18. Masha ngambek

37 5 2
                                    

Komen juseyoooo

Naresh pov

Seminggu gue nggak ketemu sama Masha. Dia sibuk siapin project barunya dan gue juga sibuk, sibuk bantu jaga Naresh anaknya Sakura di RS. Please jangan hujat gue dulu. Sumpah demi Tuhan gue nggak ada niatan lain selain bantuin Sakura. Sakura nggak bisa izin nggak masuk kerja soalnya dia karyawan baru dan gue nggak tega aja lihat Naresh yang sakit harus sendirian di RS nggak ada yang jagain. Itu kayak lihat diri gue sendiri di masa lampau, karena itulah kalau Sakura kerja maka gue yang jaga Naresh. Dan Masha, dia nggak tau soal ini. Dia taunya tiap hari gue kerja di studio lukis gue ngerjain deadline pesenan lukisan klien gue, dia pun nggak menaruh curiga karena akhir akhir ini dia sibuk sama pekerjaan dia sendiri. Bahkan intensitas komunikasi kami sangat minim. Paling pagi sebelum berangkat kerja dan pulang kerja hanya untuk nanya udah makan apa belum, setelahnya dia selalu bilang pengen tidur lebih awal karena keesokan harinya dia akan menemui kesibukan untuk proyeknya.

Dan tiba saatnya weekend gue jadi bisa ninggal Naresh karena Sakura udah libur kerja. Niatnya gue mau habisin weekend sama Masha tapi dia ngabarin kalau dia nggak dapet libur karena deadline project dia dimajuin. Karena hal itu gue ngide untuk naik gunung. Dan itu tanpa sepengetahuan Masha. Gue emang nggak minta izin ke dia untuk muncak karena dia pasti khawatir lihat gue muncak sendirian.

Sebenernya dulu ketika kuliah gue sering banget naik gunung bareng Hamka dan Eja. Berhubung Hamka udah di Bandung dan Eja lagi sibuk banget maka gue naik gunung sendirian. Gue pengen me time setelah akhir akhir ini gue rasa banyak banget yang mengganggu pikiran gue. Apalagi setelah ketemu sama anaknya Sakura, gue seperti melihat diri gue di dalam diri anaknya Sakura. Dia bener bener seperti gue dimasa kecil. Itu sebabnya kenangan masa kecil gue yang kesepian kembali muncul di kepala gue. Gue seperti mengasihani diri gue sewaktu kecil. Gimana bisa dulu gue hidup seperti itu. Gue kehilangan peran kedua orang tua gue, gue kesepian, gue dituntut untuk nggak ngeluh dan manja hingga gue mulai terbiasa sampai gue dewasa. Gue nggak pengen aja ada anak lain yang punya nasib sama kayak gue.

Dan semuanya dimulai dari sini. Gue pulang muncak dan kembali ke Surabaya seolah nggak kemana mana dan itu menyebabkan hubungan gue sama Masha menemui masalah kembali.

Dia tau gue naik gunung dan itu dari insta story temen gue pas kuliah. Namanya Reyna. Gue nggak sengaja ketemu dia di puncak. Gue lagi enak enak ngopi sambil dengerin lagu Sampai Jadi Debu dari Banda Neira tiba tiba dia nyamperin gue. Btw dia muncak sama temen temen kantornya.

"Lihat gue ketemu siapa disini?" Dia nyorot hpnya ke gue yang lagi menyesap kopi hitam.

"Naresh Kalvari Andro, jauh jauh ke gunung tetep ketemunya sama lo ya Na."

Gue cuma senyum ngangguk sambil lambaiin tangan ke kamera hp Reyna. Gue masih inget sama Reyna karena kami satu fakultas dan beberapa kali juga gue ketemu dia si seminar seminar yang diadakan di kampus.

"Jodoh kali!" Gue cuma diem pas temen temen kantornya Reyna nyletuk gitu. Sedangkan Reyna cuma geleng geleng kepala lalu mengangkat tangannya buat highfive sama gue.

"Sama siapa lo, udah ngopi aja di puncak."

"Sendiri. "

"Mumpung sendiri, lo temenin Rey." Cletuk salah satu temen cewek Reyna.

Video itu dia jadiin story di ig dan Masha ikut lihat. Gue tau karena dikasih tau sama Ry.

Ry cerita katanya saat itu Masha ada dalam mood yang buruk. Dia abis dimarahin Dery dan begitu buka sosmed lihat insta story Reyna dan bikin dia tambah badmood.

"Dia nggak ada kabar 3 hari Ry. Gue tau dia sibuk gue pun juga sibuk, tapi apa susahnya sih Ry pamitan sama gue. Bahkan gue nggak tau dia sampai sana. Gue nggak di pamitin. Gue kayak bodoh banget ditanyain Nadin soal Naresh. Dikira gue ikut dia muncak. Gue tau dia lagi dimana aja dari insta story cewek Ry. Gimana kalo lo di posisi gue?"

Kita Usahakan Rumah ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang