21

712 27 0
                                    

Frank dan Theodor sudah berada di Perancis. Seperti biasa mereka singgah ke hotel sebelum Frank pergi ke rumah sakit tempat Sena dirawat.

"Jika Elena menelepon lagi katakan padanya aku sedang rapat dan aku akan menghubunginya nanti".

"Baik Tuan Jensen".

Frank kembali memasuki lift dan turun ke lobi. Di depan lobi mobil yang ia pesan sudah tiba. Ia mengemudi sendiri menuju Rumah Sakit Cochin.

"Mengapa kau ada di sini?".

Tanya Larine begitu melihat Frank berdiri di hadapannya. Namun pria itu tidak menggubris. Ia malah langsung berjalan ke arah Sena yang tertidur.

"Apa hasilnya sudah keluar?".

"Mereka baru mengambil sampel darah untuk dibawa ke laboratorium. Aku sedikit khawatir Frank...".

Dengan langkah perlahan Frank mendekat dan menatap Larine.

"Apa yang membuatmu cemas? Aku ada di sini dan Sena akan pulang ke rumah ".

Larine menggeleng perlahan.

"Carl pernah menunjukan gejala seperti ini. Aku dengar bahwa penyakit itu bisa diturunkan kepada kerabat dengan hubungan darah langsung ".

Frank terdiam. Ia memang menghadiri pemakaman Carl waktu itu tapi ia tidak tahu penyebab kematian suami Larine tersebut. Kepalanya menoleh dan melihat wajah Sena sedikit pucat.

"Berdoalah agar kemungkinan itu tidak terjadi. Aku akan menemui dokter".

Frank berjalan keluar dan meminta petugas untuk menemui dokter yang merawat Sena.

"Aku ingin tahu, apa sebenarnya yang terjadi dengan Sena ".

"Maaf Tuan tapi kami sedang melakukan analisis lebih jauh sebelum mendiagnosa pasien. Gejalanya merujuk pada penyakit kelainan di darah merah. Kami harus menunggu hasil lab".

"Kalau begitu aku akan memindahkan putriku ke rumah sakit lain!".

Dokter sedikit terpancing dengan kalimat Frank yang terdengar merendahkan tapi ia berusaha profesional.

"Hasilnya akan sama saja Tuan. Kecuali...".

"Kecuali apa?".

Suara Frank benar-benar meninggi.

"Lupakan itu dan kami harap Anda sedikit lebih sabar".

Dengan kesal Frank berjalan keluar dan pergi ke meja resepsionis untuk mengurus agar Sena dipindahkan ke rumah sakit besar.

Lalu ia kembali ke kamar Sena.

"Aku sudah memutuskan agar Sena dipindahkan ke rumah sakit yang lebih baik. Jangan berdebat denganku sekarang!".

Tangan Frank terulur dan membelai pipi Sena. Larine menggigit bibirnya.

"Apakah hasil lab sudah keluar? Bagaimana dengan dugaanku?".

"Hasilnya belum ada dan Aku tidak akan menunggu. Berkemaslah sekarang Larine!".

Beberapa perawat datang dan mengatur semua alat medis untuk Sena. Kemudian mendorong bangsal Sena menuju lift.

Mereka akan berangkat dengan helikopter menuju Rumah Sakit St. Joseph. Tak butuh waktu lama  untuk tiba di sana.

"Tolong lakukan tahun terbaik, berapapun biayanya aku pasti membayarnya!".

Itulah kalimat Frank sebelum bangsal Sena di dorong masuk ke ruangan darurat untuk diagnosa awal.

Larine memilih duduk di kursi tunggu dengan kepala tertunduk. Frank duduk di sampingnya.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now