Aku tersenyum dan berbalik untuk memandangnya, "Itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan" Kataku dan pergi memunggunginya.


Pada tengah hari, semua orang beristirahat tak beraturan di ruang tamu, kehausan telah mengambil alih kekuatan kami untuk berbicara.

Tao menghabiskan satu botol anggur penuh, menatapku dengan matanya yang dipaksakan terbuka dalam keadaan mabuk dan pusingnya.

Chanyeol dan Baekhyun berbaring di sofa, mengamati ramalan garis tangan mereka, Chanyeol berseru dengan berlebihan bahwa ia akan kena perampokan tahun ini.

Yang mengingatkanku , tahun ini adalah tahun coming of age*-ku, Luhan juga.

"Berhenti menatapku, aku tidak mengenakan pakaian dalam warna merah**." Suaranya terdengar meskipun ia memunggungiku, sepertinya tahu aku sedang memikirkan sesuatu.

"Hyung apa yang kau bicarakan?" Sehun menyandari Luhan dan bertanya.

"Aku bilang aku tidak beruntung tahun ini." Diamendekat ke telinga Luhan .

"Kau akan bertahan hidup." Kata Sehun sambil memicingkan matanya.

Luhan tertawa, "Aku akan berusaha sebaik mungkin."

"Jika aku mati akankah kau marah?" Sehun menengadah.

Luhan mengangkat lengannya perlahan danmembelai rambut Sehun.

"Aku belum pernah melihat rumahmu di Beijing." Sehun menundukkan kepalanya lagi dan menggesekkan jari-jarinya.


Aku melihat mata Luhan yang mengalihkan perhatiannya ke jendela, mencoba untuk mengeluarkan kata-kata namun menelannya kembali. Aku tahu Luhan mirip denganku, bukanlah tipe orang yang sering menelpon orangtuanya di rumah.


Berteman dengan Luhan terjadi pada tahun 2008.


Dia keliru menandatangani kontrak karena banyak alasan yang tidak tepat, di dalam dua tahun masa penantiannya ia memikirkan cara yang tak berujung untuk bergabung dengan perusahaan lain. Tepat di akhir ketika ia di ambang keputus asaan, sebuah kesempatan jatuh tepat di depan matanya. Setelah debut, kami sepakat satu sama lain untuk bungkam mengenai prosedur yang ia lalui untuk memasuki perusahaan ini, sejujurnya aku tahu, waktu ia mempersiapkan diri memakan waktu yang lebih lama dibanding siapapun.

Baik Yixing maupun aku mengikuti audisi sebelum datang ke Korea tapi baginya, ia datang untuk menanti dan audisi.


Masuk ke perusahaan ini mulus baginya, fasih berbahasa Korea yang lebih baik daripada orang lain, di samping bakatnya yangsangat unik, berteman dengan banyak orang. Awalnya, aku belum menyukainya, dalam daftar panjang teman-temannya, aku tampak seperti satu-satunya pengecualian. Kami berbagi bahasa yang sama, teman yang sama yaitu Yixing, kami adalah dua orang yang harusnya bisa berteman baik namun entah bagaimana malah berkembang menjadi saling pura-pura menghindari.

Semenjak debut, dia memakukan label "menggemaskan" . Dengan kemampuan adaptasinya yang begitu luar biasa, dari aturan permainanhingga memanfaatkan mereka, tak disangka ia mempelajarinya secepat itu. Memiliki penampilan dan popularitas yang tidak mudah dibayang-bayangi olehku dan fakta bahwa dia lebih tua dariku, memberi kami tingkat kerja sama yang abnormal. Namun, kami tidak cocok dan dekat begitu saja, sebaliknya, aku senang bergaul dengan Tao yang mengidolakanku dan dia suka nongkrong dengan Yixing, dan saling mengejek satu sama lain.

Dapat dikira-kira, kita semua menikmati berteman dengan orang yang tidak muncul sebagai ancaman atau bahaya.

Luhan jarang pulang kampung atau bahkan menelepon, tidak seperti Yixing dan Tao yang selalu menelepon hampir setiap tiga hari sekali. Dia sangat mirip denganku dalam hal ini tapi kami tidak pernah membicarakannya. Sejujurnya, Luhan tidak memiliki kepribadian yang menggemaskan, ia benci menjadi cute dan aku tidak yakin apakah dia benar-benar mensyukuri wajahnya yang seperti itu. Secara pribadi, ia tidak berbicara banyak, aku sering mengamati saat ia merokok di sudut sepi, ia seorang perokok berat.

48 HOURS [EXO Fanfiction]Where stories live. Discover now