28

777 31 0
                                    

Frank telah meminta orang kepercayaan dari sebuah kantor pengacara. Ia adalah seorang paralegal.

"Selidiki ini dan beritahu aku detailnya. Ini adalah uang muka".

Frank menyodorkan amplop coklat disertai foto motor dengan Derek yang berada di atasnya. Wanita itu tersenyum puas. Ia menjentikkan jarinya dengan anggun yang membuat Frank sedikit muak. Ia sedikit kesal kenapa temannya merekomendasikan wanita ini. Tapi menurut temannya, ia adalah yang terbaik di agensi mereka.

Namanya Rose. Itu yang dikatakan temannya saat memperkenalkan mereka. Frank tidak peduli dengan semua itu. Yang ia inginkan hanyalah kejelasan dan informasi akurat mengenai pengendara motor itu.

Frank kembali ke kantornya dengan pikiran yang tidak menentu. Jujur saja ia sedikit terganggu dengan apa yang dilihatnya beberapa hari lalu. Motor itu dan Elena yang duduk di belakang pengendara.

Frank menghembuskan napas kesal namun kemudian dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Itu dari Larine.

"Apa aku mengganggumu?".

"Tidak Lar. Ada apa? Dimana dirimu?".

"Aku ada di toko roti. Memangnya aku harus kemana? Aku hanya teringat dirimu jadi aku ingin tahu keadaanmu. Kau baik-baik saja?".

"Kau berlebihan Lar. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir ".

"Benarkah? Tapi kenapa suaramu menjelaskan sebaliknya? Apa kau punya masalah? Kau bisa cerita padaku. Aku...Aku pendengar yang baik Frank".

"Aku senang kau sudah pulih lebih baik. Sebenarnya ya tapi aku malas jika bicara di ponsel. Aku lebih suka bertemu denganmu, sayangnya... Aku harus bekerja sekarang".

"Frank? Katakan padaku. Mungkin aku bisa membantumu atau setidaknya kita akan mencari jalan keluar bersama".

"Bagaimana jika aku katakan bahwa hatiku bermasalah? Bisakah kau membantuku?".

"Apa kau serius? Penyakit hati? Apa kau sudah memeriksa itu ke dokter?".

"Larine...Aku mencintaimu dan aku merindukanmu".

Ucap Frank serak. Tak ada balasan dari Larine. Ia terdiam saat mencerna kalimat Frank barusan.

Mungkinkah ini penyakit hati yang dimaksud Frank?

"Apa kau masih di sana?".

"Ya. Aku di sini Frank. Aku juga merindukan dirimu. Kau tahu aku begitu kesepian tanpa Sena. Aku bahkan tidak pernah keluar kemana- mana. Aku tidak tahu harus pergi kemana Frank".

Rasa iba kembali menyelimuti hati Frank. Ia bisa merasakan apa yang dikatakan Larine.

"Kalau begitu datanglah ke sini. Aku akan mengirimkan tiket untukmu".

"Kau sadar apa yang kau katakan? Jangan gila Frank".

"Tapi aku serius Larine. Aku merindukanmu...sangat merindukanmu".

"Baiklah kembali bekerja sekarang. Aku akan menelepon dirimu nanti".

Hanya itu dan Larine memutus sambungan telepon. Perasaan Frank kembali hangat. Ia sedikit melupakan tentang Elena dan motor misterius itu.

Di restoran Noma, Elena bertemu dengan Derek untuk suatu urusan. Kali ini Derek tidak terlihat rapi dan berjas seperti biasanya. Ia hanya mengenakan kemeja berwarna biru muda dan jeans senada.

"Penampilanmu berbeda Derek".

Derek tertawa kecil dan minum jus dari gelasnya.

"Aku selalu berpakaian sesuai suasana hatiku. Kau tahu apa arti warna biru?".

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now