8. Mendadak Jadi Pacar

44 10 3
                                    

Judul : MENDADAK JADI PACAR
Tema : Insomnia
Genre : Romance, dengan sangat sedikit horor komedi
Penulis : Abbyscha Abbyscha_K

》---------------------《

Malam ini Xiao Zhan tidak bisa tidur. Pergelangan kakinya terasa berdenyut, efek dari kejepit, eh, maksudnya tertindih motor Yibo yang jatuh tersenggol sekelompok remaja yang bercanda di tempat parkir kampus tadi siang. Dokter menyarankan dia untuk beristirahat dan menghindari aktivitas berat selama kakinya belum sembuh.

"Yibo, temani aku. Kau tahu kan, aku tinggal sendiri." Pemuda itu menelpon Yibo agar datang untuk menemaninya. Sekaligus meminta dibelikan kopi sachet. Yibo yang masih mengerjakan tugas segera membereskan peralatan menulis lalu bersiap menuju rumah sahabatnya itu. Dia tahu benar, Xiao Zhan pasti sedang merasa ketakutan sekarang.

"Iya, aku segera datang. Tunggu saja." Yibo mengirim pesan sambil mengunci pintu.

Beberapa waktu lalu, beredar kabar burung bahwa komplek perumahan mereka diteror penampakan hantu kuyang kayang. Kabar itu membuat sebagian warga di komplek Teratai gang Kolam Lumpur merasa takut untuk keluar di malam hari.

Menurut Pak RT, kemunculan hantu tersebut biasanya diawali dengan bau busuk yang tercium sangat kuat. Gangguan bukan itu saja. Kadang ada suara perempuan tertawa melengking. Pak Qiren, saksi hidup yang pernah melihat langsung sekarang memilih pindah ke gang Laba-laba Mengamuk. Alasannya, dia malu karena dituduh orang lain sebagai pria mandul.

Padahal dia belum menikah karena sibuk mengurus dan membesarkan dua keponakannya, Wangji dan Xichen. Ah, memang kadang dia dianggap sedikit aneh karena hobi mengumpulkan sendal bolong, entah untuk apa.

Yibo sampai di depan rumah Xiao Zhan. Melihat lampu di dalam masih menyala, dia pun membunyikan bel pintu. Terdengar sahutan dari dalam. Saat pintu terbuka, dilihatnya Xiao Zhan berdiri dengan bantuan kruk. Tanpa berkata, Yibo masuk sambil menyerahkan bungkusan plastik berisi kopi sachet.

"Eh, banyak sekali." Xiao Zhan meraih bungkusan itu, lalu mengunci kembali pintu.

"Iya, kan aku juga suka kopi." Langsung Yibo mengarah ke ruang tengah.

"Terima kasih. Aku sering begadang, makanya butuh kopi."

"Duduklah, aku saja yang bikin." Yibo mendorong Xiao Zhan dengan lembut agar duduk di sofa ruang tengah, "kau istirahat saja biar kakimu cepat pulih."

Tidak lama kemudian Yibo kembali dari dapur dengan dua cangkir kopi. Meletakkan di meja, sambil menatap Xiao Zhan yang terlihat mengantuk. Tersenyum sedikit saat melihat wajah manis sahabatnya itu

"Minumlah, kopi paling enak diminum saat masih panas."

"Terima kasih, jadi merepotkanmu padahal aku tuan rumahnya."

"Tidak masalah, kita kan sahabat."

Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Suasana menjadi sedikit canggung. Sebenarnya sudah lama Yibo menyukai Xiao Zhan, hanya saja pemuda itu kurang peka dengan sinyal-sinyal yang diberikan.

"Iya, kita sahabat selamanya. Eh, kau pernah dengar tentang rumah di depan itu? Rumah nenek Baoshan Sanren."

"Yang dijuluki rumah hantu? Padahal menurutku biasa saja."

"Kabarnya cucu nenek Baoshan akan menempatinya dalam waktu dekat ini." Xiao Zhan menerawang, "dia pemuda yang manis."

Yibo sedikit cemberut mendengar pujian Xiao Zhan untuk orang lain. Ingin marah tetapi tidak tega. Jadi pemuda itu memilih menyesap kopinya.

"Sayang, kabarnya dia sudah memiliki suami yang tampan." Senyum Yibo langsung mengembang.

"Bagus dong, kamu jadi punya tetangga di depan rumah."

"Yibo, rasanya aku jadi ingin punya pacar." Kalimat itu sukses membuat Yibo tersedak kopi.

Xiao Zhan panik, ditepuknya punggung Yibo pelan. Membuat posisi mereka menjadi sangat dekat, mengabaikan sedikit nyeri di kakinya. Yibo mengepalkan tangan, menahan kesal.

"Ma-maaf. Aku rasa aku tidak jadi menginap. Lebih baik aku pulang saja."

"Lho? Yibo, kamu marah, ya? Maaf. Aku seharusnya tidak bicara seperti tadi. Aku hanya bicara tanpa dipikir. A-aku hanya merasa sedang menyukai seseorang. Entah dia suka padaku atau tidak, aku tidak tahu dan tidak berani berharap "

"Siapa?" nada suara Yibo menjadi dingin.

"Hah?" Xiao Zhan mengerjapkan matanya, terlihat lucu namun di saat bersamaan Yibo merasa jengkel.

"Yang kau sukai itu, siapa?"

"Ah, tidak penting, Yibo. Lupakan saja" Xiao Zhan menggigit bibir.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Hati-hati di rumah."

"Yibo, jangan pergi. Aku takut."

"Minta temani saja sama orang yang kau sukai itu." Yibo berdiri.

"Ma-mana bisa? Dia saja malah mau pulang, eh---" Xiao Zhan menutup mulutnya yang keceplosan.

"Apa kau bilang barusan? Ulangi!"

"Lu-lupakan saja. Kalau mau pulang, silakan" Xiao Zhan bergeser menjauh dari Yibo yang duduk kembali.

"Kenapa? Kau malu karena ketahuan menyukaiku?" Yibo ikut bergeser.

"Yibo, aku ti---emmmph" Xiao Zhan tidak bisa meneruskan ucapannya.

Bibirnya dibungkam, langsung dengan bibir Yibo. Hanya sekilas, namun membuat pemuda itu terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Yibo mengusap bibir Xiao Zhan dengan ibu jarinya.

"Aku menyukaimu, sudah sejak lama. Kalau aku tahu kau juga menyukaiku, sudah lama kita pacaran."

Xiao Zhan berusaha mencerna perkataan Yibo. Terdiam, canggung dengan posisi mereka yang begitu dekat, bahkan sebelah tangan Yibo memeluk pinggangnya.

"Xiao Zhan, aku menyukaimu. Jadi pacarku, mau ya?"

"A-apa?"

"Tidak ada penolakan." Yibo kembali mencium Xiao Zhan tanpa sempat pemuda itu menghindar.

"Yibo, lepas dulu." Xiao Zhan mendorong Yibo menjauh.

"Jawab dulu." Yibo malah mendesak Xiao Zhan.

"Iya, aku mau jadi pacarmu. Puas?" Xiao Zhan pun pasrah.

"Akhirnya, kamu jadi pacarku." Yibo senang sekali. Mencium pipi Xiao Zhan berkali-kali.

---THE END








[INSOMNIA]Where stories live. Discover now