16

686 27 0
                                    

Di kamar Larine tidak bisa tidur. Ia tak bisa menghilangkan tatapan Frank tadi.

Apa ia pura-pura?

Ada keinginan kuat untuk menelepon Frank dan bertanya tapi ia takut bahwa Frank akan menerjemahkan ini sebagai perhatian Larine.

Tidak!

Dengan sekuat tenaga Larine menahan keinginan untuk melakukan itu. Ia harus bisa menekan perasaan dirinya sendiri.

Pagi hari saat bertemu di meja sarapan Larine bersin beberapa kali.

"Kau sakit?".

Tanya Tuan Mayer. Larine menggeleng.

"Aku hanya kurang istirahat. Oh ya Paman Harold, aku dan Sena akan kembali ke Paris besok. Liburan Sena akan berakhir".

Frank yang sedang makan menoleh cepat namun pandangan Larine tetap tertuju pada Tuan Mayer.

"Padahal Elena akan kembali lusa nanti. Bisakah kalian tinggal beberapa hari lagi?".

"Aku juga merindukan Elena namun ini tidak bisa ditunda. Ada waktu lain untuk kami berkunjung lagi".

"Aku tidak bisa memaksa tapi aku harap kau bisa berubah pikiran nanti".

Karena ini masih suasana Tahun Baru maka aktivitas di kantor belum mulai. Banyak karyawan yang masih menghabiskan waktu awal tahun untuk bersenang- senang.

"Ayah aku akan kembali ke Central. Beberapa urusan menanti".

Pamit Frank dan Tuan Harold mengangguk. Ia menatap Frank.

"Terima kasih Frank untuk waktumu. Ayah sangat senang".

Frank memeluk Tuan Harold erat. Matanya melirik Larine.

"Aku sangat menyayangimu".

Larine tahu ucapan Frank ditujukan padanya karena itu ia langsung menghindari tatapan matanya.

"Aku tahu itu Frank".

Setelah Frank pergi Tuan Mayer menatap Larine.

"Apakah Carl pernah melakukan hal ini pada ayahmu?".

Larine tak bisa menjawabnya. Ia bahkan tidak ingat Carl memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya.

"Kau sangat menyayangi Tuan Jensen".

Tuan Mayer terkekeh.

"Kasih sayangku padanya begitu tulus di hari pertama aku bertemu dengannya. Itulah alasan kenapa aku meminta ia menikahi Elena. Frank mendapat tempat istimewa di hatiku".

Larine ikut tersenyum. Ia memegang tangan Tuan Mayer dan keduanya masuk ke dalam rumah. Ia mencari Sena tapi Dorette pasti sudah membawanya ke paviliun untuk bermain.

"Aku harus membereskan beberapa barang untuk besok".

Tuan Harold hanya menepuk bahu Larine dan berlalu. Larine menaiki tangga dan pergi ke kamarnya dan Sena. Ia melihat tumpukan pakaian yang sudah rapi di atas ranjang. Dorette yang melakukan itu. Ia hanya perlu mengambil koper dan memasukkan itu.

Dengan enggan Larine pergi ke jendela dan menatap keluar.

Aku masih ingin tinggal, tapi ini hanya akan menambah kesalahan...

Dering ponsel membuat Larine terkejut ia ragu untuk menjawabnya karena ini dari Frank. Hingga dering itu berhenti Larine tetap tidak menjawabnya.

Ketukan di pintu terdengar dan Dorette muncul.

"Maaf Nyonya, Tuan Besar menunggu di ruang tamu".

"Terima kasih Dorette".

Larine keluar diikuti Dorette. Begitu muncul di ujung tangga yang ia lihat adalah Frank. Karena ada Dorette di belakangnya Larine memperbaiki ekspresi wajahnya dan mendekat.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now