22. cuddle

2K 228 12
                                    

"Udah, jangan ribut di depan makam ayah ku" ucap Hima dengan nada marah. Radeva hanya tersenyum saja. Ia tak menyangka pertemuannya dengan Jefri menghantarkan dirinya bertemu dengan sang kakak. Ia akan memberitahu Nalen nanti. Ia tak sabar dengan reaksi Nalen. Pemuda itu selalu mengatakan jika ingin memiliki kakak yang bisa diajak bermain bola, sedangkan Radeva sendiri tak bisa bermain bola.

•••••

Tangan mungil Radeva menekan bel penthouse yang ditinggali Nalen. Tapi sudah beberapa kali mereka berada di depan pintu tapi pintu tetap tidak terbuka.

"Lhoo kak Deva??" Radeva menengok dan langsung memeluk adiknya. Nalen heran, kenapa ini ramai-ramai di depan pintu penthouse ini.

"Ini kok rame-rame??"

"Mereka siapa??" Nalen menunjuk dua orang yang berada di pojok. Radeva tersenyum ia pun menyuruh Nalen masuk baru ia ingin menjelaskan.

Suasana penthouse tidak banyak berubah. Hanya ada beberapa barang baru mungkin Nalen sengaja membelinya. Setelah masuk Nalen mempersilahkan mereka duduk di sofa. Ia juga mengambil kursi makan untuk tambahan tempat duduk.

"Jadi kenapa kalian rame-rame?? Nalen ngga mau diusir kan??" Radeva menggeleng. Ia pun menyuruh Jefri menjelaskan semuanya. Nalen hanya bisa mendengarkannya dengan seksama sesekali melirik orang-orang yang duduk dengan menatapnya.

"Jadi kakaknya Nalen bukan cuma kak Deva??" Radeva mengangguk membenarkan.

"Kak Hima juga kakaknya Nalen" jawab Radeva. Nalen menatap Hima dengan seksama sebelum ia memeluk kakaknya itu. Hal itu tentu dilihat oleh Radeva. Ia ingin bergabung ke pelukan itu tapi Jefri justru mendekapnya.

Jefri tak rela jika Radeva dipeluk dominan lain selain dirinya. Tak akan dia biarkan.

"Mas lepasin" Jefri menggeleng.

"Sesak ihh" kesal Radeva dengan mendorong tubuh Jefri sekuat tenaganya sampai pria itu melepaskan pelukannya.

"Kalian kenapa sih??" Tanya Indhira penasaran karena seperti ada keributan di sampingnya. Radeva hanya menggeleng sambil menatap Jefri tajam. Pria itu tampak tak peduli dan terkesan melupakan hal tadi.

••••••

"Huhh akhirnya sampe rumah juga, pinggang ku pegal" keluh Radeva dengan mengelus pinggangnya yang terasa sangat pegal. Mungkin ia sedang kelelahan.

"Mandi lalu istirahat"

"Istirahat dulu" Jefri menggelengkan kepalanya lalu berjongkok di depan Radeva. Mengelus perut bulat itu, ia merasakan tendangan-tendangan kecil dari dalam sana. Anak-anaknya memang sangat aktif.

"Berat ya??" Radeva mengangguk. Meskipun terasa berat dan kesulitan bergerak tapi ia merasa senang menjalani kehamilannya. Tapi ia harus ingat setelah anak ini lahir, mereka bukan miliknya lagi, mereka akan bersama Jefri untuk kehidupan yang lebih baik.

"Nyesel??" Radeva menggeleng.

"Aku ngga menyesal bisa mengandung mereka, mas juga harus bisa jaga mereka ya nanti??" Jefri mengangguk. Tangannya masih setia di perut bulat itu.

"Aktif banget sih anak daddy" gemas Jefri sembari menusuk-nusuk pelan perut bulat Radeva menggunakan jari telunjuknya. Radeva hanya tersenyum. Jarang-jarang Jefri melakukan interaksi dengan anak-anaknya begini. Biasanya pria itu selalu sibuk.

Handsome Demon'sWhere stories live. Discover now