Bab 10 Jus Stroberi

Start from the beginning
                                    

Selama ini pula ia belum pernah dibuatkan jus buah oleh ibunya. Mita selalu sibuk bekerja demi menopang hidup. Mita ingat betapa susah kehidupannya dulu, dan sekarang semua itu telah berubah. Jadi, Mita pun harus berubah, ia terus bekerja agar keluarganya tidak kesusahan lagi. Tetapi di saat yang sama, Abelle kehilangan sosok ibunya yang dulu.

Pada saat mereka belum tinggal di rumah sebesar ini, Abelle selalu berkumpul di ruang tengah bersama Mita dan juga ayahnya, Bagas. Mereka selalu bercakap-cakap sambil menyantap makan malam. Abelle sangat merindukan sosok ayahnya yang kini jauh darinya. Sebenarnya Abelle masih bisa bertemu dengan ayahnya, tapi itu adalah hal yang paling tidak disukai Mita. Saat itu Abelle masih belum bisa berpikir luas, sehingga ia hanya bisa menurut saat Mita memaksa untuk ikut dengannya.

Abelle masih terlalu kecil untuk memahami bahwa itulah momen terakhir ia bisa bertemu ayahnya.

Abelle menggelengkan kepalanya kuat untuk menghentikan lamunan sedih itu. Ia berjalan ke dapur untuk mengembalikan gelas.

“Pinter, deh, kalo diabisin gini. Jangan malu-malu kalo mau minta dibuatin lagi, ya,” ucap Ryan dengan tawa kecil.

“Oke, aku minta Kak Ryan buatin churros, gimana?” Abelle balas meledek Ryan.

“Bukan begitu juga konsepnya.” Abelle segera lari saat Ryan ancang-ancang ingin melemparnya dengan kain lap. Beberapa detik kemudian, Ryan gantian tertawa saat mendengar Abelle mengaduh karena sepertinya kakinya terantuk sesuatu.

Sampai di kamar, Abelle mengambil baju dan bersiap untuk mandi. Sepuluh menit kemudian, Abelle turun ke bawah dengan keadaan badan yang sudah segar dan wangi.

Sesampainya di samping dapur, Abelle duduk dan memperhatikan Ryan yang masih fokus memasak. Punggungnya terlihat bidang dari belakang. Keringatnya menembus baju dan terlihat dari luar. Ternyata Ryan mampu melakukan multitasking dalam memasak. Ia terlihat bolak-balik untuk mengaduk sesuatu di panci di atas kompor dan memotong sesuatu di meja yang terletak agak berjarak dari kompor.

Abelle teringat ibunya beberapa kali pernah membawa Abelle ke sebuah hotel mewah saat ia ada jadwal meeting. Saat berkeliling, Abelle melihat area restoran dengan pemandangan open kitchen. Abelle takjub menyaksikan api-api berkobar di atas penggorengan. Suara klontang peralatan dapur, suara air yang bertemu wajan panas, suara seseorang yang memerintah semua chef yang ada di situ, dan suara-suara lainnya perlahan muncul kembali di ingatan Abelle.

“Nah, makan malem udah siap,” seru Ryan ceria. Ia membawa hidangan dengan nampan ke meja makan.

Grilled salmon steak, tamagoyaki, dan capcay. Silakan.” Ryan menunjuk satu persatu makanan yang ia buat dengan senyum bangga.

Abelle menganga melihatnya. Baru pertama kali Abelle hampir meneteskan liurnya melihat masakan Ryan. Tapi penyebabnya hanya dua, yakni karena salmon dan tamagoyaki. Sementara itu, Abelle bergidik saat melihat capcay yang penuh dengan sayuran itu.

Pertama kali Abelle menyantap salmon adalah waktu ia pergi ke sebuah hotel, dan dari momen itulah ia jatuh cinta dengan salmon. Hidangan yang ada di depan mata Abelle sekarang ini juga hampir mirip dengan yang ia makan di hotel.

“Yuk, dicoba dulu.” Ryan memberikan pisau, garpu, dan sendok.

Sudah jelas pertama Abelle akan menyantap salmonnya dulu. Rasa gurih langsung melebur di mulutnya. Dengan cepat ia menghabiskan hidangan itu. Gerak-gerik tubuhnya saat menyantap makanan yang lezat tak bisa ditutupi. Selanjutnya, tamagoyaki. Hidangan telur khas jepang yang berbentuk kotak. Terasa lembut seperti tahu. Abelle menambahkan saus untuk menambah rasa. Setelah dua hidangan habis, Abelle meraba perutnya yang sudah penuh

Between Jersey & Macaron (END✓)Where stories live. Discover now