1. Welcome back, Naura!

1 2 0
                                    

"Di depan sana, Mbak!" titah gadis cantik dengan khimar abu abu yang sangat cocok di wajahnya. Senyum perempuan itu mengembang sempurna ketika sang netra menangkap jelas potret tempat yang masih menjadi favoritnya di kota ini.

Setelah menyerahkan beberapa lembar uang berwarna biru, ia segera membuka pintu taxi dan mengucapkan terima kasih pada wanita yang berada di kemudi.

Namanya Naura. Lebih tepatnya Naura Rafalia Brecth. Gadis manis keturunan Belanda-Indonesia yang baru saja berhasil mengucapkan sumpah profesinya sebagai apoteker minggu lalu.

Setelah turun, perempuan itu menghirup rakus udara di sekitarnya, seakan tak ingin menyisakan pasokan oksigen untuk mahkluk yang lain. Dengan semangat, gadis itu menyeret koper baju miliknya menuju rumah yang sudah ia tinggal selama kurang lebih 5 tahun belakangan.

Tak bisa ia pungkiri, ada sesuatu yang selalu membuatnya ingin kembali pada tempat ini. Rumah, lingkungan, orang-orang, dan semua hal di Bondowoso masih menjadi favoritnya. Saksi bisu masa putih abu-abu yang tak pernah terlupakan.

"Welcome to Bondowoso, Naura! Good luck starting a new story!"

*******
"Akhirnya selesai juga."

Senyum gadis itu melengkung sempurna. Netranya menatap bangga sekeliling kamar yang berhasil ia bersihkan beberapa detik lalu.

Tak lama setelah itu, Naura memilih untuk membersihkan diri ketika selesai memesan makanan dari salah satu aplikasi online. Ayam geprek dan lemon tea, menjadi pilihannya sore ini.

Baru saja urusannya selesai dan Naura berniat untuk menikmati sore ini dengan tenang di sofa ruang tamu, gadis itu kembali diusik oleh dering telepon dari handphonenya.

Perempuan itu mendengus sebal. Oh ayolah, perjalanan yang baru saja ia tempuh, sangat jauh bukan? Ia hanya ingin istirahat sekarang!

Namun, hal itu tak bertahan lama ketika ia tahu siapa yang tersangka utama handphonenya berdering.

"Mama!" teriaknya girang.

[Waalaikumsalam, sayang. Naura gimana di sana?] Suara di seberang, menyahut.

"Oh iya, assalamualaikum Mama cantiknya Naura!"

Sekarang gadis itu berteriak seakan lupa pada lelahnya. Ternyata benar, bahwa ibu adalah obat dari segala rasa penat.

[Waalaikumsalam, sayang. Jadi gimana?]

"Naura udah sampai tadi siang, Ma. Tadinya, sih, capek banget. Tapi, waktu Mama telepon, capeknya ilang," balas gadis itu dengan kekehan kecil di akhir kalimat.

[Tadi gimana di perjalanan? Nggak ada apa-apa, kan, Sayang?] Suara di seberang terdengar khawatir.

Ia, wanita itu tidak bisa membohongi dirinya bahwa sedang mencemaskan Naura. Bahkan, malam ini dia hanya tidur selama 2 jam.

"Nggak ada apa-apa, Mama. Mama nggak usah khawatir, ya? Naura baik-baik aja di sini," jawab Naura lembut.

Cukup lama mereka berdua diam. Tidak ada yang berniat untuk membuka suara untuk percakapan selanjutnya.

Namun, entah mengapa kali ini Naura sedikit bingung dengan semua sikap Mamanya. Tidak, bukannya bermaksud tidak baik, tapi kali ini Mamanya terlalu menghawatirkan semuanya. Oh ayolah, ini bukan pertama kalinya mereka berjauhan, bukan? Bahkan, dulu saat SMA, Naura ada di kota ini dan semuanya berjalan baik.

Flashback on

"Mama, rencananya setelah lulus, Naura ingin membangun apotek, boleh?" terang Naura pada malam itu.

Kini keduanya tengah berada di meja makan dan baru saja menyelesaikan makan malam.

"Boleh dong, Sayang. Nanti Mama coba kabari aunty Ann, ya? Agar dia bisa bantu untuk mencari tanahnya," Balas Bella, setelahnya wanita itu memilih untuk meneguk air minum di hadapannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MISVERSTAND (COMING SOON)Where stories live. Discover now