16. Baikkan

8 4 1
                                    

Vellyza dan Naya terus mencari keberadaan Safina. Mereka mengikuti langkah yang Safina lalui.

"Apa dia keluar pondok Ka?" Tanya Vellyza ke Naya.

"Kyanya sih nggak." Jawab Naya.

Sementara itu, 'Alya juga menyusul mereka. Sambil melihat kamera CCTV di setiap sudut yang ada di pesantren itu.  Ia berhasil menemui keberadaan Safina yang saat ini berada di salah satu tempat favoritnya dia dan Rizky di masa dia masih usia 7 tahun.

Sebuah perbukitan yang di sana terdapat rumah pohon. Tempat itu memang masih masuk areal pondok, tapi karena aksesnya cukup jauh dari asrama, kantor dan bangunan utama lainnya. Jadi, tidak ada yang pernah ke tempat itu, kecuali Safina, Rizky dan 'Alya saja.

'Alya pun tiba, pandangannya seketika mendongak sedikit ke atas. Arah 45° derajat dan dia menemukan Safina yang memang berada di rumah pohon itu. Dia pun menghampirinya, perlahan demi perlahan menaiki anak tangga dan Safina pun belum menyadari kehadiran 'Alya. Safina sambil merengkukkan lututnya yang dipeluk sambil duduk melamun. 'Alya menelpon Rizky dan video call hanya saja untuk Rizky tidak bersuara dulu.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Safina." Ucapnya, Safina hanya menengok sebentar dan lalu menjawabnya.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh." Sambil wajahnya kembali seperti semula.

"Kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan? Coba cerita dong, biar aku nanti bisa cerita ke ka Rizky perihal kamu." Ujar 'Alya dengan lembut.

Namun, Safina hanya memberi isyarat melalui kepalanya yang menggeleng. 'Alya membuang nafas sejenak dan mengambil nafas dan dia tidak akan menyerah.

"Yaudah kalau kamu nggak mau cerita sama aku. Kamu bisa curahkan semuanya ke ka Rizky kalau begitu." Ujar 'Alya yang secara tidak langsung menawarkan Safina untuk menelpon Rizky.

Safina yang mendengar hal itu sedikit bersemangat. Dan dia meyakini dirinya lagi dengan bertanya ke 'Alya apakah benar bisa menelpon Rizky. 'Alya mengangguk iya. Safina sebelumnya meminta maaf ke 'Alya karena sikapnya yang tiba-tiba berubah jadi menyusahkan orang banyak. 'Alya memaklumi hal itu dan 'Alya berpesan ke Safina untuk tidak mengulanginya lagi, apalagi mau acara pensi dan beberapa bulan setelah itu dia mau ujian kelulusan. Safina diminta juga untuk kuat dan untuk bisa bersikap dewasa karena dia sebagai kakak kelas dan angkatan pertama harus memberi contoh yang baik ke adik kelasnya. 'Alya mengingatkan kembali kalau dia tidak dibeda-bedakan dengan santri lain, baik itu santri angkatannya maupun adik kelasnya.

Safına mengangguk mengerti dan langsung tersenyum sumringah dibalik cadarnya.

"Assalamu'alaikum bang."

"Wa'alaikumussalam, kamu kenapa murung gitu?"

"Emmm, nggak bang. Kangen Abang aja."

"Kapan Abang Rizky pulang? Dan kenapa waktu itu pergi nggak bilang-bilang?" Safına jadi cemberut sambil terlihat bersedih.

"In syaa Allāh dalam waktu dekat, tapi nggk bisa sekarang. Kan Safina punya Abang kandung. Dan maaf waktu itu memang tugas rahasia. Abang nggk bisa cerita ke siapapun." Jawab Rizky yang berada jauh.

"Abang Raffa nggak asyik tau bang." Ujarnya masih bersedih.

"Yaudah kamu nggak usah nangis. Katanya mau jadi Hafidzah yang tangguh. Kok malah sedih gitu?"

Safına mengusap air matanya yang mulai perlahan keluar. 'Alya yang melihat itu ikut terharu.

"Iya bang, aku nggak akan sedih lagi. Asalkan Abang Rizky janji akan pulang ketika aku nanti mau Ziyadah 30 Juz sekali duduk ya." Pinta Safına.

"In syaa Allāh, kan Ziyadah nanti bukan cuma kamu aja, temen angkatan kamu juga akan Ziyadah. Targetnya kan 300 santri langsung Ziyadah 30 Juz di depan 30 juri Tahfidznya nanti." Jawab Rizky dengan tersenyum.

Karena memang di video call itu terlihat senyumannya Rizky yang menghadirkan lesung pipi dan dilihat oleh Safına juga 'Alya. Rizky meminta 'Alya untuk mengajak Safına kembali ke asrama, jangan sampai dia membuat kehebohan. Namun, 'Alya menjawab kalau memang Safına telah membuat kehebohan satu pondok karena menghilang begitu saja.

Rizky hanya bisa geleng-geleng sambil istighfar. Rizky juga mengingatkan Safına untuk segera meminta maaf kepada semuanya, terutama kepada teman-temannya yang dia cuekin selama beberapa hari kemarin. Safına kaget, tapi Rizky menjelaskan bahwa dia ngomong begitu karena tiap hari selalu dapat laporan tentang Safına khususnya dan Vellyza.

Safına mengerti, kalau 'Alya selama ini memberitahukan apa yang telah terjadi sama Rizky. Safına pun tersenyum dan mengangkat tangannya seperti layaknya orang sedang upacara bendera.

Obrolan itu pun berakhir. 'Alya mengajak Safına untuk segera kembali ke asrama. 'Alya menjelaskan nanti ke yang lain termasuk Ustadzah Raisa yang merupakan bagian keamanan supaya Safına tidak terkena hukum akibat tingkahnya yang tidak biasanya itu.

Mereka turun dari rumah pohon itu, dan lalu kembali menuju asrama. Ketika sudah mulai dekat, semua mata yang berada di taman Alfafa itu tertuju kepadanya. Semuanya merasa tenang, tapi tidak dengan Vellyza yang merasa bersalah dan Raffa yang menahan perasaan khawatir terhadap adiknya itu.

Sebelum Raffa ingin bicara 'Alya sudah memberi tanda dengan menggelengkan kepalanya, untuk tidak memarahi Safına.

"Alhamdulillah baik-baik aja kok." Ujar 'Alya.

"Alhamdulillah.." suara lainnya mengucapkan hamdalah.

Safına lalu menghampiri Vellyza dan meminta maaf dengan sikapnya selama ini.

"Maaf ya Cha, selama beberapa hari ini aku nyuekin kamu, kamu nggak ada salah apa-apa kok. Maaf aku bersikap kekanak-kanakan."

"Aku yang minta maaf Ka, karena aku kakak..-"

"Nggak Cha, kamu nggak ada salah apa-apa. Akunya aja yang terlalu egois. Hehe." Ujar Safına terkekeh.

Suasana kembali tenang dari tegangnya persahabatan mereka. Akhirnya mereka berpelukan disusul dengan sahabat dari masing-masing Safına dan Vellyza. Naya, 'Alya, Alana, Raffa, Fazlan, Ustadzah Raisa, Ustadzah Hana dan lainnya yang melihat itu ikut senang.

'Alya pun menepati janjinya ke Safına akan berbicara ke Raisa. Raisa pun memahaminya.

"Aku kaget aja, baru kali ini gitu, selama aku ada disini baru ngeliat Safına Kya gitu." Ujar Raisa.

"Yaaa namanya anak remaja labil. Kita pernah di posisi mereka kan?"

Raisa mengangguk. Biar bagaimanapun mereka juga pernah berada di posisi itu.

"Kita nggak pernah tau, sahabat mana yang nanti akan menolong kita akhirat." Ujar Ustadzah Hana.

Semuanya terdiam mendengar hal itu. Ustadz Abu Bassam lalu mengajak santri Ikhwan yang ada di tempat itu untuk segera kembali ke asramanya masing-masing.

Karena memang tadi pihak yayasan (Raffa, Fazlan, Alana) sempat menghubungi untuk para Asatidz dan santri Ikhwan bantu mencari keberadaan Safına.

Aan, Qiandradinata dan lainnya ikut bahagia melihat semuanya baik-baik saja. Cuma tidak dengan Gibran yang hanya terdiam dingin menatap tajam ke arah Vellyza dan Safına, lalu pergi meninggalkan lokasi.

Teman dekatnya yang melihat itu menyusulnya. Gibran memang terlihat masa bodoh dengan apa yang terjadi. Karena dia pikir, perempuan itu penuh banyak drama yang menghabiskan tenaga dan waktu.
================================
~~~~Putri Vellyza//Queen of Heart~~~~ ❣️❣️

Author : @rifer_story 🖋️🖊️
Genre : Spritual - Romance (Romansa Religi), Fiksi Remaja, Sci-fi, Adventure.
Disclaimer this love Copyright ©01112022

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Putri Vellyza || Queen of Heart ||Where stories live. Discover now