#4

44.2K 2.8K 8
                                    

Hai.... Sorry... Part ini pendek... Tapi aku pikir, dari pada aku tunda update nya... Lebih baik aku update sekarang...

Seperti biasa.... Maaf kalau banyak typo...

Happy reading....

.........................o0o.............................

Resepsi itu digelar dengan megah. Papa Devan terlihat lebih segar dibanding sebelumnya.

Pelimpahan perusahaan sudah dilakukan dengan satu syarat dari Jonathan. Ia hanya menjalankan perusahaan super besar itu. Saham Grand untuk sementara dialihkan pada Jo, yang nantinya akan diberikan seluruhnya untuk anak Grand yang sekarang kukandung ini. Sedangkan saham Stella oleh Papa Devan diberikan padaku.
Jo benar-benar memegang kata-katanya. Ia tidak menginginkan sepeserpun harta ayahnya.

Hari semakin larut, para undangan pun mulai berkurang. Kini yang ada tinggal beberapa orang teman dekat dan kerabat saja.

Aku duduk sendiri di atas pelaminan, sementara Jo sedang berbincang dengan wanita yang bernama Vien itu, bersama seorang laki-laki sebaya dengan Jo. Aku tidak mengenal mereka, karena Jo tidak pernah mengenalkan mereka padaku.

Tadi sempat kulihat, wanita itu menangis, yang kemudian segera didekap oleh laki-laki disebelahnya, sebelum Jo minta ijin padaku untuk menemui mereka.

Aku tidak tau apa hubungan mereka bertiga. Aku tidak berani bertanya. Lagipula, aku menikah dengan Jo hanya karena aku mengandung anak dari Grand. Kadang aku bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya perasaan Jo menjalani semua ini. Ditinggalkan di panti asuhan, lalu setelah dewasa, ayahnya datang menyuruhnya menggantikan posisi Grand yang meninggal karena kecelakaan, mengambil alih semua tanggung jawab Grand. Bagaimana dengan kehidupan Jo sebelum bertemu dengan ayahnya? Apa dia sudah punya kekasih? Jo sama sekali tidak mengenalkanku dengan teman-temannya.

Kulemparkan pandanganku ke arah Jo berdiri. Kini kulihat mereka bertiga berpelukan. Jo sempat mengusap kepala wanita itu dan mengelus perutnya sekilas.
Tatapannya masih tidak berpindah dari wanita itu.
Lalu wanita itu pergi bersama laki-laki yang tadi terus mendampinginya, meninggalkan Jo yang memutar tubuhnya kembali melangkah ke arahku.

"Maaf, kelamaan ya?" katanya tanpa menatapku.

"Tidak apa-apa," gumamku menggeleng.

"Malam ini kita menginap di sini, besok kita pindah ke apartemen," kata Jo membuatku mendongak menatapnya heran.
Setahuku, selama ini Jo tinggal di panti asuhan.

"Apartemen?" aku menaikkan kedua alisku.

"Ya," Jo.mengangguk acuh.

"Kamu punya apartemen?" tanyaku tanpa sadar, lalu cepat-cepat menutup mulutku yang lancang. Apa Jo tersinggung?

"Aku ini tinggal di panti, tapi saudaraku punya apartemen. Aku meminjamnya untuk batas waktu yang tidak ditentukan," sahutnya masih tanpa menatapku.

"Lalu pemilik apartemen, maksudku saudaramu tinggal dimana kalau apartemennya kamu pinjam?" keingintahuanku membuatku menanyakannya.

"Dia sudah tidak tinggal disana," sahut Jo mengernyit menoleh mendengar kenyinyiranku.

Aku mengangguk kecil lalu menunduk.

Papa Devan menghampiri aku dan Jo.
"Besok Papa akan suruh Pak Hari menjemput kalian."

"Tidak perlu. Aku dan Cla untuk sementara akan tinggal di apartemen. Dan aku bawa mobil sendiri," sambar Jo menolak kebaikan Papa.

Sincerity of LoveWhere stories live. Discover now