00.03

7 1 0
                                    

"Gak bau 'kan, La?"

Raka mengawali percakapan mereka ketika sekarang mereka berdiam di halte karena hujan yang tiba-tiba turun dengan deras.

"Tapi lo tetep aja sebat." Sewot Theala.

"His, satu doang tadi. Yang penting gak bau."

"Terserah dah."

Beberapa kali Theala mengetukkan ujung kakinya ke kursi yang ia duduki. Melirik jam di tangan kirinya yang menunjukkan pukul setengah 7. Sudah lama sekali mereka berdiam disana dengan hujan yang belum saja menampakkan tanda-tanda berhenti. Theala mulai gelisah, ia tidak boleh pulang terlalu malam apalagi sekarang papahnya di rumah. Sialnya lagi ponselnya sudah kehabisan daya.

"Ka, terobos aja ayo. Gue gak bisa nunggu lama lagi."

"Kalo lo mau sakit silakan. Gue mah gak mau."

"Raka...."

"Yakin mau pulang? Dingin banget, La. Kalo lo maksain pulang besoknya pasti demam."

Theala terdiam sejenak. Raka benar, jika saja ia demam maka itu akan menambah kerepotan. Tapi, akan lebih buruk jika ia tidak pulang sekarang.

"Ya udah ni pake jaket gue. Kita pulang."

Theala sebenarnya memakai outer rajut yang membalut tubuhnya. Tetapi, tetap saja air hujan pasti akan menembus seragamnya. Jaket yang digunakan Raka termasuk jaket parasut yang membuatnya sedikit meminimalisir tembus air.

Theala tidak bisa menolak. Tanpa apapun lagi Raka langsung menyalakan motornya.

"Hayu, La. Pulang."

"Tapi, lo basah banget nantinya."

"Hayu ih."

Setelah Theala menaiki motor, Raka langsung membelah jalan raya. Menerobos hujan yang terbilang deras dengan angin-angin petang yang nyaris membuat tubuhnya menggigil dan beku.

Sesampainya di depan rumah Theala, Raka melihat mobil yang terparkir di garasi. Bisa Raka tebak itu mobil papahnya Theala, pantas saja Theala sudah resah ingin pulang.

Theala membuka helm dan jaketnya. Sebenarnya sangat ingin membawa Raka masuk ke rumahnya terlebih dahulu. Tapi, kondisi di rumahnya sangat tidak memungkinkan.

"Ka, maaf ya. Gue bukan gak mau ngajak lo ke dalem tapi... di rumah ada-"

"Iya, gue tau." Ucapnya sambil memakai jaketnya kembali meskipun seragamnya sudah basah kuyup.

Hujan memang sudah reda, tetapi anginnya tentu saja membuat Raka sampai tremor. Sampainya di rumah pun ia langsung mandi dan membasuh seluruh tubuhnya dengan air hangat.

Jangan tanyakan kemana orang tua Raka, karena dia tinggal bersama kakak perempuannya. Orang tuanya bercerai ketika Raka menginjak ke SMA. Papahnya yang ketahuan selingkuh lalu mamahnya yang meminta cerai langsung diiyakan saja. Papah Raka menikah dengan selingkuhannya hanya berjarak beberapa minggu setelah selesai proses perceraian.

Ia memilih tinggal bersama ibunya. Sampai akhirnya ibunya meninggal. Raka dan kakaknya, Raya Deswita memilih untuk tetap meninggali rumah tersebut. Raka sangat menyayangkan rumahnya. Ketika rumahnya selesai direnovasi, malah isinya yang hancur.

...

Theala pelan-pelan menutup gerbang, hawanya mulai terasa berbeda. Bi Ima sudah menunggunya bukan di pintu utama. Tapi, pintu yang langsung masuk ke dapur.

"Ela, sini!"

Merasa namanya dipanggil, ia langsung mendekat ke arah Bi Ima. Awalnya Theala ingin masuk rumah lewat pintu utama, tetapi ia langsung paham keadaan di dalam rumahnya jadi ia memilih mengikuti Bi Ima.

Cerita TerakhirWhere stories live. Discover now