chapter-55-a death sentence to me.

190 34 1
                                    


Cale tiba di taman vila super rock. Dia mengenakan jubah saat dia berencana untuk segera kembali.

Cale tidak hanya pergi ke kastil Sherrit untuk mencari tahu tentang teks itu. Dia juga pergi ke sana untuk bersembunyi dari 'crimson rose hero- nim' itu.

Bahkan di rumahnya sendiri Cale tidak merasa aman dan dia juga memiliki firasat buruk.

Setelah banyak contoh, Cale belajar untuk tidak pernah mengabaikan instingnya. Jadi Cale tidak mau mengambil risiko apa pun saat dia berteleportasi ke sini dengan tenang.

Tetapi sebelum dia bisa mengambil langkah, dia merasakan sensasi dingin mengalir di sekujur tubuhnya ketika sesuatu yang dingin ditekan ke tengkuknya.

Cale dengan cepat berbalik. Dia melihat benda dingin yang menekan tengkuknya sebelumnya adalah pedang.

Pedang itu dipegang oleh pahlawan insiden alun- alun, Choi Han. Choi Han memelototi sosok berjubah itu.

"Choi Han?" Cale bertanya. Choi Han segera mengenali suara itu. Itu adalah suara yang sangat ingin dia dengar selama 3 hari terakhir.

Murid Choi Han mulai bergetar. Pada saat itu angin bertiup dan merobohkan tudung itu.

Kemudian Choi Han melihat bola coklat kemerahan dan rambut merah tua yang sangat ingin dilihatnya.

Kemudian sesuatu yang lain menarik perhatiannya, itu adalah sesuatu yang berwarna merah yang jatuh ke tanah.

Itu adalah darah tepatnya darah Cale. Mata Choi Han melebar begitu dia melihat tetesan darah.

Pikirannya menjadi mati rasa saat dia membuang pedang itu sejauh yang dia bisa.

Lalu dia buru- buru mendekati Cale.

"Ca-...Cale... Cale- nim" kata Choi Han dengan gemetar sambil mencoba menjangkau leher Cale yang telah tergores oleh pedangnya.

Tangannya melayang di atas leher Cale. Choi Han tidak tahu apakah dia harus menjangkau atau tidak.

Dia telah menyakiti Cale selama ini. Itu salahnya. Dia takut tangannya akan lebih menyakiti Cale.

Dia takut tangannya akan mematahkan Cale yang sudah mudah pecah.

Pada saat itu tangan hangat Cale meremas bahunya. "Choi Han aku baik- baik saja. Ini akan segera sembuh.

Terlebih mengapa vila saya terasa seperti pemakaman atau semacamnya. Rasanya begitu suram dan gelap. Apakah seseorang meninggal."

Cale bingung. Dia baru saja pergi selama tiga hari dan mengapa vilanya terasa seperti kuburan atau semacamnya.

Ini sangat suram sehingga membuatnya merinding. Dia kemudian kembali untuk melihat Choi Han yang gemetaran.

'Apakah dia marah?' Cale mengingat apa yang terjadi saat pertama kali mereka bertemu.

Kemudian Cale bisa merasakan tangan Choi Han tiba- tiba menelusuri lukanya. Dia tersentak karena dinginnya tangan itu.

Cale merasa seperti baru saja menyentuh es batu. Di sisi lain hati Choi Han hancur saat melihat Cale tersentak karena sentuhannya.

Cale bisa melihat Choi Han mulai gemetar lebih keras. Dia khawatir tentang sesuatu yang terjadi jadi dia meremas bahu Choi Han lebih keras.

"Choi Han lihat aku dan katakan padaku apa yang terjadi." Choi Han mematuhi Cale saat dia mengangkat kepalanya untuk menatap mata coklat kemerahan Cale.

Cale tersentak untuk kedua kalinya saat bertemu dengan mata Choi Han. Mereka berkilau dengan tetesan air mata.

Pipinya juga ternoda seiring bertambahnya tahun. Choi Han menangis.

Cale panas bingung saat dia panik dan membeku di tempat. Cale bukanlah orang yang sangat emosional sehingga dia tidak tahu bagaimana menangani situasi seperti ini.

Anak- anaknya juga tidak menangis sehingga Cale tidak pernah mengkonsolidasikan seseorang sebelumnya. Jadi Cale hanya berdiri di sana.

Jip Choi Han menangis selama beberapa detik sampai dia tiba- tiba berlutut dan memegang tangan Cale yang bebas dengan kedua tangannya seperti sedang memegang sesuatu yang sangat berharga.

Dia kemudian meletakkan tangan Cale di dahinya. "Cale- nim aku sangat menyesal. Aku sangat menyesal. *hiks* aku berjanji tidak akan melakukannya lagi.

Cale- nim mohon maafkan *hiks* saya. Tidak, kamu tidak perlu memaafkanku. Saya minta maaf. Saya sangat menyesal. *hiks*"

"Hah?" Itulah satu- satunya hal yang bisa dikatakan Cale pada saat yang membingungkan. Dia tidak tahu mengapa Choi Han menangis.

Tapi Choi Han belum selesai saat dia melanjutkan. "Cale- nim. jika kamu marah tidak apa- apa. Jika kamu marah tidak apa- apa.

Jika kau membenciku tidak apa- apa. Jika Anda ingin memukul saya, itu juga baik- baik saja.

Aku akan membiarkanmu memukulku sebanyak yang kau mau tapi tolong jangan suruh aku pergi, tolong jangan.

Aku mohon tolong jangan tinggalkan aku. Aku ... tidak bisa begitu.

Tolong jangan tinggalkan aku. Aku lebih suka kau membunuhku daripada meninggalkanku. Ditelantarkan olehmu seperti hukuman mati bagiku."

He who no one understandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang