Bab 6

17 7 0
                                    

Pukul 07:00 pagi Alina sudah sampai di teater untuk melakukan pengecekan terakhir terhadap seluruh persiapan. Ia tipe orang yang teliti dalam bekerja, maka jika ada yang tidak sesuai, ia akan merasa kinerjanya buruk.

Seokjin yang baru tiba di ruang pementasan teater itu pun memandang kagum Alina dari kejauhan. Kamu tetap cantik meskipun terlihat dari kejauhan, Alina. Kamu begitu nyata. Aura yang terpancar darimu begitu indah. Siapa saja tentu akan tertarik, termasuk orang sepertiku. Aku, laki-laki yang memiliki keyakinan berbeda begitu menginginkan seorang wanita taat dari keyakinan yang berseberangan denganku. Apakah mungkin? Rasanya memang sulit, tapi kenapa kita nekat memaksakan ini? Karena tak dapat dimungkiri jika batasan kita teramat jauh hingga membuatku merasa khawatir. batinnya.

Tiba-tiba Seokjin dikejutkan dengan sebuah tepukan di pundaknya. Seketika lamunannya pun buyar dan ia menoleh pada pelakunya.

"Astaga, Taehyung! Kamu mengejutkanku saja!" omel Seokjin saat menyadari Taehyung yang berdiri di sampingnya.

Taehyung hanya terkekeh. "Ada apa? Kenapa pagi-pagi begini kamu sudah melamun, Hyung?" tanyanya yang menangkap keraguan dari tatapan mata kakaknya itu. Pandangan matanya mengedar ke seisi ruangan yang terlihat sibuk. "Oh, karena Alina?" tebaknya.

"Sssttt! Berisik sekali kamu. Aku bukannya melamun, tapi sedang memastikan bahwa semua persiapan untuk hari ini sudah selesai." elak Seokjin.

"Benarkah? Tapi pandanganmu mengarah ke hal lain." ledek Taehyung.

"Ah! Kamu itu selalu saja sok tahu. Tumben kamu datang sepagi ini? Ada apa?" tanya Seokjin mengalihkan pembicaraan.

"Aku sengaja datang untuk melihat acaramu ini. Dan kamu tahu, aku bertemu siapa di depan tadi?" Taehyung menatap kakaknya itu sembari melipat kedua tangannya di dada.

Kening Seokjin mengerut. "Siapa?"

"Shin Jeha. Aku pikir kamu mengundangnya untuk menonton pertunjukan hari ini, tapi ternyata dia datang membawakanmu sarapan. Tadi dia bilang akan menunggumu di ruangan." jelas Taehyung.

"Hmm, baiklah. Ayo, kamu juga ikut! Aku tidak ingin Alina salah paham nanti kalau aku hanya berdua dengannya." ujar Seokjin seraya menyeret adiknya.

Langkah mereka menuju ruang kerja Seokjin. Setibanya di ruangan, terlihat Jeha yang sedang melihat-lihat seisi ruangan.

"Hai, Moon. Selamat pagi."

"Pagi, Jeha. Ada apa? Tumben sekali kamu datang sepagi ini? Aku sedang sibuk mempersiapkan acara." jawab Seokjin seraya menuju meja kerjanya.

"Justru karena aku tahu kamu sedang mempersiapkan acara, jadi aku datang membawakanmu sarapan. Kamu pasti belum makan, kan? Ini aku bawakan tuna sandwich kesukaanmu. Selain itu, aku memang sengaja juga datang ke sini karena ingin melihat pementasan di teatermu ini. Aku belum pernah melihat pementasan seperti ini." jelas Jeha seraya menyerahkan sarapan yang dibawanya ke hadapan Seokjin.

Seokjin tersenyum. "Terima kasih atas perhatianmu, tapi maaf sekali, aku kebetulan sudah sarapan bersama Alina tadi. Mungkin kamu bisa memberikannya pada Taehyung. Dia sepertinya belum sarapan." tolaknya sopan.

Jeha mengerutkan kening. "Alina?"

"Iya, Alina, kekasih Hyung. Kamu tidak tahu?" sahut Taehyung.

Jeha hanya tersenyum tipis. "Bukankah ..."

"Hm, Jeha, tadi kamu bilang ingin menonton pementasan? Memangnya kamu tertarik? Bukankah kamu tidak terlalu paham dengan drama-drama seperti itu?" sela Seokjin sebelum Jeha melanjutkan ucapannya.

Ya, memang benar jika Shin Jeha tidak begitu tertarik dengan dunia teatrer. Alasan sebenarnya dia datang hanya karena ingin bertemu dengan Seokjin. Seokjin adalah teman masa kecilnya, dan ia sudah begitu lama menyukai pria itu. Namun, Seokjin kerap kali menganggapnya hanya sahabat. Siapa yang tidak akan tertarik dengan ketampanan yang dimiliki oleh seorang Kim Seokjin? Belum lagi sikapnya yang manis, perhatian dan juga baik pada semua orang. Seokjin terlalu boyfriend material untuk para wanita.

Together | Seokjin [SUDAH TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя