Bab 6 Wajah Sekolah

Start from the beginning
                                    

“Wah, kayaknya seru, deh,” tambah Celine.

“Tapi kudenger, sewa lapangan bukannya agak mahal, ya?”

“Gampang, itu urusanku nanti,” balas Abelle percaya diri.

“Bener, nih? Nggak patungan aja?” tanya Keisha ragu.

“Iya, bener. Gampang, itu.”

“Eh, apa kita ajakin yang lain juga? Tim spar— eh,” Celine teringat akan keberadaan seseorang di tim itu, “jangan deh, nanti malah nggak seru,” lanjutnya. Abelle tertawa dengan suara yang dipaksakan.

“Eh, tapi tau nggak sih,” sebelum melanjutkan, Celine menenggak air putih untuk menghilangkan pedas di mulutnya, “kemaren kesel banget aku sama Intan, kayak berlebihan gitu.”

“Oh … Pas latihan passing, ya?”

“Iya! Padahal aku biasa aja, nggak ngapa-ngapain.”

“Dia ‘kan temen deketnya Bintang, sama satu lagi, si Tania. Kayaknya mereka sensitif banget sejak kita harus berhubungan sama mereka,” Keisha menambahkan. Abelle menghela napas.

“Yah, yang penting kita harus terus latihan supaya lebih unggul dari dia,” balas Abelle mengembalikan suasana semangatnya.

Setelah makanannya habis, mereka mengembalikkan piring ke penjual yang mereka datangi tadi. Abelle, Keisha, dan Celine berjalan beriringan menuju kelas. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka di lobi.

“Kak Abelle, ‘kan?” tanya seorang perempuan berkacamata itu.

“Iya, aku Abelle. Sorry, kamu siapa—”

“Ah, aku Clara, dari dokumentasi OSIS,” Clara menyapa sambil mengulurkan jabat tangan.

“Salken, ya. Ada apa nyariin aku?”

“Ini, nanti kakak ‘kan mau sparing, aku mau data siapa aja pemainnya. Ada jadwal foto hari Senin minggu depan buat ditaro di spanduk. Fotonya pake jersey, ya, kak.”

Abelle terkejut mendengar penjelasan Clara, begitu pula Keisha dan Celine. Setelah berkali-kali mengikuti sparing, baru kali ini sekolah menyediakan dana untuk membuat spanduk.

“Ya ampun, kayak artis aja. Aku jadi pengen ikut main juga …” komentar Celine sedikit kecewa.

“Eh, baru kali ini kita sparing disediain spanduk, keren,” balas Abelle sambil tersenyum lebar.

“Aku, aku! Aku juga main di sparing nanti!” Keisha langsung semangat sampai menyenggol Abelle di hadapan Clara. Clara pun tersenyum dan mencatat nama Keisha.

“Kalo sisanya siapa aja, kak?”

“Ada Vania, Chelsea, sama … Bintang, tapi aku lupa kelas mereka,” jawab Abelle datar saat menyebut nama terakhir.

“Oke, deh, nanti aku tanya di TU aja. Makasih, kak.” Clara pamit dan berjalan pergi.

Abelle, Keisha, dan Celine pun melanjutkan perjalanan ke kelas masih dengan topik spanduk tadi.

“Kayaknya sekolah kita baru sadar punya tim basket yang keren.” Celine tertawa ringan karena lelucon Abelle.

“Itu tandanya kalian harus menang lawan sekolah sebelah. Masa udah disediain spanduk, tapi kalah? Malu banget,” tambah Celine seperti menggurui.

“Kayak nggak tahu kita aja, ya nggak, Kei?” Keisha membalas menganggukkan kepala.

“Yah, semoga berhasil aja kerja sama bareng si …” Celine menahan ucapannya, membuat Abelle berdecak lidah.

“Tenang aja, kita pasti bawa pulang piala.” Parameter percaya diri Abelle mulai meninggi. Keyakinannya bulat sekali.

Sementara itu, di saat yang sama, Clara yang ingin kembali ke ruangan OSIS dipanggil oleh seseorang di balik tiang lobi. Orang itu melambaikan tangannya agar Clara mendekat padanya.

“Clara, ikut aku, yuk,” gumam orang itu. Ia lantas menarik tangan Clara dan mengajaknya ke toilet lobi yang sepi. Setelah sampai, orang itu pun mulai bicara.

“Aku juga main di sparing, jangan lupa data aku, ya.” Clara menghembuskan napas lega dan detak jantungnya mulai normal, karena selama berjalan tadi ia hanya bisa diam mengikuti orang itu.

Setelah itu, Clara menjelaskan beberapa hal lain bagi pemain terpilih untuk minggu depan. Orang itu sangat antusias mendengarnya.

<><><>

Helloo!! BJAM balik lagi dengan update an nyaa! Gimana menurut kalian chapter ini?? Ada yang bisa nebak siapa orang itu??

By the way, kalo kalian enjoy cerita ini, jangan lupa vote ⭐ dan komen 💬 yaa, thanks! ><

Between Jersey & Macaron (END✓)Where stories live. Discover now