46 - Sakit yang Tak Semestinya

6 0 0
                                    

Andai bisa memilih, dia tidak ingin berada di posisi ini, diam-diam menyukai cowok yang selama ini hanya menganggapnya sebatas kakak.

---

Liam terkesiap saat Shela menjentikkan jari di depan wajahnya.

"Mikirin apa, sih? Kok, bengong?" Shela bertanya sambil bertopang dagu. Saat ini mereka sedang nongkrong bersama anak-anak MIPELO. Kalau bahasanya "nongkrong", berarti mereka tidak membawa binatang peliharaan.

Liam menimbang sejenak, sebelum akhirnya yakin untuk membagi hal yang sedang mengganggu pikirannya. "Marsya mencoba mendekati Nolan."

Atensi Shela meningkat, punggungnya menegak. "Kok, mereka bisa kenal?"

Liam mengedik. "Tapi gue yakin banget, Marsya udah ngatur semuanya. Tahu sendiri, kan, gimana liciknya tuh cewek."

"Jadi menurut lo, Marsya punya niat buruk mendekati Nolan?"

Liam berpikir sejenak. "Gue emang nggak punya dasar apa-apa untuk berkesimpulan demikian, tapi entah kenapa gue nggak suka banget lihat mereka dekat."

"Lo nggak cemburu, kan?"

"Ya nggaklah!" Liam buru-buru menimpali, disertai kekehan.

Shela menghela napas lega sepelan mungkin. Entah sejak kapan dia merasa perlu waspada setiap kali Liam menyebut nama cewek lain. Andai bisa memilih, dia tidak ingin berada di posisi ini, diam-diam menyukai cowok yang selama ini hanya menganggapnya sebatas kakak.

Obrolan di meja itu sejenak reda saat dihampiri dua pelayan yang masing-masing membawa nampan besar berisi aneka kudapan. Saat lagi kumpul begini mereka memang suka memesan menu berbeda-beda, dan nantinya akan saling comot.

Perhatian Liam tertuju pada satu menu yang baru saja diletakkan oleh salah seorang pelayan berseragam garis-garis itu, bakso bakar. Entah siapa yang memesannya. Selama hampir tiga tahun belakangan, Liam selalu teringat Kania setiap kali melihat bakso bakar. Terlebih sekarang, setelah takdir mempertemukan mereka kembali. Maka, seketika saja bayangan kebersamaannya dulu dengan Kania kembali berkelebat. Tahu-tahu dia penasaran, sedang apa cewek itu sekarang?

Tanpa pikir panjang, Liam pun mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke Kania.

Liam: Lagi ngapain?

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackWhere stories live. Discover now