29 🍑🍌

137 14 14
                                    

"Hai, anak mama," ucap Cala seraya menggendong putranya.

"Ada apa ke kantor? Biasanya kan, langsung pulang ke rumah?" tanya Cala dengan nada suara lembut.

"Al mau makan siang bareng mama," jawab Al dengan logat brithisnya.

"Tiba-tiba banget, ada apa?" tanya Cala seraya berjalan ke arah  luar ruang kerjanya.

"Bereskan meja saya, dan ambilkan tas dan handphone saya!" tegas Cala seraya menatap bodyguardnya.

"Al mau makan siang apa?" tanya Cala seraya tersenyum dan terus berjalan ke luar ruangan.

"Mau makan masakan mama," jawab Al.

"Oke," jawab Cala. "Tapi, Al mau di masakin apa?" tanya Cala.

"Apa aja, yang penting masakan mama," jawab Aleron Bayanaka Ivander. Anak laki-laki tampan dan pintar berusia enam tahun.

"Oke," jawab Cala.

Kini mereka sudah di dalam lift, Cala pun menurunkan Al. Ia mengambil tas dan juga handphonenya dari bodyguardnya.

"Kalian bisa makan siang, Al biar saya yang menjaganya," ucap Cala dengan nada suara dingin menatap empat orang bodyguard yang mengikuti mereka.

"Baik, nona," jawab salah satu bodyguard.

"Aku tahu apa yang akan kalian lakukan, jadi dengarkan apa yang aku perintahkan!" tegas Cala seraya menatap empat orang bodyguardnya itu bergantian.

"Ma," panggil Al seraya menarik ujung blazer mamanya.

"Iya, sayang. Maaf, ya," ucap Cala seraya tersenyum menatap sang putra.

Mereka turun dari lift menuju ke arah kantin kantor. Cala pergi ke dapur perusahaan yang ada di kantin perusahaan. Chef di sana pun segera memberi ruang untuk Cala memasak. Cala mendudukan putranya di sebuah kursi. Ia melepaskan cardigannya dan meminta sang putra untuk memegang cardigannya.

Ia menarik lengan blousenya hingga siku, kemudian ia mengikat rambutnya asal. Ia meminta beberapa bahan sayuran dan juga daging-dagingan. Ada brokoli dan juga wortel. Ia akan membuat tumis brokoli, wortel dan daging.

Ia mengurus dagingnya terlebih dahulu. Ia mengiris tipis dagingnya, kemudian ia marinasi dengan bawang putih dan juga kecap asin. Setelah itu ia memotong brokoli dan merendamnya ke dalam air garam.

Setelah itu, ia melanjutkan dengan memotong wortel yang sudah di bersihkan dan di cuci itu dengan bentuk miring tipis-tipis. Selesai wortelnya, ia memotong setengah bawang bombay  bentuk dadu.

Ia kemudian mencuci brokolinya dengan air mengalir. Barulah ia mulai memasak. Pertama ia menumis bawang bombay hingga wangi. Baru ia masukkan potongan daging slice yang sudah di marinasi. Masak hingga dagingnga berubah warna kecoklatan. Setelah berubah warna ia baru memasukkan sayurannya. Ia menambahkan air sekitar seperempat gelas, kemudian sedikit garam, lada bubuk, penyedap rasa dan juga saus tiram. Ia aduk sebentar kemudian menutup sayurannya.

Ia mengambil tiga butir telur dan ia kocok lepas. Menambahkan sedikit merica bubuk dan garam. Ia akan membuat telur gulung, karena jagoannya itu suka sekali dengan telur.

Chef di sana memperhatikan cara Cala memasak yang cukup cekatan. Di balik wajah dinginnya dan sikap tegasnya, nyatanya ia adalah seorang ibu yang penuh kasih sayang. Bahkan saat ini, aura yang terpancar bukan seperti atasan yang ia kenal. Ia benar-benar seperti ibu pada umumnya.

Walau sekarang sedang membuat telur gulung, tetapi ia pun tidak lupa dengan masakannya yang lain. Cala mencicipi rasanya. Masih kurang asin menurutnya, jadi ia menambahkan sedikit garam lagi. Mengaduknya sebentar kemudian mematikan kompornya karena masakannya sudah matang.

Chef pun membantu mengambilkan piring untuk wadah sayurnya. "Terima kasih," ucap Cala seraya tersenyum.

Chef tersebut ikut tersenyum melihat senyuman Cala. Cala memindahkan sayurnya ke mangkuk saji. Kemudian melanjutkan membuat telur gulungnya. Selesai membuat telur gulung dan juga memotongnya, ia mengambil dua piring nasi untuk dirinya dan putranya.

"Chef, maaf aku tidak bereskan," ucap Cala ketika melihat daput yang sudah ia berantakan.

"Tidak apa-apa, bu," jawab chefnya.

Cala hanya tersenyum kemudian ia menghampiri putranya yang sedang bermain game.

"Boy, yuk makan," ajak Cala seraya menatap putranya.

"Oke, ma," jawab Al kemudian turun dari kursi.

"Tolong bawakan tas mama dan cardigan mama, ya," ucap Cala dengan nada suara lembut.

"Iya, mama," jawab Al.

Mereka pun ke luar dari dapur. Ini sudah pukul setengah satu siang, beberapa karyawan juga masih makan siang. Cala menngambil tas dan cardigannya yang di pegang Al, kemudian ia meletakkannya di kursi kosong yang ada di sampingnya. Tas Al juga sudah ia ambil dan di letakkan di tempat yang sama, di mana tasnya berada.

Gallica mengambilkan sayur dan juga telur gulung ke nasi anaknya. Telur gulung yang ia buat semua ia berikan pada putranya. "Gimana, Al suka?" tanya Cala seraya menatap putranya yang sudah memakan makanannya.

"Masakan mama selalu enak," jawab Al seraya mengangkat dua ibu jarinya dan tersenyum menatap mamanya.

Beberapa karyawan yang masih ada di kantin di buat tersenyum melihat interaksi atasannya. Mereka selalu melihat sisi Cala yang berbeda ketika Cala sedang bersama putranya. Mereka senang jika melihat Cala sedang bersama putranya. Karena akan ada senyuman yang terpancar dari wajah atasan mereka.

Cala tersenyum dang pujian putranya, kemudian ia pun memakan makanannya. "Makin gede, kenapa muka kamu makin ngingetin mama sama papamu," ucap Cala dalam hati.

Malam pun tiba, kini Cala sedang makan malam bersama dengan orang tua dan putranya. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Adrian seraya menatap Cala.

"Berat," jawab Cala tanpa menatap dady-nya.

"Nanti cerita ke dady di ruang kerja, hum," ucap Adrian.

"Ya," jawab Cala malas.

"Cucu grandpa bagaimana? Apakah hari ini ada yang sulit?" tanya Adrian seraya menatap Al yang sedang menyendok makanannya.

"Humm ..." ucap Al yang masih berpikir.

"Apa ada anak yang nakal dengan Al, beri tahu grandpa, jika ada yang nakal pada Al," ucap Adrian.

"Tidak ada grandpa, teman Al baik. Hanya saja, hum ...." ucap Al yang kembali hanya berdehem.

"Ada apa sayangnya mama, coba bilang sayang. Jangan hum, hum saja," ucap Cala yang tidak sabaran dengan jawaban sang putra.

"Cala," tegur mamanya.

Cala hanya diam tidak berkata lagi, ia pun kembali melanjutkan makannya di bandingkan menjadi kesal sendiri karena jawaban anaknya. Ia masih kurang sabaran menghadapi putranya. Banyaknya pekerjaan yang harus ia urus terkadang membuatnya menjadi kurang sabar menghadapi putranya.

"Al cerita sayang, enggak akan ada yang marah sama Al," ucap mama Cala.

"Besok ada acara di sekolah, dan ..." ucapan Aleron terhenti dan ia hanya mengigit bibirnya saja.

"Dan?" tanya mama Cala dengan nada suara lembut.

"Papa mama harus datang, karena nanti ada lomba dengan orang tua," jawab Al seraya menundukkan kepalanya.

"Hanya itu?" tanya Cala membuat Aleron mendongak untuk menatap mamanya.

"Iya, ma," jawab Al yang terlihat murung.

"Ok, besok mama akan datang," jawab Cala santai.

"Tapi papa?" tanya Al menatap sang mama penuh harap.

"Al pilih, mama harus dateng dengan uncle siapa," jawab Cala membuat Al semakin menekuk wajahnya. Ia pun turun dari kursinya dan barlari pergi dari sana.

"Aleron Bayanaka Ivander! Kembali ke tempat dudukmu!" teriak Cala seraya berdiri dari duduknya.

Touch My He❤rtWhere stories live. Discover now