Daisy

114 17 65
                                    

“Yunho, tolong belikan dulu garam,” pinta Yuri pada putranya. 

Yunho berhenti sejenak dari kegiatannya bersama Mingi memainkan beberapa mainan dari dalam kotak mainannya. Mingi tidak punya, jadi dia senang sekarang ketika Yunho bersedia untuk berbagi dengannya.

Dan melupakan kejadian kemarin dimana Wooyoung, San, dan Yeosang, mengusirnya pergi dari pusat lapangan desa.

Yunho menghapus air mata yang mengalir membasahi kedua pipi Mingi saat itu, mencoba menghiburnya saat Mingi masih sesegukan. Mengajaknya bermain di rumahnya saja. Dan hari ini pun bermain lagi.

Apa lagi memang yang bisa bocah lima tahun lakukan di desa?

Bermain di alam? Ya, nanti tentu saja Yunho akan mengajak Mingi kalau sudah siap. Ibu mereka masih merasa khawatir. Banyak tempat berbahaya. Keduanya masih harus berada di bawah pengawasan orang dewasa.

Yuri yang masih memakai apron, menyerahkan selembar uang pada Yunho. “Satu bungkus ya, di warung bibi Kim. Nanti uang kembaliannya boleh kau jajankan, sekalian untuk Mingi juga.”

“Baik eomma.”

Yuri kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatan memasaknya.

“Mingi, kamu mau ikut tidak?”

Mingi sempat untuk terdiam sebentar, berpikir. “Jauh tidak warungnya?”

Sekarang giliran Yunho yang terdiam sejenak untuk berpikir. “Sebenarnya tidak terlalu dekat, tapi tidak jauh juga sih, makanya kan eomma masih mempercayaiku untuk berbelanja ke sana?”

Benar juga, pikir Mingi.

“Kalau menurutmu, bagaimana? Bagusnya aku ikut denganmu untuk pergi, atau sebaiknya menunggumu saja di sini sampai kau kembali?” Mingi tidak ingin jika pilihannya nanti malah akan menyusahkan Yunho. Ia pikir Yunho sudah cukup banyak disusahkan olehnya, dan ia hanya tidak ingin untuk menambah-nambah lagi beban temannya itu.

“Ya itu terserah padamu. Kan kau yang kuajak pergi, kau yang punya hak untuk memilih. Kalau kau ikut nanti bisa memilih sendiri jajanan yang kau inginkan. Kalau kau takut pada sesuatu saat di dalam perjalanan pergi atau pulang nanti, aku akan melindungimu.”

Itu sebenarnya adalah tawaran yang bagus. “Kalau aku memilih untuk tidak ikut?”

“Kau bisa mengatakan dari sekarang soal jajanan apa yang kau mau. Aku akan membelikannya untukmu. Dan kau juga tidak perlu capek-capek untuk berjalan agak jauh ke warung.”

Itu juga ada benarnya. Tapi berada di dalam rumah selama seharian, dan setiap hari, itu juga membosankan. Sekali-kali mereka membutuhkan pemandangan dan suasana baru. Aktivitas berbeda juga, supaya kesehariannya tidak monoton.

Mingi memperhatikan semua mainan milik Yunho yang berceceran di lantai. “Kalau kita pergi, nanti siapa yang akan menjaga dino?” ia menunjuk robot dinosaurus di antara mobil-mobilan kecil.

“Kau ingin kita membawa dino bersama kita?”

Mingi mengangguk pelan, ragu.

“Eomma, boleh aku bawa dino ke warung?” teriak Yunho pada ibunya di dapur.

“Tidak boleh bawa mainan keluar, nanti kalau hilang bagaimana? Sayang sekali kan, itu harganya mahal. Nanti kau tidak bisa jajan selama berbulan-bulan karena harus menabung untuk membeli dino yang baru.”

“Kalau begitu eomma yang menjagakan dino untuk kami, mau tidak?”

“Biarkan saja, dino akan baik-baik saja.”

“Baiklah eomma.” Yunho kembali menoleh pada Mingi. “Kau dengar itu?”

Tapi Mingi tidak tega untuk meninggalkan benda kecil itu. “Kurasa aku akan tetap tinggal di sini untuk menjaga dino untukmu, kau pergi saja sendiri, aku akan menunggumu dengan setia.”

Fall Daisy 🌼 YunGi [⏸]Where stories live. Discover now