Find Me In Your Memory (2)

11 3 0
                                    

Denting jam mengisi keheningan malam. Tak ada suara lain, hanya pewaktu yang menempel di dinding terus bersuara hingga menimbulkan kesan menakutkan, apalagi seisi apartemen gelap gulita lantaran sang pemilik masih terlelap di alam bawah sadar.

Perlahan tapi pasti jemari lentik yang menggantung di pinggir sofa itu bergerak. Semakin lama semakin membuat saraf motoriknya bekerja hingga kedua kelopak mata itu terbuka. Ia mengerjap pelan-pelan, mencoba beradaptasi dengan pesekitaran yang tak ada penerangan.

"Eh, jam berapa ini?"

Ia pun bangkit mengumpulkan nyawa, menatap sekeliling linglung untuk kemudian bergerak menuju sakelar lampu, berniat menyalakan penerangan ruangan.

Saat keadaan berubah dari gelap ke terang, sebuah ingatan abstrak tiba-tiba terlintas di pikirannya.

"Apa yang ia lakukan selama ini?"

"Tuan Muda Eghan hanya membantu Nyonya Jenneva berkebun, Pangeran Mahkota."

Bocah remaja dengan mata biru laut itu terkekeh pelan sambil meletakkan kuas ke meja. "Terus awasi dia, jika kalian melihat hal mencurigakan, segera laporkan padaku. Aku harus mengantisipasi apapun meski itu hal terkecil sekalipun."

"Baik, Pangeran Mahkota."

Hah ....

Seketika mata bulat milik Leansy terbuka lebar, itu tadi apa? Yang melintas di kepalanya itu apa? Ia ingat bahwa tadi sempat bermimpi aneh, tapi langsung ditepis dengan dalih tak sempat membersihkan diri, maka mimpi jelek berani mendekat. Tapi, ini ... Ia sedang dalam keadaan sadar loh, bukan sedang tidur.

Kenapa bocah remaja dalam ingatannya itu persis seperti Arsh Oliviri dalam mimpinya tadi, bedanya ia terlihat lebih dewasa dari pada sebelumnya. Apakah ia masih di alam mimpi? tapi lengannya terasa sakit kok ketika dicubit. Berarti ia sadar, kan.

Masih dalam keadaan bingung Leansy melihat jam dinding, pukul delapan malam. Agaknya ia sudah tidur terlalu lama tadi. Mungkin dengan mandi bisa menyegarkan pikirannya yang kusut akibat mimpi tadi, ya semoga saja.

🏰

Seusai menyantap makan malam berupa nasi dan omlette, Leansy kini bersantai-santai ria di atas tempat tidur sembari membuka naskah pekerjaannya. Ia akan mengecek ulang sambil menunggu kantuk datang.

Membaca chapter keempat dimana para tokoh sudah memasuki usia remaja, Leansy mendapati sebuah hal menarik di salah satu halaman naskah. Di sana tertera bahwa Arsh selama ini selalu mengirim mata-mata untuk mengawasi Eghan yang hidup di luar istana. Bahkan pernah mencoba mengirim penjahat untuk melukainya.

Dan itu semua menambah keterkejutan Leansy dengan dialog antara Arsh bersama pengawal pribadinya. Di sana jelas sekali percakapan keduanya sama persis seperti ingatan yang ia terima saat menyalakan lampu tadi. Ini aneh, ia bahkan belum membaca bagian ini sejak menerima naskah tadi pagi, tapi ia sudah tahu lebih dulu, seolah ingatan itu bak spoiler film atau drama yang bertebaran di media sosial.

Deru kereta kuda perlahan melambat saat sudah tiba di lereng gunung. Jendela pada kereta itu perlahan terbuka, sosok gadis berambut hitam panjang nampak mengamati sebuah rumah yang berada di sekitar lereng tersebut.

"Jenderal Zavion!"

"Iya, Tuan Puteri."

"Benarkah ini rumah Pangeran Eghan dan Bibi Jenneva?"

"Benar, Tuan Puteri. Karena hamba sendiri yang membawa mereka kemari."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mei's Oneshoot StoryWhere stories live. Discover now