Prolog

5 1 0
                                    

'Berharap kepada manusia, adalah seni untuk menyakiti diri sendiri'

-Riang Gemintang-

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Semoga tuhan..."

"Melindungi... aku, semoga tercapai semua angan dan cita-citaku..."

Gadis itu menyanyikan lagu ulang tahun untuk dirinya sendiri. Ia melakukannya, karena tidak akan ada yang menyanyikan lagu ulang tahun untuknya.

"Mudah-mudahaan diberi umuur panjang, sehat selama-laamanya..."

Walaupun demikian, ia tetap berharap satu hal. Ia berharap kedua orang tuanya ada disisinya, dan merayakan ulang tahun bersamanya.

"Selamat ulang tahuun..."

Huuufftt

Usai meniup lilin yang ada diatas kue pie mini, gadis itu memejamkan matanya. Bukan-- bukan untuk berdoa atau meminta sesuatu kepada yang maha kuasa, melainkan agar saat ia membuka mata, kedua orang tuanya sudah ada dihadapannya dan menyuapkan sepotong kue ulang tahun sungguhan kepadanya. Rasanya ia tidak sabar untuk membuka mata. Sungguh ia tak sabar~

"Satu..."

"Dua...."

"Tigaaaa..!"

...

Kosong.

...

Gadis itu melirik kesana kemari. Tidak ada siapa-siapa. Tidak ada siapapun selain dirinya diruangan yang disebut kamar ini. Tidak ada siapapun...

Gadis itu memandangi kue pie yang tersaji diatas piring. Sekali lagi, tidak ada kue ulang tahun sungguhan atau hadiah-hadiah seperti yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya.

Tes

Tess

Air matanya luruh. Pipinya basah. Padahal ia berharap sekali saja ulang tahunnya dirayakan oleh kedua orang tuanya. Ia sangat-sangat berharap. Seandainya saja mereka tidak berpisah, seandainya saja mereka tidak egois, pasti dihari ulang tahunnya mereka akan merayakannya dengan suka cita. Pasti-- pasti ia akan bahagia. Sangat.

Tapi sayang, kenyataan tidak pernah sesuai dengan harapannya. Hari ini, hanya ada dirinya dan sepotong kue pie mini yang tadi siang ia beli di toko kue seberang jalan.

Sungguh menyakitkan.

"Kalian benar-benar egois... hiks hiks"

"Aku juga mau bahagia"

"Kalian pikir delapan tahun itu sebentar?"

"Lamaa.. hiks hiks... sangat lamaaa..."

Tangisnya pecah. Nafasnya sesekali tersendat karena sesenggukan. Walaupun setiap tahun ia mengalaminya, tapi ia tidak pernah terbiasa. Sangat sulit untuk membiasakan hal-hal menyakitkan seperti ini.

"AKU CAPEEEK!!!"

Prraaang

Gadis itu mencampakkan kue pie yang ada dihadapannya. Piring yang digunakan untuk meletakkan kue pie itu, pecah berkeping-keping. Menimbulkan suara yang nyaring dan memenuhi seisi kamar. Gadis itu menangis dibawah bantal. Ia sudah cukup menerima segala hal yang menyakitkan. Selama ini, ia terus berpura-pura untuk terlihat baik dan biasa saja. Tapi hari ini, biarkanlah semesta mengetahui apa yang ada didalam hatinya. Biarlah hari ini semesta tahu betapa buruk kata-katanya. Biarlah hari ini--- semesta tahu bahwa ia melakukan hal yang dibenci pemilik alam.

"BAJINGAN!!!"

"PERSETAN DENGAN HIDUUP!!"

"LEBIH BAIK MAATIIIII!!!"

Ia mengambil pecahan piring yang tergeletak dilantai. Kemudian menatapnya dengan sorotan mata penuh amarah. Lalu, ia melakukan sesuatu untuk melampiaskan segala kekecewaan dan kemarahan yang sejak tadi menyulut dirinya.

Tes

Tes

Itu bukan lagi air mata. Tapi suatu cairan kental yang keluar dari pergelangan tangannya.

Saat itu, pandangannya mengabur. Telinganya berdenging. Lalu diperpindahan waktu berikutnya, tubuh gadis itu tergeletak sempurna dengan detak jantung yang kian melemah.

Mungkin tak mengapa jika ini adalah akhir dari hidupnya. Barangkali pilihan untuk mati lebih baik daripada menerima bentuk keserakahan manusia dalam hidupnya. Walaupun, segala hal tentang kematian adalah tanggungan yang tidak bisa disesalkan.

Sekiranya ia pergi, tidak akan ada air mata yang menangisinya. Tak apa. Karena ia tahu, bahwa ia adalah kesia-siaan diantara milyaran ciptaan semesta.

'Bahkan jika semesta ikut mencampakkanku, aku juga tidak apa-apa'

'Ya-- tidak apa...'

.
.
.
.
.
.

Artna
Tanjung Morawa, Juli 2023

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Riang GemintangWhere stories live. Discover now