Tetesan air dari ujung tumbuhan terus berjatuhan, waktu berjalan dengan begitu cepat, desiran angin membelai lembut kedua telinga runcing milik Emily, gadis itu tidur disepanjang jalan, saat sudah sampai ditempat tujuan, Alfred menarik pipi Emily membuat gadis itu perlahan membuka mata.

"Sudah sampai? Astaga!"

Alfred turun lebih dulu, pria itu memakai jubah yang tadi Emily berikan, kemudian menggendong gadis itu agar cepat turun dari gerobak, Emily melotot hebat disusul menampar pelan wajah Alfred.

"Tunggu aku mengumpulkan nyawa terlebih dahulu!" Emily mengerucutkan bibirnya.

"Dasar tidak sabaran!"

Alfred menurunkan Emily dibawah pohon apel, melihat Emily yang duduk sambil menyandarkan tubuhnya didepan dahan pohon, Alfred ikut duduk disamping gadis itu, lalu menarik kepala Emily agar mendarat diatas pundak lebarnya.

"Biarkan seperti ini dulu, rasanya sangat nyaman." Ujar Emily terkikik geli.

Alfred tidak menyahut.

Dengan sepasang bola mata menatap pemandangan kebun dihadapan nya Emily berujar, "Bisakah kau menjawab pertanyaan-ku?"

Alfred menatap Emily yang langsung membalas tatapan nya, ke-dua nya saling melempar pandang beberapa detik hingga Alfred memutuskan kontak mata lebih dulu.

"Kenapa Kau tertarik kepada gadis seperti-ku?" Tanya Emily dengan raut muka yang berubah.

Pertanyaan nya dibalas oleh angin yang menerpa wajah imut nya, hingga beberapa detik berlalu Alfred mulai bersuara.

"Karena kau mirip seseorang."

"Karena aku mirip seseorang kau langsung tertarik kepadaku? Bagaimana jika orang yang membuat-mu itu tertarik datang kembali? Apa kau masih ingin bersama-ku?" Emily berujar super cepat seusai Alfred membalas dengan suara serak nya.

"Dia tidak akan kembali."

"Kenapa? Apa dia meninggalkan-mu cukup lama hingga tidak bisa kembali bersamamu?"

Alfred mengangguk singkat, sebelah tangan nya bergerak lalu mengelus surai Emily dengan lembut.

"Dia tidak kembali, dan tidak akan pernah untuk selama-lama nya."

Yang dimaksud Alfred adalah mendiang ibunya.

Emily membeku kala Alfred mengusap singkat pipinya, terakhir kali Alfred menyentuh nya saat masih di kerajaan Diamond waktu musim dingin pertama hadir, pria itu merangkul nya, mengecup singkat dahinya saat di menara, dan sekarang mengelus surai nya dengan penuh kelembutan.

"Suatu hari aku akan membawamu ke kerajaan-ku." Ujar Alfred membuat Emily langsung menatap nya dengan bola mata melotot.

"A-apa?!"

"Kerajaan Angeous Moon Black."

"Ti-tidak! Aku tidak mau!"

Dahi Alfred melipat kecil, "Kenapa?"

Tatapan Emily sedikit meredup, "Kurasa tidak pantas aku ikut ke kerajaan-mu karena kau hanya tertarik kepadaku, tidak lebih!"

"Kalau lebih aku boleh membawamu kesana?"

Emily mengerjap, "Lebih? Seperti apa?"

Kuku panjang Alfred menjepit ke-dua pipi Emily, tidak sampai ditekan karena takut membuat kulit gadis itu tergores dan berdarah, setelah membawa wajah Emily berhadapan dengan wajahnya, Alfred merendahkan kepala nya hingga hidung mancung milik nya bersentuhan dengan milik Emily.

"Hal yang lebih hingga membawamu ke hidup-ku."

"Seperti mencintai?" Sambung Alfred dengan kerutan didahi, karena dirinya tidak paham soal mencintai dan dicintai.

Emily menatap wajah Alfred dengan lekat, tidak lama gadis itu langsung meledakkan tawa membuat Alfred langsung menjauhkan wajah nya.

"Mencintai? Kau ingin mencintai gadis seperti-ku? Jangan bercanda!" Emily tidak habis pikir dengan pria bangsawan disamping nya.

Takdir yang lucu bila gadis desa seperti dirinya dicintai oleh seorang bangsawan, apalagi bangsawan yang mempunyai kasta tertinggi seperti Alfred.

Pria itu beringsut, kemudian melenggang pergi tanpa mempedulikan Emily yang masih tertinggal di belakang nya.

"Hey tunggu aku!" Teriak Emily kala menangkap wujud Alfred semakin menjauh.

Emily berlari untuk menyusul langkah lebar Alfred, setelah berjalan sampai beriringan Emily langsung menoleh seraya mengangkat kepala untuk melihat wajah Alfred karena tinggi pria itu.

"Kau belum menjawab pertanyaan-ku yang tadi! Cepat jawab!" Emily menagih.

Setelah membuang nafas beratnya, Alfred menghentikan langkah membuat Emily ikut berhenti, ditengah-tengah kebun ke-dua makhluk itu saling berhadapan.

"Kau membuat-ku tertarik hingga membuat-ku ingin memiliki-mu." Alfred berujar tanpa menguapkan ekspresi apapun diwajah nya.

Pria itu mengikis jarak, kemudian berbisik rendah tepat didepan telinga runcing milik Emily.

"Jangan melarang-ku untuk mencintai-mu, biarkan pria seperti-ku merasakan cinta yang seperti orang-orang luar sana rasakan."

•••

DESTINY WITH THE DEVIL IIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt