Aqila itu ....

145 21 13
                                    


"Tidak apa, Heiri. Aku tidak merasa di khianati. Aku kan tidak menyukai dia."

Mendengar itu Aqila langsung menoleh pada Damian, dia melotot lebar. "Apa kau bilang! Kau pikir aku menyukaimu!"

Damian malah tersenyum santai. "Ya kalau tidak suka ya sudah. Kita akhiri perjodohan ini. Katakan pada ayahmu bahwa kita tidak bisa melanjutkan perjodohan konyol ini." Lalu Damian menatap Ednan. "Jika kau menyukainya, pergilah padanya. Ednan, ambil saja."

Aqila menatap nyalang pada Damian, setelah itu ia menatap manja pada Ednan. Dengan ekspresi sedih, Aqila berjalan pada Ednan. "Ednan-"

Ednan berdecak. Ia malas berurusan dengan masalah seperti ini. "Jangan kekanakan, Aqila. Kembalilah pada Damian." Ednan sedikit mendorong Aqila ke arah Damian.

"Kau saja. Aku sudah pusing menghadapi dirinya." Damian mendorong Aqila ke sisi Ednan.

"Dia tunanganmu. Uruslah urusan kalian." Ednan mendorong Aqila lagi ke sisi Damian.

"Aku tidak menyukainya. Kami tidak saling suka. Dia sering membangga-banggakan dirimu, jadi untukmu saja." Damian mendorong Aqila lagi.

"Aku pun demikian dan tak mungkin menyukainya." Ednan mendorong Aqila lagi.

Di antara ketiga orang tersebut, Heiri berdiri di tengah-tengah, di belakang Aqila yang dioper sana-sini. Heiri pikir, bukannya diperebutkan dan ditarik-tarik, Aqila malah didorong ke sana-kemari. Aneh sekali.

Saat Aqila berada di sisi Ednan, Damian menarik tangan Heiri lalu di bawa pergi. "Ayo pulang."

Melihat Heiri ditarik Damian, Ednan langsung menyusul. "Hei! Kau mau bawa ke mana Heiri? Dia datang bersamaku, berarti aku pun yang harus mengantarnya."

"Ednan! Mau kemana!" Aqila melotot tak percaya saat Ednan meninggalkan dirinya. Dia juga tidak percaya bahwa dirinya bukan jadi rebutan Ednan dan Damian, malah dua pria itu saling dorong untuk menjauh dari dirinya.

Kini Heiri berada di antara Damian dan Ednan. Di antara dua pria yang tampan dan jangkung, Heiri terlihat seperti anak TK di apit raksasa. Ia mendongak, melirik Ednan dan Damian yang saling berhadapan secara bergantian.

"Heiri akan pulang bersamaku," ucap Damian tegas.

"Dia tidak bilang akan pulang bersamamu. Dia setuju datang ke sini bersamaku. Apakah dia bilang akan pulang bersamamu?"

Damian pun menunduk. "Heiri, kau mau pulang dengan ku?"

Ednan membalik tubuh Heiri agar menghadap dirinya lalu menunduk. "Kau harus pulang denganku. Aku yang membawamu ke mari."

Damian memutar tubuh Heiri ke arahnya. "Bukankah kau bilang sangat membenci Ednan karena dia CEO dingin? Kau ingin pulang bersamanya?"

Ednan memutar tubuh Heiri lagi. "Jangan dengarkan ucapannya. Ikuti kata hatimu."

Damian kembali memutar Heiri. "Katakan kau akan pulang dengan siapa?"

Ednan lagi-lagi memutar tubuh Heiri. "Memangnya kau ingin pulang? Kita kan baru melihat-lihat pemandangan, belum mencoba makanan di sini."

Damian sedikit melebarkan matanya. Gawat, makanan adalah kelemahan Heiri. Hampir semua ajakan Damian disetujui Heiri karena makanan. Cepat-cepat ia membalik tubuh Heiri lagi. Tak tahu saja bahwa Heiri sudah pusing karena di putar-putar.

"Aku akan membawaku ke tukang cilok amang botak kesukaanmu. Kau pilih makanan di sini yang tidak tahu apakah seusai selera atau memilih cilok amang botak yang rasanya paling kau sukai?"

Saat Ednan memutar tubuh Heiri sekali lagi, Heiri terhuyung karena pusing. Beruntung Ednan langsung menahan tubuh Heiri dengan cara memeluknya. "Kau kenapa?"

Masih bertanya pula seperti orang bodoh. Kini Heiri tak hanya pusing dan mual, tapi juga darah tinggi. "Masih bertanya. Tentu saja karena kalian memutar-mutar tubuhku- uuwwo." Heiri benar-benar pusing dan merasa mual.

"A-a- maaf, aku tidak berpikir hal lain selain berebut dengan Damian." Ednan merasa bersalah. Karena sibuk berebut Heiri dengan Damian, ia sampai membuat Heiri pusing dan mual.

Tak kalah khawatir, Damian memegangi pundak Heiri dan memijat pelan. "Maaf, aku sedang kesal pada Ednan yang ingin menggaetmu juga. Sudah punya Zizi, masih menjalin hubungan asmara dengan Aqila. Sekarang mungkin dia sudah bosan dengan Aqila, dia mulai mendekatimu."

Seketika Ednan melotot. "Tutup mulutmu! Jangan menuduh sembarangan," geram Ednan penuh penekanan.

Sedangkan di dalam pelukan erat Ednan, Heiri melotot, merasa apa yang diucapkan Damian ada benarnya.

Hari ini Ednan berbaik hati padanya, mengajaknya jalan-jalan ke tempat romantis seperti ini. Heiri pun mendongak dengan mata yang masih melotot tak menyangka.

Ednan menunduk, melihat tatapan Heiri yang seolah-olah mengatakan 'kau bisa-bisanya seperti itu'.

"Benar. Jangan-jangan-"

Belum sempat Heiri menuntaskan ucapannya, Ednan segera memotong. "Jangan bilang kau langsung percaya pada ucapan Damian. Dia menuduh sembarangan. Tidak mungkin aku menjalin hubungan asmara dengan Aqila."

Bibir Heiri langsung mengerucut sebal. "Mengelak, hm? Bagaimana bisa tidak mungkin? Dia cantik dan berkelas. Lagi pula jangan menganggap saya tidak memperhatikan interaksi antara Bapak dengan Aqila. Kalian sering berpelukan, sering bercanda, dia sering bersandar manja, sering mengobrol berdu-"

Ednan memejamkan mata frustrasi kemudian kembali menatap Heiri. "Itu karena dia adalah adik sepupuku."

Hah! Mata Heiri langsung melotot.

"Apa kau bilang?" Damian juga melebarkan matanya. Ia mengenal Ednan cukup baik, akan tetapi ia tidak tahu bahwa Aqila adalah adik sepupunya Ednan.

"Mengapa bisa- ah maksudku mengapa aku tidak tahu? Selama ini dia tidak pernah mengatakan bahwa kau adalah sepupunya. Dia malah bercerita tentang dirimu dengan penuh semangat seolah sedang menceritakan kekasih pujaannya."

Ednan mengerutkan keningnya. "Apakah dia begitu?"

Heiri bergerak karena ingin berdiri sendiri.

Merasakan pergerakan Heiri, Ednan membantu Heiri berdiri dengan benar. Setelah Heiri berdiri, Ednan menatap Damian. "Dia adalah sepupu dari kakak iparnya pamanku. Bisa dibilang sepupu jauh. Mengapa dia tidak mengatakan bahwa dia adalah sepupuku."

Heiri melirik tajam. "Anda sendiri tidak pernah memberitahu saya kalau Aqila adalah adik sepupu Anda? Mengapa saat saya menuduh Bapak selingkuh dengan Aqila Bapak diam saja?" Heiri kesal karena malu. Selama ini ternyata dia salah menuduh.

Terdengar Ednan menghela nafas panjang. "Karena aku menggunakan Aqila untuk menjauh dari Zizi. Sedikit orang yang tahu bahwa Aqila adalah adik sepupuku. Aku berharap ada orang yang bergosip di depan Zizi bahwa aku memiliki kekasih lain. Sayangnya, sepertinya gosip miring apapun tentang diriku tidak akan menggugurkan nekad Zizi untuk meneruskan perjodohan kami."

Lalu mata Ednan menatap Heiri. "Tapi aku tidak berharap Zizi mendengarnya dari mulutmu."

"Kenapa?" Heiri ingat di taman Sky Garden waktu itu ia mengatakan bahwa Ednan berselingkuh dengan jablay tepat di depan Zizi langsung.

"Karena ...." Ayah Zizi tahu tidak mungkin aku memiliki hubungan dengan wanita jal*ng. Dia tidak akan percaya dan malah akan mencari tahu siapa orang yang telah membuat Zizi salah paham. Dia akan berpikir kau ingin mendekatiku. Setelah itu, mungkin dia akan melakukan segala cara untuk menyingkirkan dirimu dari sisiku.

Heiri mengerutkan kening karena malah melihat Ednan melamun. "Karena?"

Tersadar dari lamunan, Ednan langsung menggeleng. "Tidak ada alasan."

Acieee ada yang diam-diam peduli sama si Herman kita nih.

Getting Closer, Mr. Chef!!Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz