17

591 26 0
                                    

Satu jam lagi Larine dan Sena akan terbang. Theodor sudah muncul untuk membawa mereka ke bandara.

Larine meminta Dorette membawa Sena ke mobil karena ia ingin bicara sebentar dengan Tuan Mayer.

"Paman harap, kalian akan berkunjung lagi nanti".

Larine memeluk Tuan Mayer erat. Kemudian membelai pipi Tuan Mayer.

"Berjanjilah bahwa paman akan tetap sehat. Aku tidak punya siapapun lagi di dunia ini kecuali paman dan Sena. Melihat paman di sini, aku seperti melihat ibu. Aku akan merindukan dirimu".

Mata Tuan Mayer berkaca-kaca. Ia mengecup kening Larine lama. Kemudian Larine memberikan amplop coklat di bawa nya tadi.

"Apa ini?".

"Ini adalah pemberian Tuan Jensen sebagai hadiah Tahun Baru. Aku tidak bisa menerimanya".

Tuan Mayer melihat isinya dan segera tahu itu adalah sebuah apartemen.

"Frank sudah memberikannya dan paman tidak bisa menerimanya darimu. Tapi jika kau mau paman menyimpan ini maka paman akan menyimpannya. Suatu saat jika kau berubah pikiran, kau bisa memberitahu aku".

Wajah Larine begitu bahagia, setidaknya ia tidak menyembunyikan ini dari paman Harold.

Baru saja mereka keluar ke halaman Frank muncul dengan mobil lain, ia turun tergesa-gesa.

"Ayah, apakah Kau ikut ke bandara?".

"Tidak Frank. Aku masih berharap Larine berubah pikiran".

Tuan Mayer menoleh pada Larine di sampingnya.

"Paman Harold, maafkan aku".

"Aku hanya bercanda. Frank akan menggantikan aku untuk menemani kalian ke bandara. Semoga kalian berdua selamat sampai di Paris".

Mobil segera meninggalkan mansion menuju bandara. Sena bersama Larine duduk di belakang sedangkan Frank duduk di samping Theodor yang sedang mengemudi.

Tiba di bandara mereka langsung check in. Theodor membawa Sena masuk ke dalam dan tinggallah Frank dan Larine.

"Aku akan merindukan dirimu Lar".

Frank tidak bisa menahan perasaannya dan langsung memeluk Larine erat. Ia menghirup aroma parfum Larine selama mungkin.

"Jangan seperti ini Frank. Kau membuat aku sedih. Tolong jaga dirimu baik-baik ".

Larine melepaskan pelukan Frank dan bergegas menuju gate penerbangan Paris. Frank menatapnya dengan haru.

"Lar...!".

Panggil Frank serak yang membuat Larine membeku di tempatnya. Dan dalam hitungan detik ia sudah berbalik dan berlari untuk memeluk Frank. Ia tidak peduli jika Theodor akan melihat itu.

Frank mencium puncak kepala Larine.

"Aku mencintaimu Lar...Aku ingin kau tahu itu. Jaga dirimu di sana. Aku akan mengunjungi kalian jika sempat".

Larine hanya mengangguk dengan wajah penuh air mata. Frank menyeka air matanya.

"Maafkan aku sedikit cengeng".

"Tidak. Kabari Aku jika kalian membutuhkan sesuatu. Pergilah, kau akan ketinggalan pesawat".

Larine mencoba tersenyum lalu mengecup bibir Frank tiba-tiba. Dengan langkah cepat ia langsung menuju pintu pembatas dan mengantri untuk masuk. Ia sama sekali tidak berbalik, bahkan hanya untuk melambaikan tangan pada Frank.

Tak lama kemudian Theodor keluar.

"Apakah kita akan pergi sekarang?".

"Ya. Aku harus kembali ke kantor!".

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now