Kirana hanya mengangguk samar, mengingat dia bahkan ditinggal Jungkook berminggu-minggu bila suaminya itu tengah berada dalam proses penyelidikan kasus.

Jimin memarkirkan mobil depan kantor polisi yang ramai, para awak media berkerumun di halaman. Jimin melihat Kirana cepat-cepat, di detik kedua mereka sama-sama berpikir kalau telah kehilangan Seokjin.

"Sial!" batin Jimin, buru-buru membelah kerumunan dan masuk ke dalam.

"Dia mati?" tanya Jimin pada detektif yang menyambutnya, melompati basa basi.

"Sedang berjuang hidup," jawab Seungwon.

Ketiganya menelusuri halaman belakang, menuju ruang kesehatan yang berjarak 100 meter. Jimin meminta Kirana dan Seungwon menunggu di luar. Awalnya Seungwon tidak setuju, tapi Jimin berhasil meyakinkan kalau mereka tengah dikejar waktu, sebelum Seokjin benar-benar tidak bisa lagi memberi kesaksian.

"Hai, Jin. Bagaimana keadaanmu?" sapa Jimin, begitu masuk ke ruang perawatan yang terlihat mewah untuk ukuran lingkup penjara.

"Buruk," jawab Seokjin.

"Kenapa tidak memberitahu pihak kepolisian, kalau kau alergi bawang putih?"

Seokjin duduk bersandar sambil memegang oksigen mini di tangan kanan. Dia alergi bawang putih, tubuhnya tidak sanggup menampung dan dia kolaps dalam kurung waktu sepuluh menit.

Badannya membengkak dan sesak napas, Seokjin ditemukan oleh sipir yang tengah berjaga. Seokjin ditahan di ruang khusus, hanya diisi satu orang. Pelayanan istimewa yang sudah jadi rahasia umum, Jimin perkirakaan Seokjin membayar polisi puluhan juta untuk sel tahanan termasuk ruang perawatan.

Kejadian itu terjadi tadi pagi, Jimin mulai menyesal tidak mengecek ponsel lebih cepat. Jimin lupa, kalau tadi pagi dia juga kolaps. Sampai sekarang bahkan kepalanya masih pening, bau karbol dan pewangi rumah sakit membuatnya mual lagi.

Jimin berdehem, mencoba lebih berkonsentrasi, lalu duduk di sofa depan ranjang Seokjin.

"Aku harap keadaanmu cepat membaik, meskipun aku lebih yakin ada yang meracunimu dari pada kau sekarat karena bawang putih."

Seokjin bergeming, pandangannya bergerak pelan, memberi arahan pada Jimin agar duduk membelakangi CCTV. Dia mulai bicara setelah Jimin bergeser ke sisi kiri, berharap tidak ada alat perekam di ruangan itu.

"Ada seseorang yang mencampurkan bubuk jamur ke dalam makananku."

"Kau mencurigai seseorang?" Jimin menanggapi dengan tenang.

"Entahlah, hanya Yoongi yang muncul di kepalaku, tapi bisa jadi bukan dia."

"Siapa saja yang tahu kau alergi jamur?"

"Tidak ada yang tahu," kata Seokjin. "Aku juga bingung, dokter menyebutkan daftar bahan yang ada dimakananku. Dari semua yang disebutkan, hanya jamur yang bisa membuatku sekarat."

"Kau mengatakannya pada polisi?"

"Punya pikiran yang sama denganku?" tanya Seokjin, begitu mereka bersitatap. "Aku bilang, aku alergi bawang putih dalam jumlah banyak."

Jimin bergeming sebentar, menyadari Seokjin sulit ditebak dan masih sangat mencurigakan. Dia seolah-olah menghadapi musuh, padahal mereka berada di tim yang sama.

"Aku merasa ada yang mengawasiku tiap kali aku ketiduran. Aku yakin ada yang menelusup ke rumah tahanan ini, kapan kasusku naik sidang?"

"Kejaksaan menundanya, sebab bukti-bukti masih terus diselidiki."

"Mereka sengaja mengulur waktu, sampai aku sekarat dengan sendirinya di sini. Aku butuh pengawasan ekstra," tambah Seokjin, menegakkan punggung.

"Aku tidak ingin mati konyol di tempat busuk ini, aku bisa mengandalkanmu mengurusnya? Bila perlu aku minta dipindahkan ke rumah sakit yang lebih layak, karena istriku ingin berkunjung. Dia bisa sakit kalau harus menghirup udara di tempat kotor ini," tukas Seokjin.

The CovenantWhere stories live. Discover now