Bab 1

74 10 1
                                    

BRAK!

Seokjin melemparkan tumpukan kertas ke atas meja kerjanya. Siang yang panas dan pekerjaan yang bertumpuk membuat kepalanya panas.

Laki-laki berusia 30 tahun itu kewalahan sejak minggu lalu mengerjakan beberapa berkas yang seharusnya dikerjakan oleh Alina, asisten sekaligus kekasih hatinya. Wanita itu sedang pergi melaksanakan ibadah umrah selama hampir dua minggu.

Seokjin mengambil telepon di atas meja dan menekan salah satu angka yang terhubung dengan meja karyawannya. "Woo Hyun, tolong ke ruangan saya sebentar. Terima kasih." ia kembali menutup teleponnya dan menghela napas berat.

Seokjin menatap kembali berkas laporan yang tadi sempat dilemparnya ke meja. Ia membaca ulang keterangan yang tertera di sana.

Kim Seokjin bekerja sebagai pemilik dari Moon Teather, sebuah teater yang namanya sudah cukup dikenal di kalangan para seniman. Teater tersebut dirintis oleh Seokjin dari nol sejak lima tahun lalu. Ia memutuskan mendirikan teater karena kecintaannya terhadap seni pertunjukan. Baginya, seni begitu indah untuk dinikmati dalam keheningan dan penuh khidmat.

Moon Teather baru saja menyelesaikan sebuah proyek pentas tari yang diadakan oleh salah satu komunitas pada minggu lalu. Seharusnya Alina menjadi penanggung jawab utama dari acara tersebut. Wanita itu ditunjuk langsung oleh pihak dari komunitas untuk menangani mereka. Namun, ternyata terjadi bentrok antara acara pentas dan waktu keberangkatan Alina ke tanah suci Mekkah.

Akhirnya Seokjin menyuruh Alina untuk mengambil izin cuti agar kekasihnya itu bisa melaksanakan ibadahnya yang sudah tertunda beberapa kali. Sempat keras kepala karena tidak mau dianggap tidak bertanggung jawab pada pekerjaan, Alina pun setuju untuk cuti. Sebelum berangkat, Alina sudah mengerjakan hampir sembilan puluh persen dari keseluruhan acara, dan sisanya hanya tinggal tim pelaksana yang bertanggung jawab dengan didampingi oleh Seokjin, tentunya.

Kini, keadaan kantor sedikit kacau karena yang menggantikan Alina sebagai penanggung jawab acara baru bekerja di Moon Teather kurang lebih tiga bulan. Tidak ada orang lain yang bisa menggantikan Alina selain pria bernama Woo Hyun yang baru saja dipanggil oleh Seokjin itu.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi, Pak." seorang pria bertubuh jangkung berisi muncul di balik pintu ruangan Seokjin.

"Ya, silakan masuk, Woo Hyun." sahut Seokjin tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas. "Silakan duduk."

Pria itu pun duduk di depan meja Seokjin. "Ada apa, ya, Pak?"

Seokjin menyerahkan berkas di tangannya ke hadapan Woo Hyun. "Itu laporan proyek kemarin banyak salahnya. Kamu revisi lagi, ya? Atau kalau mau, tunggu kepulangan Alina besok atau lusa. Biar dia bantu kamu selesaikan laporannya karena memang kemarin banyak juga yang Alina kerjakan, kan?" ujarnya.

"Ah, iya, Pak. Mohon maaf. Kalau begitu, saya akan perbaiki lagi." jawab Woo Hyun dengan rasa tidak enaknya pada Seokjin.

"Tidak apa-apa. Jangan takut salah karena kamu juga masih dalam proses belajar di sini. Sejauh ini yang kamu kerjakan sudah bagus, dan proyek kemarin juga berjalan dengan lancar. Sesuai dengan keinginan saya dan pihak komunitas juga. Saya pastikan kamu akan mendapatkan bonus untuk itu, Woo Hyun-aa. Selamat, ya." Seokjin tersenyum menatap karyawannya itu.

"Ah, Pak. Apa pantas saya dapat bonus? Saya masih banyak kurangnya, Pak. Saya tidak sehebat Bu Alina." jawab Woo Hyun takut-takut.

Together | Seokjin [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now