kuat untuk bertahan sampai sekarang tanpa memperlihatkan mental yang down, lalu Hinata juga seperti sedang menyembunyikan sesuatu bila ia pulang

kejanggalan tersebut pamannya bingung.

Jelas, karena tidak mungkin mental nya tahan dengan seluruh yang ia alami di usia semuda itu.

Padahal pamannya berpikir Hinata setidaknya akan menjadi gila.

Tapi itu tak seperti yang diharapkan, suatu ketika paman Hinata pernah berpura pura pergi.

Dan ketika dokter dan suaminya datang, pamannya melapor ke polisi sebagai tindakan ingin menculik anak.

Tentu saja waktu itu Hinata melawan ucapan pamannya, gadis berusia 15 tahunan itu bahkan menceritakan setiap inci cerita ke polisi.

Tapi siapa yang akan percaya kata kata gadis berusia 15 tahunan?

Dan hasil nya, suami dari dokter itu tetap dipenjara Hinata tidak tau berapa lama rentan waktu suami dokter itu dipenjara

Tapi di waktu itu yang ia ingat hanyalah ketika suami si dokter mengelus, memeluk, dan memperlakukan dirinya seperti anak gadis nya sendiri sambil berkata. Aku baik baik saja. Tunggu aku Shoyo. Kau sudah berkerja keras terimakasih

Itu adalah hal yang ingin Hinata dengar bukan cacian ataupun kata kata yang tak pantas...

Bahkan saat itu dokter tidak dapat menahan tangisnya ketika menlihat Hinata yang mulai menangis seolah dirinya akan pergi ke atas.

Karena Suaminya yang masuk penjara, dokter itu terpaksa pensiun sebagai seorang dokter.

Hinata sempat merasa bersalah yang teramat besar ketika mengetahui ternyata si dokter dan suaminya itu memiliki anak laki laki semata wayang yang seumuran dengan dirinya.

Apalagi alasan pensiun sang dokter karena untuk fokus menjaga anaknya

Dan dengan sifat rendah hati. si Dokter tidak mempermasalahkan itu malahan si dokter meminta maaf karena setidaknya.

Untuk tahun kedepannya ia mungkin tak dapat datang lagi karena ia memiliki anak untuk ia urus.

Tapi Hinata masih ingat pesan bahwa bila ia terluka ia bisa datang kerumah nya.

Pintu rumah itu pasti akan selalu terbuka untuk Hinata.

Hinata sendiri juga sejak saat itu mulai dekat dengan anak dari si dokter dan suaminya.

Tahun silih berganti, Hinata sudah beranjak ke umur 17 tahun.

Dan ia saat itu bisa bersekolah seperti remaja pada umumnya dengan bantuan Dokter dan beasiswa.

Waktu itu ia mulai berkerja di cafe tempat ia sekarang berkerja, karena dirinya membutuhkan uang untuk hidup.

Ia tak dapat selalu tergantung akan bekal yang dititipkan ke anak lalu diberikan ke Hinata.

Itu membebani Hinata, karena itu cukup untuk membuat Dokter dan anaknya repot.

Cukup sudah membuat mereka repot.

Bahkan sampai di umurnya yang ke 17, yang selalu menemani Hinata hanyalah si dokter yang sudah ia anggap sebagai ibu dan anaknya dokter yang sudah ia anggap sebagai saudara.

Dan di umur nya yang ke-18, tepat saat ia akan ulang tahun.

Hinata waktu itu rela tidak pulang kerumah hanya untuk menemui suaminya dokter yang baru bebas dari penjara.

Waktu itu ia menghabiskan malam dengan keluarga si dokter.

Itu benar benar malam yang penuh warna dan kebahagiaan.

Tapi itu hanya bertahan semalam...

Esoknya ketika ia pulang kerumahnya dirinya benar benar dihabisi oleh pamannya.

Waktu itu pula ia mendapatkan luka permanen di punggungnya.

Sejak saat itu jadwal hari Hinata semakin menyesakkan.

Di umurnya yang ke-18 ia harus bersekolah selayaknya siswa lalu saat pulang ia harus berkerja selayaknya pelayan.

Hinata benar benar lelah, bila ia tidak pulang dengan membawa uang.

Setidaknya akan ada luka cambukan baru di punggungnya.

Waktu itu Hinata sempat berpikir untuk melaporkan ke polisi.

Namun niatnya urung.

Karena jelas ujung ujungnya dia akan kembali lagi ke paman nya...

Di umurnya yang menginjak ke 19.

Ia mulai berkerja paruh waktu di berbagai tempat. Selain cafe, ia juga berkerja di tempat toko onigiri khas Jepang yang cukup terkenal lalu ia akan membersihkan kuil.

3 tempat itu adalah pekerjaan tetap yang ia miliki sampai sekarang.

Sedangkan kerjaan ringan lainnya akan ia dapatkan ketika menjelang festival.

Jujur memiliki 3 perkerjaan tetap dengan gaji yang tak seberapa itu melelahkan.

Tapi dia harus melakukan ini untuk hidup.

Hinata biasanya akan berkerja di cafe di hari Senin, Rabu, Kamis dari jam 4 sampai ke jam 10 malam

Di hari Selasa, Jum'at, dan Sabtu ia akan berkerja di toko onigiri khas Jepang ia hanya akan berkerja dari jam 4 Sampai ke jam 8 malam.

Di hari Minggu, dari jam 7 pagi ia habiskan waktu di kuil dan pulang jam 5 sore.

_______________________________________________

   ⃟🥀 ཹ One Year ❢🌹 ᭄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang