"OHHHH ELO YANG NYULIK GUE! dasar ya, gue lagi enak enak makan juga malah di geret kesini. Nanti kalo gue laper di kelas emangnya lo mau beliin gue makanan hah?! Ah dasar semua cowok tuh ngeselin banget," gerutu Ara.

"Nanti temen temen gue nyariin gimana? Abang sama saudara gue nyariin gimana? Mau apa si lo? Masih ga terima sama gue di tuduh ngikutin? Atau emang lo mau nyari masalah ya sama gue?" Tanya Ara berturut-turut membuat Varel bingung akan tingkah laku gadis di hadapannya.

"Engga," kata Varel.

"Bener bener kutub lo ya. Ngapain bawa gue kesini?"

"Nanti, temenin beli buku, gaada penolakan." Setelah mengatakan itu Varel langsung meninggalkan Ara. Sendiri.

Cowok itu membawa Ara ke taman belakang, ingin memberitahu di kantin tadi tapi Ara sedang dengan para sahabat dan juga saudaranya. Varel jadi malas.

Varel memang berniat untuk membeli buku, tapi mengajak Ara adalah hal yang di luar kendali nya. Seakan mulutnya yang berbicara sendiri. Hati cowok itu juga mengatakan ajaklah Ara, pasti akan menyenangkan.

"JANCOK! VAREL ASU!"

Ara kembali ke kelas dengan kekesalan yang memuncak. Dasar Kaka kelas kurang ajar!

♡♡♡♡

Saat ini Ara tengah bersantai di dalam kelas yang menjadi gugus nya. Di samping Ara, ada Akila yang sedang menutup mata mendengar musik yang berasal dari earphone milik gadis itu.

Sedikit info, Akila dan Ara mereka memang satu gugus. Sedangkan Tita, Nisa, dan Dinda berada di gugus lain. Mungkin keberuntungan tidak sedang memihak kepada mereka.

"Lo laper ga?" Tanya Ara tiba tiba.

Akila melepaskan satu earphone yang menyumbat telinga nya, "engga. Lo laper? Gue ada sandwich buatan bunda, mau?" Tawar Akila.

"Waw! Mau mau!"

Akila tersenyum tipis lalu mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas. Di sana terdapat 4 sandwich yang sudah di potong-potong kecil agar mudah memakan nya. Akila tau Ara memang suka makan, tapi gadis itu akan kesusahan jika ukuran makanannya terlalu besar.

"Makan yang banyak, tadi lo makan ga abis keburu di gondol orang," kata Akila.

Mengingat itu, kekesalan yang tadi mereda kembali berkobar. Seakan ucapan Akila adalah bensin yang di siram ke atas api kecil, membuat Ara ingin sekali menonjok wajah Varel yang datar dan kaku itu.

"Cerita aja," ucap Akila, seakan dia tau bahwa Ara ingin bercerita tapi terhalang rasa kesalnya.

"Huftt, jadi gini, La. Sumpah gue kesel banget sama itu orang, kaya apasi anjir ihhh najong!"

Ara menceritakan semuanya kepada Akila, bahkan ajakan Varel untuk menemaninya membeli buku pun Ara ceritakan kepada sahabatnya ini.

Akila merespon seadanya, gadis itu bingung mau menjawab apa, tapi ia suka jika ada orang yang mau bercerita padanya. Seperti Ara sekarang, dirinya yang menyuruh bercerita tapi dirinya juga yang bingung mau merespon apa.

Ara pun tidak mempermasalahkan hal tersebut, mau Akila merespon bagaimana pun Ara biasa saja. Dia tau sifat sahabat nya ini, yang penting sekarang dirinya sudah lega karna bercerita panjang lebar. Lebih tepatnya mengeluarkan kekesalan. Ara cerita lebih banyak mengumpat soalnya.

Ketua Osis Manja Is MineWhere stories live. Discover now