16. gifts

1.7K 219 15
                                    

"Kita ngga beli kado buat kakek??" Jefri menggeleng. Ia datang saja sudah suatu keajaiban. Ini mau memikirkan kado segala. Untuk apa ia repot-repot hanya untuk pria tua itu?? Tidak berguna.

••••••

"Happy birthday kakek" ucap Radeva dengan ramahnya. Sedangkan Jefri disampingnya hanya diam tak melakukan apapun.

"Akhirnya kalian dateng, kakek sudah menunggu" ucap Seto berbasa-basi. Ia pun menyuruh Radeva dan Jefri duduk.

"Habis ini kita pulang" bisik Jefri pelan. Ia sudah tidak nyaman dengan berbagai tatapan yang mengarah ke mereka. Radeva sempat mengernyitkan dahinya. Tapi tak lama karena ada Indhira yang datang dan duduk di antara mereka.

"Mama kangen banget sama menantu mama ini" gemas Indhira. Wanita itu mencubit pelan pipi Radeva yang makin bulat. Efek porsi makannya yang meningkat pesat.

"Gimana kabarnya Dev?? Baby gimana??" Tangan Indhira sudah berada di perut Radeva. Mengelusnya pelan, merasakan kehidupan cucunya di dalam sana.

"Baik mah, mualnya juga udah berkurang ngga separah dulu" jawab Radeva. Begitu nyaman ketika perutnya dielus.

"Nanti nginep di rumah mama ya?? Mama mau banget kalian nginep di rumah, tapi Jefri selalu bilang ngga" ucap Indhira. Dengan canggung Radeva menatap Jefri. Ia sadar diri kok, siapa juga dirinya sampai mau dibawa menginap di rumah orangtuanya?? Hanya dalam mimpi saja Radeva tak berani membayangkan.

"Besok masih hari kerja mah" balas Jefri sedikit kesal. Jarak kantor dari rumah orangtuanya cukup jauh. Akan sangat memakan waktu apabila dia dari sana berangkat ke kantor. Apalagi besok ia ada rapat penting di pagi hari.

"Tuh kan, liat, alasannya begitu terus"

"Kantor sama rumah mamah jauh" balas Jefri. Memang benar. Perjalanan 30 menit cukup menguras emosi. Yang seharusnya ia masih bisa bersantai jika di rumahnya sendiri, maka di rumah orangtuanya tidak bisa. Ia harus berangkat jauh lebih awal dan Jefri benci itu.

"Yaudah deh, nanti weekend harus ya nginep di rumah mamah"

"Ngga janji mah"

••••••

Sekitar pukul 9 malam Jefri dan Radeva baru sampai. Awalnya Radeva masih ceria, tapi begitu masuk mobil dan saling diam, entah kenapa pemuda itu justru tidur. Jadilah Jefri yang harus menggendong tubuh berisi Radeva.

"Gue pikir ringan" ucap Jefri. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Ia tak nyaman menggunakan jas dan dasi yang begitu mencekik lehernya.

Drttt.... Drttt.... Drttt....

Jefri membuka ponselnya. Dan mengangkat telfon dari sahabatnya itu.

"Halo Jef"

"Ya? Kenapa Yud??"

"Besok gue izin ya, gue lagi ga enak banget ini badannya, sorry kalo dadakan, gue juga udah atur biar besok lu cuma ngehadirin 2 rapat" ucap Yudhis dari seberang sana. Jefri paham. Dari suaranya saja sudah memperlihatkan jika Yudhis dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Santai aja, istirahat biar cepet sehat"

"Makasih Jef, emang terbaik deh lu" ucap Yudhis. Jefri hanya terkekeh lalu mematikan sambungan teleponnya. Ia sedikit mengamati wajah Radeva yang tertidur nyenyak. Ia ingin membangunkannya untuk berganti pakaian tapi tak tega. Jefri pun memilih acuh dan ikut tidur. Kebetulan sudah cukup malam juga.

Handsome Demon'sWhere stories live. Discover now