"Ya, tapi masalah ini tidak ada hubungan dengan pernikahanku," jawab Jimin, nadanya tidak sabaran. "Paman Kim, waktuku tidak banyak, aku harus bergerak lebih dulu dari penyidik atau Seokjin benar-benar akan dipenjara selama 12 tahun."

"Jimin, masih banyak pihak penyidik yang bersih. Kau jangan khawatir, masih ada orang-orang kritis yang berpikir sama sepertimu, tapi kali ini aku tidak memegang bukti apa pun."

Jimin bergeming, mengamati Junhyung yang terlalu tenang. Dia menunggu dengan kesabaran tak terukur, terlalu sering berada di permukaan yang tenang tidak serta merta membuat Jimin tenggelam dengan mudah.

"Seokjin menyimpan kontrak asli Daechwita, awalnya dia meminta mantan sekretarisnya untuk menyimpan bukti asli tapi aku tidak percaya. Kontrak sudah pindah tangan, Paman menyimpan kontrak itu, 'kan?"

Jimin memajukan bahu, menunggu reaksi Junhyung yang memilih masih bergeming.

"Jika kontrak itu terkuak maka akan ada lebih banyak lagi pihak yang ditangkap, sedikit banyak hal itu akan mempengaruhi posisi Paman di pemilihan. Kecuali, Paman menyimpan bukti yang menyatakan keterlibatan-" Jimin mengambil jeda, mendapati sorot mata Junhyung meredup.

"Mr Presiden dan CEO VKook Bank yang selama ini membantu banyak pihak, agar mendapatkan tender besar dari pemerintah, Mr. Presiden juga ikut dalam korupsi besar di BruteMax. Dengan kata lain, Paman bisa menggulingkan presiden Jung Ho Sung sebelum pemilihan."

"Jimin, kau tahu ini akan membuat kita jatuh ke jurang?"

"Aku tahu, tapi bila kita menangkap induknya, maka anak-anak itu belum tentu bisa bertahan lama atau mungkin gugur dengan sendirinya. Benarkan, Paman Kim?"

Jimin tersenyum sesaat setelah Junhyung mengangguk setuju, lalu sebuah fakta yang tidak disiapkan Jimin didengar dari Junhyung, sampai membuatnya merinding, terkuak begitu saja.

"Ayahmu dan CEO Min telah merencanakan melarikan Seokjin ke Abu Dhabi, sebagai imbalan atas diamnya Seokjin pada kasus ini bahkan sejak aku masih di BruteMax. Seokjin berhasil merekam pembicaraan itu, sewaktu pertemuan para pengusaha di Amerika."

"A-apa?" Jimin tidak menutupi keterkejutannya.

"Aku menyimpan rekaman itu, juga kontrak asli Daechwita."

🍁🍁🍁

Jungkook tiba di kediaman Raina yang tampak terlalu senyap, menggedor pintu seperti tidak ada hari esok tapi hasilnya nihil. Kesunyian teramat ganjil memancing insting Jungkook yang telah terlatih bertahun-tahun di kesatuan Angkatan darat, membuatnya mengambil tindakan memecah kaca jendela dan membobolnya.

Mengendap dalam kewaspadaan, mengitari tiap ruangan yang terasa kosong dan lengang. Langkahnya yang dibuat tidak meninggalkan bunyi membawanya ke ruangan kecil di sudut, dalam keyakinan bahwa sesuatu yang jahat terjadi di sana.

"Raina-?" gumam Jungkook, mendekati Raina yang terikat dan mulutnya dilakban dekat kursi santai menghadap jendela.

Perempuan itu menggeleng cepat berkali-kali, matanya sudah basah dengan lebam di bagian kaki dan pipinya tergores benda tajam. Saat biji mata Raina membesar, Jungkook tahu bila penyerangnya berdiri di belakang.

Dia tidak dapat menghindari pukulan di bahunya, tetapi Jungkook sigap memutar kaki kanan hingga lawannya jatuh ke lantai. Dua orang muncul dari depan pintu, membalik serangan dan hantaman siku di leher. Jungkook melempar salah satu penyerang yang dia ringkus, ke arah penyerang lain yang sudah berada dalam ruangan sempit itu.

Baku hantam tak terelakkan. Jungkook berpikir cepat, tidak punya banyak waktu untuk main-main dengan para penyerang yang diperkirakan punya keahlian bela diri jauh di bawahnya. Jungkook mendorong kursi Raina sampai mundur jauh ke ujung tembok, sebelum adu hantam dengan tiga orang penyerangnya.

The CovenantWhere stories live. Discover now