#27

121 23 0
                                    

Kepanikan

>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<


“Hey, Macmillan. Apa kau punya bukti dengan semua kata kata yang kau ucapkan?” tanya Talisa.

“Bukankah itu sudah jelas Clarke. Semua kata ku itu masuk akal.”

“Dari yang ku dengar, kau hanya menyebutkan bualan bualan yang tak berdasar.” Ucap Talisa tak setuju. “Tak semua parselmout merupakan keturunan Salazar Slytherin, masih ada Herpo the Foul yang … “Talisa terhenti. Mengingat Herpo juga merupakan penyihir hitam yang sangat kuat pada masanya.

“Ehem.., yang jelas perkataanmu tak bisa menjadi bukti bahwa Harry yang merupakan seorang anak Gryffindor adalah keturunan pendiri Slytherin.” Lanjut Talisa.

Para anak Hufflepuff terdiam, tak tahu harus menjawab apa, sepertinya mereka bahkan tak mengetahui siapa yang Talisa sebutkan. Tetapi mereka tak berani menyangkal, karena mereka tahu kepintaran Talisa. Mereka tak bisa mengatakan Talisan benar atau salah karena tak mengetahui kebenarannya.

Segera, Talisa dengan kasar menarik tangan Harry keluar perpustakaan. Ia berjalan cepat, dengan amarah yang membutakan matanya. Ia bahkan tak tahu kakinya membawa ia dan Hary kemana. Sampai tiba tiba ia berhenti, disusul Harry yang menabrak Talisa dari belakang kkarena Talisa berhenti secara mendadak.

“Kenapa kau diam saja?” Talisa berbalik melihat Harry.

“Aku akan marah, sebelum kau marah menggantikan ku.” Harry menunduk.

Talisa yang melihatnya menghela nafas. Kewarasannya mulai Kembali, mengantikan amarah yang tadi muncul menguasainya.

“Terimakasih telah membelaku.” Harry menatapnya dengan gugup. “Dan maaf untuk yang terjadi terakhir kali.” Lanjutnya.

Kata maaf itu membuat Talisa mengingat insiden dimana Ron menyinggung bahwa seluruh anak Slytherin adalah orang yang buruk.

“Lupakanlah, lagi pula itu salah si Weasley.”

“Apa menurutmu aku memang bukan keturunan Slytherin?” Tanya harry pada Talisa.

“Jika kau tanya padaku, tentu saja ada kemungkinan kecil bahwa itu benar. Orang itu hidup 1000 tahun lalu, dan sejarah tak mencatat semua keturunannya dengan tepat. Tak ada yang tahu kemana saja garis keturunan itu menyebar.” Jawab Talisa.

“Tapi, jangan terlalu kau pikiran. Seperti yang ku bilang, tak semua parselmouth adalah keturunan Salazar Slytherin. Setidaknya ada satu orang yang disebut dalam sejarah yang ku tahu.” Lanjut Talisa langsung setelah melihat kegelisahan Harry.

“Ya, baiklah.” Kegelisahan itu tak sepenuhnya hilang dari wajah Harry.

“Bukan kah ada kelas Transfigurasi?” Ucap Talisa, berusaha merubah topik pembicaraan.

“Kau benar, aku perlu mengambil buku buku ku.” balas Harry. “Kalau begitu sampai jumpa di kelas.” Lanjut Harry sembari meninggalkan Talisa. Talisa diam sejenak memandang Harry yang berjalan menjauhinya. Lalu ia pun berbalik menuju asramanya.

>> - - - - - - - - - - «» - - - - - - - - - - <<


“Ah, aku tak sabar untuk segera libur natal.” Daphne mengeluh di samping Talisa, melingkarkan tangannya di atas meja.

“Tinggal sebentar lagi, bertahanlah.” Talisa ikut melingkarkan tangannya, merehatkan kepalanya di atas meja, menoleh ke arah Daphne.

“Astoria mengirimkan surat yang ingin aku segera pulang. Bagaimana bisa aku menahan diri untuk bertemu dengan dia?” kata Daphne dengan mendramatisir.

Fatum - Harry Potter FanfictOnde histórias criam vida. Descubra agora