Bab 8

14 3 0
                                    

Alina sedang fokus menatap layar laptop di hadapannya untuk menyelesaikan laporan setelah pelaksanaan acara kemarin, yang nantinya akan diberikan kepada Seokjin.

Suara langkah sepatu high heels terdengar mengisi keheningan di ruangan Alina hingga membuatnya menoleh untuk melihat siapa yang datang. Terlihat seorang wanita yang dikenalnya tempo hari tengah berjalan menuju ke arahnya, lalu masuk tanpa mengetuk pintu.

"Hm, selamat siang, Nona Shin." sapa Alina yang sebenarnya cukup kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Selamat siang, Alina. Kamu kenapa ada di sini? Bukankah ini ruangan Moon? Ah, Seokjin maksudku." tanya Jeha bingung melihat Alina berada satu ruangan dengan Seokjin. Ia mengintip ke luar ruangan seperti sedang memastikan sesuatu. "Benar, ini ruangannya." terangnya sangat yakin.

"A-ah ... I-itu ... Benar, ini ruangan Kim. Ruanganku ada di luar, tapi dia juga menyiapkan tempat di sini." jawab Alina sedikit canggung.

Jeha tersenyum miring. "Ternyata Seokjin seromantis itu, ya? Bahkan di tempat kerja saja, dia tidak mau jauh-jauh darimu, Alina. Kamu beruntung sekali bisa dicintai olehnya." sela Jeha di tengah-tengah keraguan Alina menjawab pertanyaannya.

Alina sedikit malu dengan pernyataan Jeha. "Bukan begitu, Nona Shin. Hanya saja pekerjaanku dan Seokjin itu sangat berkaitan, jadi ini supaya mempermudah pekerjaan kami juga." Alina menjelaskan.

Jeha menganggukkan kepalanya paham, kemudian ia melihat sekelilingnya seperti mencari sesuatu. "Aku sedang mencari Seokjin. Kenapa yang aku temui hanya kamu di sini? Ke mana Seokjin?"

"Eoh ... Kim ... Dia sedang pergi keluar menemui salah satu investor." jawab Alina.

"Hm, begitu, ya? Padahal tadinya aku mau meminta Seokjin untuk menemaniku makan siang." jawab Jeha seolah tak memikirkan perasaan Alina.

"Berdua saja?" tanya Alina sedikit penasaran.

"Iya, berdua. Biasanya juga seperti itu. Seokjin pasti meluangkan waktunya jika aku memintanya untuk menemaniku makan." Jeha benar-benar tidak peka atau memang sengaja memancing Alina.

"Benarkah? Hm, tapi sayang sekali, sekarang Seokjin tidak ada di sini, Nona Shin. Mungkin kamu bisa datang lagi di lain waktu." Senyum Alina mengembang dengan ramah.

Jeha lalu menatap Alina. "Bagaimana jika kamu saja yang menemaniku?" ucapnya tiba-tiba.

"A-aku?" Alina pun bingung mendapat ajakan dari wanita di hadapannya ini.

Jeha melipat tangan di depan dada. "Iya, kamu, Alina. Memangnya ada siapa lagi di ruangan ini? Ya, hitung-hitung supaya kita bisa pendekatan juga, kan? Selain dekat dengan Seokjin, setidaknya aku harus dekat juga dengan teman wanitanya. Bukankah begitu?" ia tersenyum pada Alina.

"Hm, bagaimana, ya? Pekerjaanku sedang banyak sekali hari ini, Nona Shin. Sepertinya aku tidak bisa menemanimu."

"Ayolah, Alina. Seokjin tidak mungkin tidak mengijinkanmu untuk makan, kan? Dia tidak akan memarahimu. Kalau dia memarahimu, biar aku yang bicara padanya. Bagaimana?" bujuk Jeha.

Alina menimbang sesaat, kemudian mengangguk. "Baiklah, aku akan menemanimu makan siang."

Jeha tersenyum lebar. "Baiklah. Ayo, kita pergi. Aku yang tentukan restorannya, ya?"

Alina hanya mengangguk setuju. Ia mengambil tasnya, lantas mengikuti langkah Jeha yang sudah berjalan di depannya. Alina pun memberi kabar kepada Seokjin sebelum ia meninggalkan teater.

***

Seorang pelayan menaruh satu per satu menu yang sudah Alina dan Jeha pesan. Jeha memesan Jajangmyeon beserta makanan lainnya. Berbeda dengan Alina yang hanya memesan satu jus jeruk.

Together | Seokjin [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now