Daddy? 

Dalam sedikit sisa kesadarannya James merasakan seseorang mengangkat tubuhnya dari kolam, membantu James berbaring di pinggiran kolam lalu menepuk-nepuk dada James berulang kali.

"James, bangun nak..." Suara laki-laki memohon.

"Daddy?"

James ingin membuka matanya, memuntahkan isi perutnya, namun rasa dadanya masih sangat sesak seperti air memenuhi seluruh tubuhnya. Sampai pada akhirnya sebuah ambulance tiba untuk membawa James ke rumah sakit.

Ambulance?

James berpikir ini adalah waktunya ia bertemu dengan Mommy karena James sudah berada di ambulance sekarang. Mungkin ambulance akan mengantarkan James ke tempat Mommy nya berada.

Flashback end

Gulf dan Fah masih duduk di kursi ruang tunggu setelah mereka memastikan kondisi James terpantau lebih baik. Fah nampak masih terpukul dengan hal yang menimpa James dan tak henti menyalahkan dirinya sendiri yang lalai membiarkan James sendirian di taman.

"Nanny, yang terpenting saat ini James sudah membaik," ujar Gulf mencoba menenangkan Fah.

"Hikss James... Aku kasihan melihatnya seperti ini. Dia pasti sakit," ujar Fah terisak.

Gulf mengusap bahu Fah pelan.

"Kenapa Dokter meminta James pergi ke Dokter lain?" Tanya Fah tiba-tiba. Fah menatap Gulf dengan tajam.

"Maafkan aku, kemarin aku harus pergi ke Chiang Mai. Aku pikir seharusnya James tidak masalah dengan itu."

"James sudah pergi ke semua rumah sakit dan menemui semua Dokter psikolog anak sebelum kami bertemu Dokter Gulf,"

"Iya, maafkan aku."

"Dokter menghindari James?"

"M-menghindar? Untuk apa aku menghindari James, Nanny?" Tanya Gulf yang tiba-tiba menjadi kikuk.

"Maafkan aku, Dokter. Aku mungkin berpikir berlebihan. Hanya saja Dokter tiba-tiba tidak ingin menjadi Dokter James padahal sebelumnya Dokter sangat bersemangat. Jadi aku berpikir Dokter memang ingin menghindari James,"

"Hhh... Tidak Nanny. Lagi pula kenapa aku harus menghindari James?"

"Mungkin karena kamu tahu dia adalah anak ku?" suara seseorang menginterupsi.

Fah dan Gulf otomatis mengangkat kepalanya dan melihat pada orang yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Gulf.

"Khun?" Fah terlihat bingung dengan Mew yang tiba-tiba masuk dalam perbincangan saat itu.

Gulf kembali membeku. Mendapat tatapan yang tajam namun sarat rasa pilu dari sepasang mata oval itu membuat Gulf merasakan dadanya sesak. Namun Gulf tidak ingin terlihat kalah di depannya. Dia tidak ingin terlihat tidak berkutik.

Sebuah senyum tipis menyungging dari bibir ranum Gulf, "Apakah kita saling mengenal, Khun?" Tanya Gulf dengan ramah.

Dahi Mew mengernyit, dia heran. Apa yang sedang Gulf lakukan? Apakah Gulf ingin terlihat tidak saling mengenal dengan Mew?

Sementara itu Kit datang untuk mencari Gulf setelah ia mendapat kabar dari Ben bahwa Gulf bertemu dengan seseorang yang mirip mantan kekasihnya.

"Mirip apanya, dia memang Mew sialan itu!" Ujar Kit memarahi Ben.

"Huh. Iya jadi tolong bawa dia pergi segera. Aku khawatir Gulf akan semakin gelisah," jawab Ben yang saat ini hanya bisa mengikuti Kit yang tak ubahnya seperti seorang ibu yang siap memboyong anaknya pulang.

BACK TO YOU Where stories live. Discover now