14. Balada Toko Buku

Start from the beginning
                                    

"Siapa?" tanyaku, "langsung masuk saja."

Rupanya Bi Ida, salah satu ART yang ada di rumahku.

"Kenapa, Bi?"

"Ini, Non. Tadi saya sedang menyapu di balkon depan, lalu Bang Thoriq meminta saya untuk membawakan paket ini kepada Non Raina. Katanya paket dari kurir pengantaran. Tidak tau isinya apa."

"Terima kasih, Bi." Bi Ida langsung pergi setelah meletakkan paket yang dia maksud itu ke atas nakas yang tak jauh dari pintu kamarku. Jujur saja aku tidak terlalu peduli tentang apa isi dari paket itu, namun karena harus—aku langsung mengambil untuk mengetahui isinya. Rupanya hanya paket parfum yang memang sempat kupesan beberapa waktu lalu. Aku memang kerap kali membeli beberapa varian parfum dari berbagai macam brand untuk memenuhi rasa penasaranku.

Tapi kali itu aku tidak terlalu mempedulikan parfum baruku yang baru tiba. Aku malah sedikit kesal dan sangat ingin menyalahkan Bi Ida karena interaksiku bersama Rama terputus begitu saja. Ini sudah berlangsung tujuh menit setelah aku membaca pesannya, aku yakin bahwa Rama akan mengira bahwa aku tidak lagi mau mengobrol.

Aku menghela napas, menggaruk kepalaku dengan bingung. Dengan cara apa lagi aku harus mencari topik? Langsung kuambil kembali paket parfum yang sudah tergeletak di lantai. Ada logo Shopee di segel paketnya, membuatku terdiam sebelum akhirnya tersenyum lebar karena sebuah ide.

"Aku tahu!" seruku menjentikkan jari. Buru-buru aku membuka paket itu, mengeluarkan parfumnya lalu meletakkannya secara asal di meja riasku. Kuambil ponselku, lantas kembali mengetikkan pesan untuk Rama.

Raina Genna Eldirah:
"Hei."

"Kau sedang apa?"

Rama Hakmani:
"Sedang menunggu."

Raina Genna Eldirah:
"Menunggu sesuatu?"

"Apa?"

"Oh, aku tau. Kau menunggu seseorang?"

Rama Hakmani:
"Iya."

Raina Genna Eldirah:
"Siapa?"

Rama Hakmani:
"Kau."

Raina Genna Eldirah:
"Hah?"

Rama Hakmani:
"Idiot."

"Semalam kau menjanjiku untuk mengirim buku itu hari ini, kan?"

Raina Genna Eldirah:
"Astaga."

"Aku lupa."

Sebenarnya aku tidak benar-benar lupa. Bahkan jika harus jujur, satu hal yang langsung teringat di kepalaku saat bangun pagi adalah tentang buku itu. Novel karya Tere Liye berjudul Tentang Kamu yang semalam kujanjikan pada Rama untuk dia pinjam. Tapi entah kenapa aku malah tidak tertarik menghubungi Rama lebih dulu hanya untuk menanyakan apakah dia jadi meminjam buku itu atau tidak. Aku hanya ingin agar dia yang menagihnya lebih dulu dariku. Seperti yang baru saja terjadi.

Raina Genna Eldirah
"Itu tidak gratis."

"Apalagi setelah kau menyebutku idiot."

FWB: Friends With BittersweetWhere stories live. Discover now