1. Sadar

4.5K 195 12
                                    

Hello semuanya..
Selamat datang di season 2 semoga kalian suka dengan cerita yang sekarang, dan terus mendukung karyaku ini..

Terima kasih atas dukungan kalian semua yang masih mau bersabar menunggu kelanjutan dari kisah Vincherly

Happy reading guys

"Kamu adalah gadisku, apapun yang terjadi padamu nanti aku akan terus berada di samping. Ayo berjuang bersama untuk mewujudkan apa yang sudah kita rencanakan. Aku tahu kamu tidak sejahat itu untuk meninggalkanku pergi menemui Tuhan. Please forgive me, aku akan menempuh segalanya dan terus berjuang untuk meyakinkan." -Vincent

Seperti hari sebelum-sebelumnya, Vincent selalu rutin datang ke rumah sakit untuk menemani Cherly yang masih tak mau membuka matanya. Gadis itu sangat betah tidur berlama-lama hingga dua minggu ini. Saat itu ketika suster dan dokter sudah akan melepas alat-alat yang terpasang di tubuh Cherly. Tiba-tiba saja alat pendeteksi jantung kembali berbunyi menandakan jika gadis itu masih hidup. Dokter segera memeriksa detak jantung Cherly dan juga denyut nadi untuk memastikan bahwa Cherly benar-benar masih hidup. Dengan kehendak dari Tuhan yang maha kuasa, gadis itu kembali. Meskipun dinyatakan koma dan belum sadar hingga saat ini.

Orang pertama yang langsung masuk ke dalam ruang rawat inap Cherly saat itu adalah Vincent. Ia begitu bahagia saat tunangannya kembali untuk menepati janji yang sudah mereka buat sebelumnya. Vincent tidak masalah jika harus menunggu Cherly sadar untuk mendaftar kuliah. Jadi sekarang Vincent memutuskan untuk tidak kuliah terlebih dulu, dan hanya fokus membantu ayahnya di perusahaan. Mungkin tahun depan Vincent baru akan mulai kuliah, saat Cherly sudah benar-benar sembuh dan mereka akan melakukan komunikasi dengan jarak jauh. Atau mungkin ia akan meminta Cherly untuk ikut kuliah bersamanya di Indonesia.

"Halo, kamu hari ini mimpi apa?" Sapa Vincent, ia meletakkan tasnya yang berisi laptop di meja. Sebelum mendekati Cherly, Vincent terlebih dulu masuk ke dalam toilet untuk membersihkan diri.

Vincent keluar dari toilet setelah mengganti pakaiannya dengan kaos oblong warna putih dengan celana training warna hitam. Ia mendekat Cherly tutup matanya hingga sekarang. Vincent tersenyum tipis saat gadis yang dicintainya tak kunjung membuka mata. Namun ia tetap bersyukur karena Tuhan mengembalikan Cherly untuk tetap hidup bersamanya. Tangannya selalu menggenggam tangan pucat gadis itu meskipun sang gadis tak kunjung bangun dan menyapanya.

"Hei kamu benar-benar enggak kangen sama aku?" Tanya Vincent lembut, sembari mengelus dengan lembut kepala tunangannya.

"Kamu tahu, Papa sempat nyuruh aku buat lanjut kuliah di Amsterdam. Tapi aku nggak mau, Aku maunya sama kamu di sini. Kita kuliah mulai tahun depan ya, di tempat yang sama. Aku nggak kasih kamu untuk pindah ke Jepang." Vincent selalu mengajak Cherly untuk berbicara meskipun tidak pernah ada balasan dari gadis itu.

Dia juga tidak akan pernah menyerah untuk menunggu Charly sadar dari komanya. Vincent juga sudah membuat kedua orang tua Cherly kembali ke Indonesia. Dia memberitahu segalanya tentang Charly yang selalu merasa kesepian dan di anak tirikan oleh orang tuanya sendiri. Dia tidak memberitahu semua itu dengan kata-kata yang tenang, namun Vincent mengatakan semua tentang Cherly dengan emosi dan penuh amarah. Karena kedua orang tua Cherly malah akan membawa gadis itu untuk pindah ke Amerika.

Hari itu di mana Cherly dinyatakan kembali oleh dokter, kedua orang tua Cherly langsung meminta pada pihak rumah sakit untuk memindahkan pengobatan Putri mereka ke Amerika. Tapi Vincent dengan tegas melarang, dan di hari itulah Vincent mengeluarkan semua yang telah disimpan oleh Cherly selama ini. Vincent juga terang-terangan menyalahkan kedua orang tua Cherly atas apa yang terjadi pada gadis itu sekarang.

"Sayang kamu beneran nggak mau bangun ya? Alina beli novel yang kamu inginkan, dia kasih ini buat kamu. Ayo bangun dan baca novelnya." Vincent meraih novel yang tadi ia letakkan di meja samping brangkar Cherly.

"Atau kamu mau aku bacain novelnya biar nggak penasaran?" Tawar Vincent, ia tersenyum lembut pada gadis yang masih terbaring dengan tenang itu.

"Oke aku bacain ya tapi 5 BAB aja, judulnya my triplets son, karya NaaZhrya. Wow, sudah dibaca lebih dari 5 juta kali di Wattpad. Kayaknya seru, aku bacain buat kamu ya. Nanti kamu harus bangun dan baca novel ini sendiri, kamu tahu kan aku nggak suka baca novel, tapi sekarang demi kamu aku rela baca novel loh." Seperti itulah setiap hari yang Vincent lakukan, dia selalu mengajak Cherly untuk berkomunikasi setiap kali hanya berdua di dalam ruangan itu.

Vincent mulai membuka plastik yang ada pada novel my triple son itu, lalu ia mulai membaca bab pertama. Dari raut wajahnya Vincent terlihat mulai serius membaca novel itu.

"Wah, ini cerita apa? Kok Bara tega banget sama Renatha?" Ujarnya dengan menggelengkan kepalanya kesal setelah menyelesaikan bab 1.

"Ck, Bara adalah tipe cowok brengsek yang nggak bisa dimaafkan. Masa dia hamilin sahabatnya sendiri sih, sayang ayo bangun. Kita harus bahas soal Bara di novel ini, kamu pasti kesel sama tokoh cowok kali ini. Aku aja baru satu bab udah darah tinggi, ayo bangun ya." Bujuk Vincent yang kini sudah menutup novelnya dan menatap Cherly dalam.

***

Sore ini Vincent terpaksa harus meninggalkan rumah sakit karena ayahnya meminta agar ia menggantikan meeting sore ini. Sebenarnya ia tidak ingin pergi, tapi kedua orang tuanya harus pergi ke Surabaya untuk mengurus pekerjaan lain di sana. Meeting sore ini Vincent ditemani oleh sekretaris ayahnya, karena ia belum memiliki asisten pribadi.

Selama meeting Vincent terlihat begitu serius dan berusaha memahami apa yang tengah dibahas. Karena ia belum mempelajari bahan meeting yang sekarang jadi ia sedikit kesulitan untuk memahami project yang akan mereka bangun. Untungnya ada asisten ayahnya yang mau dengan sabar membantu dirinya dan menjelaskan semuanya dengan detail dan pelan.

"Tuan muda hanya perlu memahami sisanya, yang lain biar saya yang mengurus. Setelah selesai nanti saya akan membuat ringkasan dari project ini dan akan saya kirimkan pada email tuan mudah." Jelas laki-laki baru bayar itu dengan sopan.

"Ya sudah kalau begitu, terima kasih banyak karena Om mau membantu Vincent mengurus project ini. Kalau begitu Vincent pergi dulu Om." Pamitnya, ia langsung pergi meninggalkan sekretaris ayahnya setelah berjabat tangan.

Sebelum kembali ke rumah sakit Vincent menyempatkan diri untuk membeli bunga terlebih dahulu. Hari ini ia akan membeli bunga lili untuk gadisnya.

Di rumah sakit tempat Charly dirawat, semua orang yang ada di dalam ruangan itu tersenyum bahagia saat melihat gadis yang sudah lama tertidur kini membuka mata. Dokter segera masuk ke dalam ruangan di mana Cherly dirawat untuk memeriksa keadaan gadis itu.

"Apakah ada yang membuat kamu merasa tidak nyaman atau ada yang sakit?" Tanya dokter itu setelah memeriksa keadaan Charly yang sudah baik-baik saja. Pada fisik, semuanya sudah baik mungkin hanya beberapa luka yang masih belum benar-benar sembuh.

"Dokter kenal saya?" Tanya gadis itu sambil menunjuk dirinya sendiri.

Dokter laki-laki itu mengerutkan kening saat melihat Cherly yang sepertinya sedang kebingungan.

"Apa kamu tidak ingat siapa namamu?" Dokter memastikan dengan bertanya nama karena takut Charly mengalami lupa ingatan.




1 Agustus 2023

Forgive me, please!Where stories live. Discover now