14. Balada Toko Buku

Start from the beginning
                                    

"Kita harus menggantinya sesegera mungkin."

"Aku punya ide yang baik untuk itu. Sepertinya akan lebih cocok jika nama grup ini kita masukkan sedikit unsur kepenulisan di dalamnya."

"Karena ternyata, kita punya seorang penulis hebat di grup ini."

Seakan hal itu belum cukup untuk membuatku lupa diri dan terus tersenyum, Rama membuat pipku lebih merona dari yang tadi.

Rama Hakmani:
*Sent a picture*

"Hebat sekali nona yang satu ini."

Raina Genna Eldirah:
"Rama, jangan berlebihan."

"Aku malu."

Rama Hakmani:
"Curang. "

"Aku disini bangga setengah mati, tapi kau malah malu. Aku tidak tau cara mengurungkan pujian."

"Apalagi kalau harus mengurungkan pujian yang memang pantas untukmu."

Gilbert Philemon:
"Wah, itu Raina?"

"Tunggu, aku harus meminta tandatanganmu di mana?"

Iqbal Syahdian:
"Ternyata kita punya penulis, ya, di kelas."

Kenzie Rex Addler:
"Eits. Jangan lupa, guys. Dia temanku. Aku yang lebih dulu mengenal Raina sebelum kalian semua."

Gilbert Philemon:
"Diam, Ken. Aku sedang mencari barang-barangku yang kiranya bisa untuk menjadi wadah bagi Raina membubuhkan tandatangannya."

Kemudian beberapa teman dari grup To The Moon ikut menimpali. Tadi itu Rama hanya mengirimkan sebuah gambar hasil tangkapan layar yang dia ambil dari cerita Instagram-ku, isinya hanyalah sedikit cuitan plot yang diambil dari isi naskah novelku yang pada konteks ini dipakai sebagai bahan promosi. Rama hanya mengirim itu di grup, tapi mereka benar-benar menerbangkanku dengan pujian-pujian seperti tadi. Bahkan selanjutnya ada Genta, Raka dan Sabian yang sama berlebihannya dengan mereka semua, meski tak bisa kupingkiri bahwa pada akhirnya hal itu mampu membuatku terenyuh. Sebuah Minggu pagi yang manis sekali.

Aku mendapatkan ide topik dari apa yang baru saja terjadi. Jangan katakan aku menyukai Rama, aku hanya senang karena sudah mendapat cara untuk aku bisa punya obrolan baru bersama ... teman baruku.

Raina Genna:
"Kenapa kau lakukan itu?"

"Ayolah, kau kan tau aku sudah lama sekali menutup diri dari orang lain."

"Aku tidak keberatan, sih. Tapi aku hanya tidak tau harus bereaksi seperti apa."

"Lagipula ... semua pujian itu terlalu hiperbola. Aku tidak sehebat itu. Aku bukan Rintik Sedu."

Rama Hakmani:
"Tidak apa, kau santai saja."

"Apa yang mereka semua katakan seluruhnya benar, tidak ada yang salah."

"Kau memang sehebat itu."

Aku hendak memberi balasan untuk Rama dengan antusias, sebelum pintu kamarku terdengar seperti ada yang mengetuk dari luar.

FWB: Friends With BittersweetWhere stories live. Discover now