39. Mansion Maximilian

9.9K 1.6K 134
                                    

Rasanya hangat, seperti ia dalam dekapan seseorang. Sheri merasa tubuhnya tertindih oleh tubuh yang berat, ia pun perlahan membuka matanya. Langit-langit kamar yang asing berhasil ditangkap oleh matanya. Kamar luas dengan nuansa klasik hitam putih tampak seperti monokromatik.

Melirik sedikit, seorang laki-laki berambut hitam seperti malam tengah memeluknya dalam tidur. Pelukan hangat nan erat sampai membuatnya sesak.

"Dimana?" Sheri berucap lirih. "Hm? Kyree?"

Bagaimana aku bisa berada di sini?

Mencoba mengingat apa yang terjadi, Sheri lantas teringat bahwa ia melakukan sumpah Regis. Dilihatnya telapak tangan kirinya, luka sudah mengering dan menutup namun masih terdapat bekas goresan yang tampak baru. Itu artinya ia telah berhasil melakukan sumpah tersebut.

Kemudian mengamati kelambu yang menutupi tempat tidur, Sheri tidak ingat mansion Maximilian di ibukota memiliki motif kelambu seperti ini. Dan benar saja, sang pemilik tangan yang mendekapnya berucap,

"Ante."

"Eh?!" mendadak Sheri bangun dari tidurnya. "Sejak kapan kita berada di Ante?"

Kyree tidak menjawab lagi. Dia tetap tidur dengan posisi tengkurap dengan satu tangan memeluk perut Sheri. Sheri teringat akan terakhir kali sebelum ia tak sadarkan diri. Dilihat pakaiannya, ia masih mengenakan pakaian sama dan Kyree pun juga demikian.

Melihat pada jendela dan suasana ruangan, tak diragukan lagi bahwa ia hanya tidak sadarkan diri untuk beberapa jam. Sekarang sudah malam, atau mungkin larut malam. Dilihat pada jejak sepatu Kyree, masih bersih seakan tak pernah dipakai untuk menapak tanah. Seharusnya saat ini tanah Ante sedikit lembab sehingga kemanapun ia melangkah, tanah akan ikut menempel.

Terlebih lagi, pagi tadi ia masih berada di kuil Sanctuary, lantas pada malam harinya ia sudah sampai di Ante. Apakah perjalanan sepuluh hari bisa ditempuh hanya dalam waktu semalam?
Pasti ada yang tidak beres.

Sheri pun menyentuh kepala Kyree. "Kyree, biarkan aku melihatmu, hm?"

Tidak menjawab, Kyree tetap diam.

"Aku tahu kamu sempat berubah dalam bentuk Calamity. Biarkan aku melihatmu."

Mendengarnya, Kyree menggelengkan kepala. "Aku terlihat mengerikan, jangan melihatnya."

"Hmmm, baiklah jika tidak ingin aku melihat wajahmu. Nah sekarang, kembalilah lagi menjadi Calamity. Biar Regis bertemu dengannya."

"Apa yang kamu inginkan dengan Regis bertemu Calamity?" tanya Kyree benar-benar penasaran. Dua eksistensi berbeda yang konon katanya saling bermusuhan malah akan dipertemukan. Kira-kira akan jadi seperti apa pertemuan mereka nantinya. "Kamu pasti tahu betapa jahatnya Calamity dan kebenciannya terhadap kekuatan suci."

"Itu..." Sheri lantas tersenyum manis. "Aku ingin mereka menyelesaikan kesalahpahaman selama ribuan tahun."

Calamity juga salah satu ciptaannya. Sheri merasa bahwa dia juga harus mendapatkan perilaku yang adil. Sheri tidak mau meninggalkan dunia ini dengan penyesalan. Ia ingin meninggalkan dunia ini kelak dengan semua hal terselesaikan tanpa sisa. Semua rahasia terungkap, semua kesalahpahaman usai, dan semua plot hole terpenuhi.

Jika diingat kembali, kisah yang ia torehkan pada Calamity adalah kisah yang cukup tidak masuk akal karena ia menggambarkan Regis bukan sebagai dewa utama. Katakanlah ia menciptakan karakter Regis sebagai dewa yang menguasai dunia ini. Dan masih banyak dewa-dewa lain yang memimpin dunianya masing-masing.

Di dunia yang dipimpin oleh Regis, Calamity muncul. Kisah mereka berdua sudah pernah Sheri singgung pada bab pertengahan di dalam novel, kisah Calamity dan Regis pernah ia tuliskan sejenak sebagai bumbu latar belakang mengapa Regis tak menghancurkan Calamity meskipun Calamity saat ini berada dalam wujud terlemahnya, padahal katanya mereka bermusuhan.

Calamity's Obsession ✓Where stories live. Discover now