II

17 4 1
                                    

Apabila ada sebuah peristiwa besar yang kuketahui, memiliki signifikansi terhadap hidupku, peristiwa besar itu tentunya juga memiliki signifikansi terhadap perubahan peradaban umat manusia.

Perang Dingin Kedua.

Aku bukanlah sejarawan ataupun guru sejarah, jadi akan coba kujelaskan sepengetahuanku. Setelah dua puluh empat tahun berlalu, agaknya semua orang sudah hapal dan paham, bagaimana rentetan sejarah terulin dengan konflik tiada henti. Konflik itu diorkestrasi para 'Raksasa Dunia' yang berkuasa di dua bagian dunia yang berbeda. Bersamaan dengan meningkatnya teknologi dalam menghadirkan informasi dengan sekejap mata. Konflik tersebut menjadi kutukan bagi umat manusia.

Dua puluh empat tahun, krisis dan konflik berkepanjangan di Eropa Timur membuat dunia kembali memasuki babak baru Perang Dingin. Kedua 'Raksasa Dunia'—Amerika dan Rusia—kembali berkontestasi untuk menunjukkan siapa yang berhak menjadi 'penguasa dunia'. Kedua Raksasa kemudian mengorkestrasi konflik di berbagai penjuru dunia. Tujuannya sama, mencari sekutu, pengikut, ataupun vasal—meski istilah vasal tidak relevan lagi di era internasionalisme—.

Peristiwa Krisis Besar Eropa Timur itu membuat konflik menjadi semakin lebih panjang. Bak kobaran api melalap ilalang di stepa kering, api konflik yang sebelumnya terkonsentrasi di daerah itu pun meluas menjadi konflik global. Konflik yang mulanya hanya disebabkan karena perebutan atas pengaruh 'Poros Para Raksasa', berkembang menjadi bom sumbu pendek yang dapat meletus di bagian dunia manapun.

Ekonomi dunia menjadi lesu karena kedua kubu saling berperang. Negara-negara di dunia saling mengamankan atau memperebutkan sumber daya. Hal itu diperparah ketika Raksasa Dunia tidak jarang saling menenggelamkan kapal kargo atau meledakkan jaringan pipa minyak bawah laut. Hal itu membuat krisis sumber daya dengan cepat berkembang secara global seperti kanker.

Gelombang eksodus pengungsi korban perang mulai terbentuk. Kebanyakan di area-area konflik. Berbagai perang sipil yang diorkestrasi oleh 'Kedua Raksasa' yang sedang bertempur di Palagan Dingin Kedua, membuat warga tidak bersalah menjadi korban. Sebagai akibat perang yang berkobar, rumah mereka hancur, keluarga mereka terpisah, serta seringkali mereka harus kehilangan orang-orang yang mereka kasihi.

Mereka yang terdampak perang, mulai bermigrasi ke daerah yang lebih tenang, terkatung-katung di negeri orang, sementara negeri sendiri luluh-lantak karena perang. Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Timur, Afrika, dan Amerika Selatan adalah daerah-daerah yang sering terdampak. Setiap hari, muncul berita mengenai konflik yang meletus di daerah itu sebagai akibat dari krisis perang ini.

Krisis pangan, ekonomi, dan moneter yang datang bertubi-tubi, melengkapi nestapa umat manusia di tengah kancah Perang Dingin tiada henti.

"Hmm, kini berbagai situs berita berlomba-lomba untuk memberitakan perang, seolah perang menjadi 'hiburan' baru manusia," ujar Cecelia yang tengah menekuri beberapa situs berita daring yang ia akses dari gawainya. Ia menyesap kopi pagi tanpa mengalihkan pandangannya dari gawai.

"Hiburan, huh? Kata-katamu sungguh menohok," komentarku. Cecy langsung menatapku dengan wajah terlihat sedikit ada gurat penyesalan.

"Ah, Eru. Aku tidak bermaksud untuk mencela atau apa. Namun, kenyataannya, kini orang-orang melihat berita konflik sudah seperti rutinitas sehari-hari ...."

Cecelia menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya.

".... Sembari memakan sarapan, mereka menghitung kemungkinan kapan giliran mereka mengalami nestapa perang."

"Ya, Iya. Aku tahu. Apabila krisis di Eropa Timur bisa terselesaikan lebih cepat, Kedua Raksasa bisa saling berunding untuk memutuskan mengakhiri konflik, perang ini tidak akan pernah terjadi."

EVENT HORIZON : All Quiet Under Distant SkyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora