PROLOG

2 1 0
                                    



.

.



.




.

“Rhen.”
"Hentikan! Tidak ada yang perlu di jelaskan!."
"Tapi itu bohong.."Isaknya."Anak-anak
  masih kecil."
  "Mereka bisa hidup tanpa mu!"
  "Bagaimana pun mere~"
  "Tidak ada sanggahan!Permaisuri ku
  bukan hanya kau.." Emosi Rhen. Kini sorot mata itu beralih ke perut Vaisha.
 
"Aku memberimu waktu sampai bayi
itu lahir." Tegasnya membuang muka ke sembarang arah.
 
"Tapi dia anak mu Rhen!." Suara vaisha kian meninggi. Rhen mengangkat satu tangannya agar vaisha diam.
 
"Ingat! Penghianat harus dihukum!"
Bulir air mata tak henti menetes dari mata vaisha.
 
"Aku mengandungnya dua bulan se-
  belum peristiwa itu terjadi,, percaya
  lah.." Mohon Vaisha.

Rhen menghiraukan nya, lalu meninggalkan vaisha disana. Dunia nya hancur saat ini. Bahkan suami nya tak mempercayai dirinya.

'Rencana mu berhasil! Kau berhasil
  membuat ku jatuh, mungkin itu ti-
  terlalu penting untuk ku. Tapi kali
  ini kau ikut menghancurkan masa
  depan calon anakku, aku tidak me-
  bisa menerima itu. DIA~~ANAK KU
AKAN MEMBALAS KETIDAKADILAN
INI!!TUNGGU SAJA!!'. Geram vaisha

🔰👑🔰

      Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Harapan Vaisha sekarang telah lama menyapa dunia dengan tangisan nya. Lama?. Yap!
Sekarang adalah bulan keempat umur putrinya. Vaisha diberi waktu lagi hingga anak itu berumur empat bulan. Inilah saatnya Vaisha harus berpisah dengan anak nya.
 
"Bagaimana bisa? Mata dan bibirmu
  terlalu mirip dengan Rhen." Ucap nya mengelus pipi anak nya.
Tak lama dari itu, ada satu pelayan datang padanya.
 
"Maaf permaisuri.. Raja memanggil
   mu~~ yang lain sudah menunggu."
Kata pelayan itu tunduk hormat. Vaisha hanya mengangguk lesu.

   Kemudian pelayan itu pergi. Matanya kini terfokus kembali pada malaikat kecilnya.
  "Tumbuhlah dewasa dan kuat nak."
  "Aku akan mengurus nya." Ujar seseorang dari belakang Vaisha.
  "Kakak~" Langsung berlari kepelukan wanita tadi. Dia adalah Xezhas, Istri kedua Rhen. Xezhas----- si wanita cerdas nan baik membalas pelukan Vaisha.
 
  "Aku mengerti--- tapi aku tidak bisa melawan mereka, sebab kekuatan kita baru saja lahir empat bulan lalu."
Vaisha hanya bisa mengangguk saja.
 
  "Sekali lagi maafkan kakak mu yang lemah dan bodoh ini vaisha."
  "Tidak! Ini bukan salah mu!."
  "Percaya pada ku,, dia akan tumbuh dengan baik."
  "Terimakasih kak, jaga dia seperti anak mu, ya?."
  "Dia memang anakku, jangan khawatir."
  "Eum,,kau yang paling ku percaya disaat terakhir ku." Vaisha memandang lekat wajah putrinya.

  Lalu memberi pelukan serta kecupan pada sang putri. Tak lupa pelukan terakhir untuk Xezhas.

    Setelah itu, dia pergi meninggalkan Xezhas dengan anak nya. Dan berpesan untuk membawa anak nya ke aula penghukuman. Tanpa berlama-lama Vaisha langsung menaiki panggung disana, Mata nya mencari sesuatu, daann--- Dapat!. Itu Xezhas bersama anak nya. Senyum terakhir ia buat seindah mungkin untuk menatap putri nya. Kemudian memberi isyarat kepada pengawal, agar semua di mulai.
     

   Tirai merah diatap panggung terbuka. Hakim kerajaan pun maju satu kedepan panggung, lalu membacakan sesuatu, tapi senyum tak kala memudar. Hingga Bunyi gemuruh datang, disitu lah mata Vaisha terpejam. Datang lah seekor dragon yang mengamuk akibat mangra yang dibaca Hakim. Api biru menyembur ke tubuh Vaisha dan membuat sedikit demi sedikit kulit nya mengelopek. Tapi bukan jeritan dikeluarkan, melainkan senyuman. Begitu lah akhir hidup istri terakhir Rhen. Kini tinggal lah abu diatas panggung. Xezhas sudah meneteskan air matanya sejak tadi.

EXTANDEAR✪☬Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα